26

4.9K 165 11
                                    

"yo! Ajeng chat gue, dia minta nomor telpon lo!" ucap Johan pada Leo di kantin.

Denis menatap Leo.  Leo tidak memberikan ekspresi apapun. Wajahnya sangat datar. "gimana? Kasih engga?"

"ga!" jawabnya singkat, jelas, dan padat. 

"lo engga mau tau dia mau ngomong apa yo?" tanya Denis.  Johan mengangguk setuju dengan ucapan Denis.

"engga!" jawab Leo seadanya.  Ia benar-benar tidak ingin tahu tentang cewe itu lagi.

"siapa tau ada yang penting yo! Kasih dia kelongggaran sedikittt lahh!" ucap Johan mencoba membujuk cowo itu.

Ia tidak tega dengan Ajeng yang terus-terusan minta nomor cowo itu, tetapi Leo selalu melarangnya.

"gue bilang engga ya engga!" tegas Leo
kemudian pergi dari hadapan mereka.

"gimana Den? Si babang tampan engga bakal mau walaupun dikasih barang mahal juga." tanya Johan kepada Denis.

Cowo itu tampak menimang ucapan Johan. Memang benar,Leo susah untuk dibujuk.

Apalagi dirayu dengan memberikan sesuatu. Ia tidak akan mau, karena ia juga dapat membelinya sendiri. 

Ponsel Johan bergetar. Ia melihat unsernamenya. "tuh kan Den!" ucap Johan sembari menepuk pundak Denis. 

Cowo itu terkejut. Denis memberi tatapan tajam. "orangnya nelpon gue!"

"ya angkat lah!" Johan mengatur napasnya. Kemudian ia menekan tombol telpon warna hijau.

"ya halo?" sapa Johan untuk orang disebrang sana.

"han? Gimana? Dia mau?" tanya cewe disebrang telpon. Suaranya terdengar lemah. 

"aduh jeng! Gue sama Denis udah coba bujuk dia. Tapi dia tetep engga mau." jawab Johan tak enak hati.

"kalo gitu, pliss kasih nomor dia ke gue yaa."

Johan memberi isyarat pada Denis dengan mengangkat kedua alisnya.  Denis menggelengkan kepala nya sebagai jawaban.

"aduh! Kalo itu gue engga bisa kasih jeng! Gue udah janji sama Leo. Dia kalo baper lama banget. Entar gue engga ditaktir lagi." ucap Johan kemudian menutup mulutnya.  Ia merasa ada kata-kata nya yang salah. 

Orang disebrang sana terkekeh renyah. "yaudah engga pa-pa. Tolong bujuk dia terus ya Han! Gue mohon, ini penting banget."

"gue sama Denis bakal coba lagi jeng. Btw, kalo boleh tau, kenapa lo pengen banget ketemu sama dia?" tanya Johan penasaran.

Denis mendekatkan telinganya ke ponsel Johan. Keduanya memasang telinganya baik-baik.

Ajeng terdiam. "kalo engga boleh tau juga engga pa-pa kok jeng!" ucap Johan merasa tidak enak dengan Ajeng.

"hmmm...gue divonis kena kanker stadium tiga." jawab Ajeng.

Kedua nya terkejut. Ia tidak menyangka orang secantik Ajeng terkena penyakit mematikan di dunia.

"lo serius?" tanya Johan mencoba meyakinkan sekali lagi. Cewe itu berdeham.

"hahaha, engga usah kaget gitu. Gua biasa aja kok."

"udah dulu yaa, gue ada tugas heheh. Makasih juga ya udah mau bantuin gue." ucap Ajeng sangat tulus.

"iyaa sama-sama jeng. Cepet sembuh yaa!" ucap Johan kemudian ia menutup panggilan tersebut.

"gimana nih Den? Kasian tuh cewe!" ucap Johan merasa iba pada cewe itu.

"nanti kita kerumah Leo." jawab Denis kemudian pergi keluar kantin meninggalkan Johan seorang diri.

AliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang