👒 ANTARIKSA 4 👒

512 65 129
                                    

Sepasang kaki melangkah memasuki lift yang lengang, tubuhnya merapat ke dinding lift

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Sepasang kaki melangkah memasuki lift yang lengang, tubuhnya merapat ke dinding lift. Bibir itu terus melengkung ke atas kepada setiap wajah yang memandangnya.

Percayalah, setiap mata yang melihat anak akselerasi, mereka akan merasa rendah. Kelas akselerasi selalu menjadi idaman para siswa, karena selalu mendapat nilai terbaik, terkenal dengan kutu buku, tidak suka bergaul. Mereka selalu beranggapan bahwa akselerasi adalah kelas istimewa. Namun, yang sebenarnya terjadi adalah murid akselerasi tidak memiliki banyak waktu bermain.

Denting berbunyi, menandakan lift sudah sampai tujuannya, lantai tiga. Usai bel istirahat berdering, seperti pada sekolah lainnya, semua siswa berlomba berlarian menuju tempat paling istimewa dan terfavorit yang ada di setiap sekolah. Namun, tidak dengan Nirmala, dia menghindari kantin saat istirahat pertama, sebab tempat itu akan berubah menjadi lautan manusia dengan berbagai suara. Gadis itu lebih memilih perpustakaan untuk menambah wawasan yang tidak akan pernah ada habisnya. Menguras sumur ilmu yang tidak akan pernah mengering.

Perpustakaan Antariksa memiliki ruang yang cukup besar dibanding sekolah lain. Selain buku pelajaran yang lengkap, di sana juga menyediakan berbagai macam kamus bahasa, ensiklopedi, biografi, novel, majalah yang selalu up to date, kliping, serta alat peraga berupa globe, peta, dan masih banyak lagi.

Baru beberapa langkah keluar dari benda persegi dari besi itu, tangan Nirmala diseret kuat oleh seorang perempuan. Nirmala terkejut, badannya tidak siap hingga hampir terjatuh saat perempuan itu menarik dan meremas erat pergelangan tangannya. "Eh? Apa-apaan ini? Siapa lo?" tekan Nirmala saat mulai merasakan sakit di pergelangan tangannya.

Perempuan tadi terus menarik Nirmala seolah tidak mendengar rintihan gadis itu, membawanya masuk ke dalam ruangan yang Nirmala tahu sebagai tangga darurat.

"Lo dengerin gue baik-baik, ya!"

Nirmala masih bingung, tidak tahu sebabnya ia tiba-tiba ditarik dan dibawa ke tempat ini. Ia juga tidak mengenali wajah di hadapannya. Pandangannya tertuju pada lengan kiri perempuan itu. Badge kelas berwarna biru, menandakan bahwa dia siswi kelas sebelas. "Sori ya, tapi maksud Kakak apa narik-narik gue ke sini?" tanya Nirmala setelah tahu jika dia adalah seorang kakak kelas.

Perempuan di depannya membuang napas kasar. "Ara, teman sekelas Gerry dan cuma gue satu-satunya orang yang berhak dapetin Gerry. Seorang pun nggak ada yang bisa memiliki Gerry, cuma gue. Gerry-cuma-milik-gue," ucap Mutiara geram. Terlebih lagi saat melihat senyuman yang masih terbit di wajah Nirmala.

"Maaf, Kak. Hubungannya Gerry sama gue apa? Gue nggak ada hubungan apa-apa sama dia, kenal juga baru. Gue juga nggak ada niat buat deketin dia, Kak. Kak Ara mungkin salah orang," bantah Nirmala pelan.

Tangan Ara panas ingin menyentuh kulit putih Nirmala, tapi tidak sekarang. Ara harus menahan emosi. "Gue harap ini jadi pertama dan terakhir gue ketemu sama lo. Gue ingetin lagi dan jangan pernah lo lupain. Gerry cuma milik gue. Ingat itu!"

Nirmala (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang