23

4.9K 193 0
                                    

Keluarga kecil nya sedang asik menonton film di ruang keluarga. Tiba-tiba nampak seorang gadis dengan wajah yang sembab.

"Alia ke kamar duluan ya." semua nya saling melempar pandangan. Retno hendak menyusul Alia. Tetapi ditahan oleh Vino. "biar Vino aja bun."

Vino menyusul Alia ke kamarnya. Ia membuka pintu kamar Alia. Sehingga menampakkan seorang gadis yang tengah menangis sembari memeluk lututnya.

"lo kenapa?" tanya Vino khawatir dengan keadaan adiknya saat ini. Penampilannya tampak acak-acakan. Alia tidak menjawab. Ia terus terisak.

Vino memeluk adiknya dengan penuh kasih sayang. Alia memukul dada bidang abangnya. Vino membiarkan itu terjadi. Ia tahu ini adalah cara adiknya melampiaskan emosi.

"kenapa sih? Kenapa Leo jahat sama Alia?"

"kenapa Leo bentak Alia bang?" Vino berusaha menahan emosinya. Ia paham dengan ucapan adiknya. Ini semua pasti gara-gara adik kelasnya itu.

Ini adalah salah satu hal yang ditakuti Vino jika Alia berhubungan dengan seseorang. Begitu pun dirinya,ia pun tidak pernah memiliki seorang pacar. Menurutnya lebih baik menjadi pengagum rahasia,jika berstatus lebih menyakitkan.

"kenapa Alia engga boleh tau tentang cewe itu?"

"Alia sebenernya dianggep engga sih sama Leo?"

"Alia kesel sama Leo. Alia muak sama Leo. Alia engga mau ketemu Leo lagi. Leo jahattt!" ucapnya terus menerus dengan isakan yang mengiringi.

Vino semakin mengeratkan pelukannya. Pukulan demi pukulan untuk Vino tiba-tiba melemah. Mata Alia tampak sayu. Vino menengok wajah Alia. "lo udah makan?" Alia tidak menjawab.

Alia berhenti menangis dan memejamkan matanya. Lengannya jatuh. Dan ia kehilangan kesadarannya.

Vino panik bukan kepalang. "Aliaa! Alia!bangun dek!" ucap Vino berusaha menyadarkan adiknya yang tiba-tiba pingsan. Tampaknya Alia kelelahan karena kebanyakan menangis.

Ia menempelkan punggung tangannya pada dahi Alia. Dahinya sangat panas. Ia menidurkan tubuh Alia. Kemudian Vino beranjak keluar kamar adiknya dan menuruni anak tangga menuju dapur. "Alia kenapa Vin?" Vino gugup dengan pertanyaan bundanya.

"oh itu bun! Dia cuma kecapekan katanya." Vino berusaha menutupi yang terjadi dengan adiknya.

Ia tidak mau membuat kedua orang tua nya khawatir dengan Alia. Retno mengangguk dan melanjutkan menonton film.

Ia kemudian diam-diam mengambil satu baskom air hangat untuk mengompres dahi Alia. Kedua orang tua nya tidak menyadari itu,karena mereka sedang fokus pada layar tv didepannya.

Kemudian Vino menaiki anak tangga perlahan menuju kamar Alia. Sesampainya dikamar Alia,ia mengompres dahi adiknya dengan kain yang sudah dicelupkan pada air hangat.

Vino terus memandangi wajah Alia yang tampak kelelahan karena menangis. Wajahnya merah. Matanya sembab. Bibirnya terlihat pucat sekali. Vino benar-benar khawatir dengan kondisi Alia saat ini.

..........

"bodoh! Kenapa gue harus bentak cewe gue sendiri sih!"

"dasar cowo lemah!"

"cewe sialan itu ngapain datang lagi dihidup gue!gue udah benci sama dia!"

"yaampunn!!!aarrgghh!" cowo itu terus menyesali perbuatannya. Ia mengacak-acak kasar rambutnya. "le,kamu kenapa?" ucap mamah Leo dari luar kamar.

"engga pa-pa mah."

"mamah boleh masuk?"

"masuk aja mah." Karin duduk disamping Leo. Ia menatap anaknya dengan intens. "ada masalah apa kamu?"

"engga ada mah."

"kamu mau masuk neraka ya?"

"ampun mah!"

"makanya jangan bohong sama orang tua!" omel Karin pada anaknya.

Leo selalu berusaha menutupi masalahnya,tetapi tidak bisa kepada karin. Ia selalu gagal berbohong jika sudah diancam oleh mamahnya. Ia takut kualat.

Leo menceritakan semuanya pada Karin. Karin tidak percaya dengan prilaku anaknya yang terbilang cukup kasar pada perempuan. Yang ia tahu Leo adalah anak yang penuh dengan kasih sayang,santun, dan keluarga mereka tumbuh dengan keharmonisan.

"jadi kamu ketemu Ajeng di mall?" Leo mengangguk. Ia sungguh sangat frustasi saat ini.

Ia membutuhkan waktu cukup lama untuk mengikhlaskan dan melupakan cewe yang dicapnya brengsek. Tetapi takdir berkata lain. Ia kembali dipertemukan oleh cewe itu.

"terus kenapa kamu bersikap seperti itu ke Alia?memangnya salah Alia apa?kamu udah kelewat batas ya." Leo mengakui ucapan Karin. Dirinya sudah kelewat batas kepada Alia.

"seharusnya kamu menjelaskan bukan membentaknya. Itu menyakiti hati dia loh le. Mamah pun kalo ada diposisi Alia,pasti mama nangis."

"maafin Leo mah. maafin Leo. Leo kebawa emosi. Leo nyesel mah." ucapnya memohon pada mamahnya. Ia terus mencium punggung tangan mamahnya. Karin mengelus punggung anaknya dengan kasih sayang.

"kamu harus jelasin semuanya ke Alia yaa. Tapi inget! Jangan kepancing emosi. Biarkan Alia melampiaskan kekesalannya. Tapi kamu jangan pernah membalas ucapannya. Kamu harus menghargai dia sebagai pacar kamu yaa sayang." Leo mengangguk mengerti dengan ucapan mamah nya. Inilah sebabnya ia tidak tega melihat cewe menangis. Karena ia memiliki sosok Karin yang selalu mendidiknya dengan penuh kasih sayang.

..........

pukul setengah enam pagi Leo sudah berada dirumah Alia. Untuk menjemput pacarnya. Ia dipersilahkan masuk oleh Retno. 

Vino sudah rapih dengan seragamnya hari ini. Ia keluar dari kamar. Nafas nya tiba-tiba membara melihat seseorang yang sedang duduk di sofa.

Ia berjalan kearah Leo dan menarik kerah seragam nya. Retno segera lari kearah mereka. "Vino apa-apaan kamu!"

"dia yang apa-apaan bun!" balas Vino dengan emosi yang membara. Leo tidak melawan kakak kelas didepannya. Ia pantas menerima ini.

"Vino! Lepasin!" teriak Retno. "maksud lo apa ngebentak adek gue? Maksud lo apa hah?!" ujar Vino dengan nada yang tinggi.

Retno tercengang mendengar ucapan anaknya. Ia benar-benar tidak mengetahui semuanya. Sedangkan Leo tetap tidak bergeming sedikitpun.

Alia mendengar ada keributan dari lantai bawah. Ia segera menuruni anak tangga dengan tergesa-gesa. "stop! Lepasin bang!" ucapnya. Vino tidak menghiraukan ucapan adiknya.

"gue yang abangnya aja engga pernah ngebentak adek gue sendiri! Elo yang cuma pacarnya, engga ada ikatan darah sedikit pun, berani-berani nya bentak adek gue kayak gitu!"

"bang Vino stop!lepasin yaa!Alia mohon." ucap Alia sembari memegang lengan Vino. Vino melepaskan cengkramannya pada kerah Leo.

"ngapain kamu kesini?masih kurang puas ngebentak aku?hah?masih kurang puas Leo?!" teriak Alia dengan mata yang berkaca-kaca. Retno memeluk putrinya. Vino mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Sejujurnya Leo tidak tahan melihat Alia dengan mata yang berkaca-kaca. Ditambah wajahnya yang masih terlihat sembab "aku bisa jelasin semuanya Alia. Kamu salah paham."

"bacot lo! Pergi lo dari sini!" usir Vino pada Leo. Ia semakin lemah melihat adiknya menangis karena cowo lain. Leo hendak menyentuh Alia. Tetapi segera ditepis kasar oleh Vino.

"jangan pernah sentuh adek gue lagi!" ancam Vino dengan penuh penekanan.

"nak Leo pergi ke sekolah duluan saja yaa,biar Alia berangkat dengan Vino." ucap Retno dengan lembut. Leo memahami ucapan bunda Alia. Ia pamit dari rumah Alia. Dan mengendarai motornya menuju sekolah.

Alia segera merapikan penampilannya. Ia menghapus air matanya. Dan kemudian tersenyum palsu.

"Alia berangkat ya bun. Ayo bang!" Retno mengangguk. Kedua kini berangkat sekolah.

Retno sangat mengkhawatirkan putrinya. Bagaimana bisa Alia terlihat rapuh. Ia tidak pernah melihat putrinya serapuh itu karena hanya seorang cowo.

..........
Jangan lupa tekan bintang loh-!💘

AliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang