60

619 58 51
                                    

Di pagi-pagi buta Jinyoung masih terjaga, ya walaupun kadang mengerjapkan matanya karena rasa kantuk tiba-tiba mendominasinya. Itu wajar karena sekarang ini masih pukul 03.00 pagi, dari kemarin Jinyoung juga belum sempat beristirahat. Ya tak apalah merasa lelah, toh lelahnya tak sebanding dengan rasa lelah Nayeon yang menghadapi sifat aneh dan kekanak-kanakan dirinya beberapa bulan terakhir ini.

Awalnya Jinyoung tenang-tenang saja, namun tiba-tiba dia melihat Nayeon yang tak tenang, istrinya itu terlihat gusar dan tak senyaman tadi.

Jinyoung ingin mendekat tapi tubuhnya tak beranjak dari sofa, ingin bertanya tapi hanya sampai membuka mulutnya dengar arti lain tak berani mengeluarkan kata-katanya.

Nayeon telihat tenang kembali dan Jinyoung merasa lega.

Namun itu tak lama, karena setelah itu Nayeon kembali gusar, bahkan sepertinya semakin parah. Jinyoung mendengarnya, mendengar suara rintihan Nayeon. Jinyoung juga samar-samar melihat Nayeon seperti memegangi perutnya. Sudah cukup keterdiaman Jinyoung. Sekarang Jinyoung memberanikan diri mendekati Nayeon untuk mengecek keadaan istri dan juga calon bayinya. Iya itu yang paling penting, dia mengesampingkan rasa malunya.

"Sayang, kamu baik-baik saja?" tanya Jinyoung tapi tak mendapat jawaban dari Nayeon. Jinyoung bisa melihat dengan jelas kalau Nayeon sedang memegangi perutnya. Dia memutuskan ke samping sisi Nayeon yang lain, tempat yang membuatnya bisa melihat tubuh istrinya dari depan.

Benar saja, istri cantiknya itu terlihat sedang menahan rasa sakit dengan tangan mencengkram kuat perut buncitnya.

"Hey, perutmu sakit?" cemas Jinyoung. Dia bahkan merendahkan tubuhnya agar bisa bertatap langsung dengan Nayeon.

Nayeon akhirnya menganggukan kepalanya pelan.

"Kenapa tidak bilang dari tadi?" Jinyoung beralih kesisi lain untuk menekan tombol emergency untuk memanggil dokter dan perawat.

'Aku kan sedang marah padamu. Seharusnya kamu yang peka lebih dulu' gumam Nayeon dalam hati.

3 menit berlalu dan rasanya sangat lama.

"Aishh... lama sekali" Jinyoung berlari keluar untuk memanggil dokter dan juga perawat.

Jinyoung sangat beruntung, dia tak perlu sampai ruangan dokter dan perawat. Karena kedua orang yang dicarinya itu sudah hampir sampai di ruang rawat Nayeon.

"Dok, tolong istriku. Perutnya terasa sakit" ujar Jinyoung.

"Baik, ayo kita ke ruang perawatannya"

Mereka pun berlari agar cepat sampai di ruang rawat Nayeon.

Setelah sampai, dokter langsung memeriksa Nayeon yang tengah meringis menahan sakit.

"Apa yang kau rasakan?" tanya dokter sambil memegang perut Nayeon.

"Rasanya melilit" jawab Nayeon dengan suara pelan.

"Kau sudah makan?"

"Sudah, tadi malam setelah diperiksa saya makan"

Dokter selesai memeriksa Nayeon.

"Bagagaimana dok? Istri dan calon anakku baik-baik saja bukan?" tanya Jinyoung.

"Ya, ini tidak terlalu serius. Ini hanya kontraksi kecil, mungkin efek jatuh istrimu baru terasa sekarang" jelas Dokter.

"Oh iya, ini obat untuk mereda kontraksi dan rasa sakit. Istrimu bisa meminumnya setelah ini" dokter memberikan satu botol obat berupa sirup.

"Terimakasih dok, maaf menggangumu dipagi buta seperti ini" Jinyoung.

"Ya tidak apa-apa, ini adalah tugasku. Ya sudah, aku permisi dulu. Jaga istrimu baik-baik" dokter itu menepuk bahu Jinyoung pelan dan keluar dari ruang rawat.

Flower 1.0 || 진연 Story✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang