👒 ANTARIKSA 12 👒

262 35 96
                                    

👒👒👒👒

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

👒👒👒👒

Menunggu adalah satu kata yang banyak dibenci oleh beberapa orang, salah satunya Nirmala. Gadis itu menanti jarum panjang sampai di angka dua belas, masih kurang lima menit lagi waktu istirahat akan tiba. Namun, perasaan takut serta gelisah, membuatnya tampak tidak nyaman. Harusnya ia bisa fokus dengan pelajaran Trigonometri yang sedang dijelaskan di depan kelas, bukan memikirkan seseorang di tempat lain.

"Kenapa? Lo kebelet?" tanya Melody pada Nirmala saat Pak Yudi baru saja meninggalkan kelas.

Nirmala malah mengedarkan bola mata daripada menatap Melody untuk menjawab pertanyaannya.

"Kenapa, sih? Lo mau mojok lagi sama Damar?" tegur Melody lagi saat Nirmala masih tampak gelisah.

"Apaan, sih? Lo gak ke kantin? Gue mau ikut," jawab Nirmala.

"Ke kantin, dong. Ini serius lo ikut gue? Ayo, buruan! Nanti gue nggak kebagian kue merapi," ajak Melody antusias.

Nirmala mengerutkan dahi. "Maksud lo kue merapi, apa, Mel?"

"Lo kudu nyobain, La. Tampilannya emang udah biasa kayak kue-kue lainnya, tapi pas masuk mulut. Duar! Meledak. Rasanya lezat banget. Ayo, deh!"

Melody segera menarik Nirmala yang masih bertanya tentang kue merapi itu. Sedangkan Nirmala, ia menatap kotak bekal yang ia bawa dengan perasaan tak menentu.

Selama perjalanan ke kantin, Melody terus saja menceritakan kue merapi yang sedang menjadi incaran di kantin Antariksa. Ia menyadari kalau Nirmala membawa kotak makanan, memang itu sudah kebiasaan. Mungkin Nirmala ingin mencari suasana baru dengan makan siang di kantin.

"Lo cari tempat, gue mau pesen makanan dulu," ucap Melody sebelum meninggalkan Nirmala di tengah lautan manusia.

Bukannya melaksanakan perintah melody, Nirmala malah sibuk mengedarkan pandangan, mencari seseorang yang mengganggu pikirannya sejak tadi. Meski pagi tadi sudah bertemu, namun kali ini ia benar-benar gelisah. Bahkan, saat ia sudah berdiri di belakangnya pun, Nirmala belum bisa merangkai kalimat yang tepat.

"Ger, dicariin, tuh!" kata Wildan, salah satu teman Gerry yang duduk berhadapan dengan Gerry.

"Siapa?" tanya Gerry.

Nirmala semakin takut kalau keputusannya menghampiri Gerry ini salah. Apalagi lelaki itu sedang bersama dengan teman-temannya. Ia hanya ingin mengantarkan makanan yang sudah ia buat sendiri.

"Belakang lo," jawab Wildan dengan dagu.

Ara bersama kedua temannya, Yura dan Risa, memandangi gerak-gerik Nirmala dari kejauhan. Yura dan Risa saling melempar pandang saat Ara tidak merespons apa pun.

"Gila aja itu cewek. Kemarin udah abis sama Ara, sekarang malah berani nyamperin Gerry," ucap Risa untuk menyalakan kompor.

"Padahal kemarin Ara udah kelewat batas menurut gue, tapi ternyata Nirmala seperti nggak peduli. Mungkin kalau kemarin kita foto atau rekam badan cewek itu, gue yakin kalau dia nggak akan ganggu Gerry lagi," sambung Yura.

Nirmala (END) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang