28

4.1K 141 7
                                    

"lo udah tau kan dia kena kanker? Terus lo masih sempet-sempetnya ngerendahin dia?" tegur Denis.

"lo Leo! Lo bukan cowo yang suka ngerendahin cewe!" lanjut Denis sembari mendorong bahu Leo dengan jari telunjuk.

"dibayar berapa lo sama cewe itu sampe ngebela dia begitu?"

"gue bukannya ngebela dia! Lo pake mata lo! Badan nya kurus banget, muka pucet, lo juga udah tau dia lagi menderita karena kanker! Dimana hati lo?!" ucap Denis pelan tetapi penuh penekanan.

Johan yang berada ditengah keduanya  hanya memandang mereka bergantian.

"seharusnya lo hargain usaha dia! Walaupun fisik dia lemah, dia masih berusaha buat minta maaf langsung sama lo!"

"kejadiannya udah dua tahun lalu. Lo masih benci dia,wajar. Tapi kalo berkelanjutan juga engga baik. Coba lo kalahin ego lo! Lo gunain hati lo!"

Leo merenungkan ucapan Denis. Yang diucapkan Denis ada benar nya juga. Dirinya sudah kelewatan terhadap cewe itu.

Leo menyalakan ponselnya. Panggilan keluar dari Alia banyak sekali. Pesan yang dikirimnya pun cukup banyak.

Dengan tergesa ia segera meninggalkan kedua sahabatnya dirumah sakit tanpa sepatah kata. Keduanya melongo, sudah tidak asing lagi baginya jika Leo seperti itu.

Setelah beberapa menit, Leo telah sampai dirumah Alia. Kini keduanya berada diruang tamu.

"kamu kok engga angkat telpon aku sih? Engga bales pesan aku juga lagi!" omel Alia.

"kamu kalo ada masalah bilang! Jangan tiba-tiba ngilang gitu! Aku khawatir tau engga!"

"aku nanya ke Denis sama Johan juga engga ada yang respon. Pikiran aku udah negatif aja tau engga!"

Leo tetap diam. Ia menyimak keresahan cewe itu. Ia terus menatap Alia. Sedangkan cewe itu terus melontarkan ucapan yang membuat dirinya semakin gemas.

"kenapa kamu diem aja? Engga seneng aku marahin? Kenapa? Mau marah balik sama aku?"

Leo terkekeh mendengar ucapan Alia. "kamu dari tadi ngomong terus, gimana aku mau jelasin."

"abisnya ngeselin sih!" sungut Alia.

Kemudian Leo meceritakan yang terjadi hari itu. Dari sahabatnya yang memaksa dirinya sampai ia bertemu cewe itu.

Wajah Alia berubah. Penjelasan Leo menyesakkan dadanya. "plis! Jangan marah sama aku Li. Denis sama Johan ada di kafe itu juga kok!"

"penting banget sih ya urusan kamu. Sampe telpon dari pacarnya engga diangkat sama sekali!"

"engga gitu sayang, hari itu aku matiin ponsel aku. Terus aku baru nyalain pas dirumah sakit."

"iya kamu matiin, biar engga ada yang ganggu pertemuan sama mantan kan?" Alia memajukan bibirnya beberapa senti.

Leo gemas dengan tingkah cewe didepannya. "aku minta maaf yaaa! Kamu mau apa?"

"kamu pikir aku bisa disogok kayak anak kecil? Hah?!"

Leo menatap Alia tanpa kedip sembari menangkupkan wajah nya ditangan. Alia tidak tahan ditatap dengan Leo seperti itu.

AliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang