Tahan napas dulu!
****
Nirmala tidak tahu harus melakukan apa, di tengah gelombang pasang manusia yang memenuhi Batu Night Spectacular atau lebih terkenal dengan singkatan BNS itu, ia merasakan sepi. Berdiri dengan pandangan hampa, seperti hatinya yang tak pernah mendapat asupan. Akan tetapi, ucapan Damar di bawah air terjun Coban Rondo tadi pagi masih mendebarkan sisi lain dari potongan hati kecilnya.
Satu sudut bibir Nirmala tertarik tipis, senyuman bahagia karena rasa yang ia miliki tak sia-sia. Derap kaki gadis itu mengikuti langkah Melody yang menggenggam erat tangannya, beriringan bersama rombongan. Namun, wajah itu berubah muram saat teringat dengan kekasih yang tak pernah ada di sisi.
Harapannya untuk menjadikan hari ini sebagai hari ketenangan justru menjadi hari paling menyedihkan bagi Nirmala. Gadis itu juga ingin menghapus semua ingatan tentang Gerry dan Damar. Tidak ada pacaran atau rasa yang membuatnya menggila. Ia ingin kembali hidup normal tanpa semua kisah cinta ini.
"Kalian boleh berpencar, tapi tetap hati-hati dan waspada pada sekitar," pesan Pak Yudi.
Tanpa membuang waktu lagi, mereka langsung membelah diri dengan berkelompok. Namun, masih ada sebagian yang tinggal.
Tubuh Melody berputar. "Gue mau beli minuman dulu, anterin, yuk," ajaknya pada Nirmala.
"Sama yang lain aja, tuh!" Nirmala menunjuk tiga lelaki yang berdiri di pagar besi.
"Sama lo aja. Kalau sama mereka, nanti gue pasti ditinggalin," rajuk Melody, "bentar aja, kok. Ya?" Sepasang matanya berkedip-kedip pada Nirmala.
Gadis itu membuang napas pelan. "Gue udah males jalan, Mel," ucap Nirmala, lalu menarik pelan lengan Melody mendekati tiga sekawan yang fokus melihat Parade Laser Show.
"Mail," panggil Nirmala sedikit keras membuat pemilik nama beserta kedua temannya menoleh, Aksa dan Damar. "Tolong anterin Melody beli minum, nih," pintanya kemudian. Kedua iris gelapnya sempat beradu dengan Damar, tetapi ia segera menghindar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala (END) ✓
Teen Fiction[FOLLOW SEBELUM BACA] Update seminggu sekali. Akselerasi, terkenal dengan murid jenius serta kutu buku. Tidak ada banyak waktu bermain sehingga membuat mereka hanya memiliki sedikit teman. Apa yang terjadi, jika kelas itu dipenuhi dengan gelak tawa...