👒 ANTARIKSA 23 👒

223 27 74
                                    

Hai, hai pada nungguin siapa, nih?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hai, hai pada nungguin siapa, nih?

Dapet salam tuh dari bang Gibran sama bang Gerry

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dapet salam tuh dari bang Gibran sama bang Gerry.

*****

Kelas akselerasi akhirnya bisa bernapas lega setelah melewati hari-hari menegangkan, yaitu ujian semester tiga. Kurang separuh perjalanan lagi untuk bisa keluar dari Antariksa. Euforia mereka berlanjut saat wali kelas, Pak Yudi, memberikan pengumuman jika besok kelas mereka akan berlibur satu hari penuh ke puncak, tepatnya di Coban Rondo.

Mereka layak mendapatkan hadiah sederhana itu, melewati tiga semester dalam satu tahun bukanlah hal yang mudah. Pak Yudi sudah mendiskusikan hal ini bersama guru lain, dan tentu saja melalui persetujuan dari kepala yayasan.

"Gue jadi makin sayang sama Pak Yudi, meskipun galak gue tetap sayang," ucap Melody disetujui yang lain.

"Sama," sahut Aksa, "kadang gue kesel sama dia. Kadang kasian karena akhirnya Pak Yudi dan Bu Wati memilih bercerai, tapi sekarang gue udah cinta sama Pak Yudi. Akhirnya ... gue bisa menghirup alam bebas." Lelaki itu melepas almamater, lalu melemparnya ke atas beberapa kali.

"Kita belum lulus, oke. Nggak usah alay, cuma ke puncak, kok, Sa. TAPI GUE JUGA SENENG." Melody ikut melakukan apa yang Aksa lakukan, tak lupa dengan lengkingan suara yang membuat semua temannya mengangkat kedua jari telunjuk menuju telinga masing-masing.

"My Melody, udah, ya. Malu diliatin yang lain. Mending kita pulang untuk persiapan besok," bujuk Mail lembut yang sebelumnya sudah berdaham keras. Ia hanya takut kalau Melody akan marah padanya, karena selama beberapa bulan terakhir ini gadis itu selalu marah-marah tidak jelas padanya.

Gadis itu memang langsung diam, lalu menatap Mail datar. "Tumben lo pinter," ucap Melody dan segera menarik tangan Nirmala yang kini berubah menjadi patung Ken Dedes.

"Kasihan Nirmala, pasti hidupnya berat karena menjadi teman Melody. Mending jadi teman cintaku aja, akan kubuat dia selalu bahagia." Aksa mendapat jitakan dari lelaki yang melangkah tanpa dosa menuju pintu.

Nirmala (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang