👒 ANTARIKSA 13 👒

269 32 99
                                    

👒👒👒👒👒

Aku terluka
Tak bisa dapatkan kau seutuhnya

Armada - Harusnya Aku

👒👒👒👒

Waktu bergulir beriringan dengan hari yang berganti. Satu bulan berlalu tanpa ada perubahan yang Nirmala rasakan. Menghabiskan waktu di kelas sampai sore, hingga gelap malam ia tetap bercengkrama dengan lembaran buku. Tiada langkah tanpa setitik ilmu yang ia dapat, lalu terkumpul sampai mencapai puncak.

Kedua manik hitam itu masih menatap seseorang yang berada di seberang tengah tertawa tanpa luka dari jendela kelas. Tawa bahagia. Setiap pagi Gerry memang selalu datang untuk menjemput, namun tidak untuk pulang. Kadang Nirmala naik angkot, kadang pula ia pulang bersama Melody.

Tidak ada Ara yang mengusiknya, menyapa pun tidak. Hanya tatapan tajam yang Ara berikan saat mereka tidak sengaja berpapasan. Nirmala pikir, mungkin hati Ara sudah terbuka. Tidak lagi menyakiti siapa pun.

Gadis itu mulai merasa hubungannya dengan Gerry tidak sehangat seperti minggu pertama mereka menjalin kasih. Tidak lagi mendengar ucapan indah dari bibir Gerry. Tidak ada acara akhir pekan untuk menghabiskan waktu berdua. Namun, Nirmala mencoba berpikir positif, jika ini adalah pacaran yang sehat. Meski di lubuk hati terdalam ada hasrat yang lain.

“Mala, nanti ikut nonton, ya? Ikut aja, sekali-kali. Ada Damar sama Mail,” seru Melody yang mengalihkan pandangan Nirmala dari sang kekasih.

“Nonton di rumah lo? Boleh,” jawab Nirmala saat ia tahu tujuan mereka rumah Melody.

“Bioskoplah. Ngapain juga di rumah Odet?” sambar Mail.

“Kenapa dengan rumah gue? Gue juga ada mini bioskop, tapi gue juga ogah kalau lo main ke sana. Najis!” Melody mendengkus sambil bersidekap menatap sinis pada Mail.

“Emang lo pikir gue babi?” balas Mail tidak mau kalah. “Aku ini laki-laki suci yang diturunkan ke bumi untuk membasmi kejahatan dan kebajikan. Dan kau, Odet! Tidak boleh berkata kasar seperti itu pada anak suci sepertiku,” imbuh Mail yang membuat Melody mual.

“Mel, ini sekolah bukan tempat anak PAUD bertengkar,” kata Nirmala saat Melody siap menyemburkan makian selanjutnya untuk Mail. “Mending kalian ke taman safari daripada ke bioskop. Di sana kalian bebas kalau mau absen semua jenis binatang. Lengkap!”

Melody dan Mail pun bungkam, saling melempar tatapan tajam.

“Lo jadi ikut?” tanya Damar pada Nirmala.

“Kalau ke bioskop kayaknya nggak, deh. Gue ....”

“Ayolah, Mala. Masa gue sendirian?” Rengekan Melody memotong ucapan Nirmala.

“Lo nggak usah ikut. Gue nggak mau jalan bareng bebek angsa yang bawelnya nggak tertandingi kayak lo,” sahut Mail.

“Eh, burung beo jantan! Ini ide gue, ya. Lo yang harusnya nggak ikut.”

Nirmala tidak tahu lagi harus berkata apa. Baru dua detik mereka berdua bungkam, sekarang sudah kembali menyebutkan nama hewan lain.

“Oh, gue tau. Lo mau pergi berdua sama Damar, 'kan? Ngaku aja lo!” hardik Mail yang mencium bau-bau cinta dalam kelas.

Melody menatap nyalang pada Mail, mengerang sambil menunggu kedua tanduknya muncul. Asap sudah mengepul dari kedua telinganya.

“Oke, oke. Gue pergi sama Nirmala. Kalian nggak usah pada ikut. Nggak ada protes!” putus Damar membuat Melody dan Mail spontan menengok ke arahnya dengan mulut terbuka.

Nirmala (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang