👒 ANTARIKSA 20 👒

228 32 81
                                    

Haii

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Haii ...

Jangan lupa, komen yang banyak

****

Bola mata hitam itu memandangi buku dan jam di tangan secara bergantian. Ia tengah menunggu seseorang yang sudah berjanji akan datang menjemput pagi ini. Belum lagi, tatapannya yang bolak-balik melihat jalan untuk memastikan kedatangan seseorang. Gadis itu berdecak, waktu terus berjalan, tapi dia belum juga berangkat menuju tempat olimpiade.

Hingga sebuah mobil yang tidak asing berhenti di depan gerbang. Membuat gadis yang sudah menunggu lama itu mengerutkan dahi. Suara klakson menyadarkan Nirmala untuk menghampiri mobil kekasihnya itu. “Kak? Damar mana?” tanyanya dari jendela penumpang yang terbuka. Hanya ada Gerry, tanpa Damar.

“Ayo naik! Tadi Damar udah berangkat duluan, aku antar kamu ke sana,” titah Gerry. “Ayo, kamu mau datang terlambat?” ucapnya lagi saat Nirmala masih bergeming.

Gadis itu segera masuk ke dalam mobil putih dan duduk di kursi penumpang dengan perasaan tak menentu.

Setelah menyuruh Nirmala mengancingkan sabuk pengaman, Gerry melajukan mobil menuju tempat di mana gadis di sampingnya bertempur bersama murid sekolah yang lain. Selama perjalanan, tidak ada interaksi di antara dua sejoli itu.

Nirmala sibuk memikirkan janji Damar yang akan menjemputnya, tapi malah Gerry yang datang. Gerry juga tidak tahu harus memulai kata dari mana, permintaan Damar yang dadakan juga menjadi salah satu alasan Gerry gelisah berdampingan dengan Nirmala.

“Kamu ... apa kabar?” suara berat Gerry menghapus kesunyian.

Atensi yang sejak tadi hanya fokus ke depan, menoleh pada Gerry dengan senyuman. “Baik, Kak. Kak Gerry juga baik?”

Tubuh Gerry menegang melihat paras cantik gadis itu, jantungnya berdetak lebih cepat. Ada rasa yang muncul, tapi lelaki itu belum bisa memastikan. Ia berdeham untuk menutupi hawa panas dari tubuhnya. “Baik, aku baik. Kalau udah selesai, kamu hubungi aku, biar aku jemput,” jawabnya dengan tatapan lurus ke depan.

“Kalau repot nggak usah jemput, Kak. Aku bisa pulang sendiri, lagian aku juga mau mampir ke toko buku.”

Mendengar kata buku membuat Gerry menghela napas pelan. Tidak bisakah Nirmala menjauh dari buku? “Ya udah, terserah kamu,” jawabnya.

Nirmala tersenyum simpul menyadari kehadiran dirinya di hidup Gerry tidak akan pernah menjadi istimewa. Sedikit harapan saat Gerry mau pergi menemaninya ke mana pun. Namun, gadis itu selalu sadar jika mereka tak akan pernah sejalan.

Kendaraan roda empat yang Nirmala tumpangi sudah sampai di tempat tujuan. Gadis itu masih belum bergerak, memilah kata yang tepat untuk diucapkan pada Gerry.

Lelaki di balik kemudi pun sama, ia juga terdiam. Jari telunjuknya mengetuk kemudi sembari menunggu gadis di sampingnya turun dari mobil.

“A-aku turun dulu, Kak. Makasih udah dianter.” Gadis beriris hitam itu segera turun dari mobil sebelum semua nama-nama hukum dan rumus Fisika menguap dari kepala. Ada sesuatu yang harus ia pastikan, keberadaan Damar. Ia harus menemui lelaki itu sebelum lomba dimulai.

Nirmala (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang