Damar menyeret kakinya melewati sepasang pintu jati ukiran yang dipesan langsung dari Kota Jepara. Ia hanya ingin menutup mata hati dari semua kejadian yang sudah terlewati.
"Sore, Mom," sapa Damar pada wanita yang sedang perawatan kuku kaki sambil membaca majalah di ruang tamu. Tak lupa mencium punggung tangan yang semulus jalan tol, lelaki itu tidak ingin menjadi keponakan yang durhaka karena tidak menghormati bibi yang lebih suka dipanggil Mommy.
Dahi Sari mengernyit saat melihat wajah Damar yang tidak secerah biasanya. "Sore juga, Damar. Baru pulang, ya? Kok belum ganti baju?"
"Iya, Mom. Kakak di mana? Udah pulang, 'kan?" Lelaki itu tetap berdiri sembari menunggu jawaban Sari.
"Udah, kayaknya tadi Mommy dengar dia lagi di kolam renang. Coba kamu liat ke sana. Kamu udah makan? Mommy buat ayam kecap, tuh."
"Udah, Mom. Aku pamit mau ke Kak Jasmin dulu."
Setelah mendapat izin dari Sari, Damar langsung menuju kolam renang untuk memastikan keberadaan kakak kesayangannya itu. Lelaki itu menemukan Jasmin tengah mengapung dengan mata terpejam. Damar berjongkok dengan satu lutut di tepi kolam, lalu tangannya yang menyentuh air mengayun asal pada tubuh Jasmin.
Jasmin gelagapan saat tubuhnya berjingkat dan hampir tenggelam. Damar terkekeh melihat pemandangan lucu itu.
"Sialan lo!" gerutu Jasmin sembari mengusap wajah.
"Ngapain meditasi sore-sore?" tanya Damar. Ia merubah posisinya menjadi duduk dengan kaki yang masih terbungkus celana kain berwarna krem masuk ke dalam air.
Kakak tercantiknya itu menepi. "Kepala gue berasap, habis try out Kimia. Lo juga ada masalah, ya?"
"Hmm ...." Damar menatap kakinya yang bergerak di dalam air.
"Nyanyi buat gue aja, deh." Lelaki itu memang suka melampiaskan pada alat musik saat pikirannya sedang lelah, tapi tidak saat ini. Damar melepas satu per satu kancing baju seragam, lalu menarik kaos dalaman yang berwana putih. Tak lupa mengeluarkan semua isi saku celana sebelum menenggelamkan tubuhnya ke dasar kolam.
"Lo kenapa, sih?" Jasmin merasa kesal karena terabaikan.
Damar muncul ke permukaan dengan menyugar helaian rambut yang berjatuhan di dahi. "Gue jadian sama Nirmala." Lelaki itu kembali menyelam sebelum mengetahui reaksi Jasmin.
"Hah?" Gadis itu bergumam, mencoba mengingat nama yang tertimbun oleh nama-nama senyawa. Namun, detik selanjutnya ia memekik, "Damar, are you crazy? Nirmala pacarnya Gerry kenapa pacaran sama lo juga? Sini lo!"
Damar menyembul tepat di hadapan Jasmin dengan mata memerah. Helaan napas berat menyapu wajah gadis yang siap meledak itu. "Mereka udah putus. Mala sayangnya sama gue, bukan ke Gerry. Gue nggak tega liat dia kayak gitu terus, Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
Nirmala (END) ✓
Jugendliteratur[FOLLOW SEBELUM BACA] Update seminggu sekali. Akselerasi, terkenal dengan murid jenius serta kutu buku. Tidak ada banyak waktu bermain sehingga membuat mereka hanya memiliki sedikit teman. Apa yang terjadi, jika kelas itu dipenuhi dengan gelak tawa...