39

3.2K 141 6
                                    

"lo darimana sih?lama banget." Kesal Vino kepada Alia yang baru datang.

"ya maap,gue engga bisa ngeliat parfume yang dipajang hehehe." Leo mengacak-acak rambut Alia dengan gemas.

"kebiasaan!parfume terus!lo engga nyadar apa kamar lo udah kayak toko parfume?!" semuanya terkekeh mendengar penuturan Vino.

Ucapan Vino benar adanya. Membeli parfume ketika ke mall adalah tradisi yang wajib Alia lakukan. Walaupun dengan Leo, cewe itu selalu tidak lupa untuk membeli parfume. Selalu seperti itu,tetapi baik Vino ataupun Leo tidak ada yang melarang keinginannya. Menurut mereka itu adalah hal wajib yang unik untuk menguras isi dompet.

Kemudian mereka berjalan menuju restoran. Alia dan Leo jalan lebih dulu didepan Vino dan Ajeng. Kedua tangan mereka tetap seperti semula yaitu, saling menaut. Ajeng yang berada dibelakang mereka terus meratapi tangan tersebut. Sesekali Alia dan Leo bergurau. Ajeng rindu dengan Leo yang menggodanya. Ajeng merindukan semua yang Leo lakukan kepada Alia sekarang.

"kamu kenapa?" tanya Vino.

"eh engga pa-pah kok kak." Ucapnya kemudian tersenyum paksa.

"kamu sakit?atau kenapa?" khawatir Vino.

"ih aku engga pa-pah kok kak Vino. emang aku keliatan sakit ya?kan aku udah sembuh."

"engga,maksud aku, kamu tumben banget diem terus dikit-dikit bengong gitu." Ajeng memukul pelan lengan Vino sembari terkekeh renyah.

..........

"bang Vino,kapan ke singapore lagi?" tanya Alia.

"kenapa?lo engga seneng gue disini?" jawab Vino sedikit kesal.

"dih suudzon mulu sama adek sendiri!" Vino mengacuhkan Alia dan beralih pada layar komputer didepannya.

"lo udah jadian sama Ajeng?" Vino menggelengkan kepala.

"kenapa?" kepo Alia.

"lagi ngumpulin keberanian dulu." Jawab Vino yang tetap fokus pada layar komputer didepannya.

"sebenernya gue mau kasih tau sesuatu ke lo bang." Ucap Alia dengan jantung yang berdegup kencang.

"apaan?"

"engga jadi deh." Vino mengalihkan pandangannya dari komputer kepada Alia. Ia menatap Alia tajam. Sedangkan Alia membulatkan matanya.

"lo kalo engga niat ngasih tau engga usah bilang." Alia merasakan mood Vino saat ini sedang tidak bersahabat. Pasalnya cowo itu selalu menjawab ketus dan cuek.

"lo lagi marahan sama Ajeng?" Vino menggelengkan kepalanya.

"gue mau kasih tau sekarang,tapi mood lo lagi engga bagus."

"tentang apa?"

"Ajeng." Sontak Vino menegakkan tubuhnya dan menghadap ke Alia yang sedang duduk dipinggir kasur miliknya.

"kenapa dia?" Alia mulai memutar rekaman di ponselnya.

"makanya! Gue juga gedeg banget tau ga! Mereka tuh mesra-mesraan di depan gue."

"udah gitu kayak sengaja banget. Dan abangnya juga engga negur mereka sama sekali."

"padahal pas sama gue, Leo engga pernah tuh se sweet itu."

"kalaupun gue dapetin abangnya, gue engga bakal bisa dapetin mantan gue lagi."

"dia tuh dingin banget sama gue. Bahkan dia tuh nganggep gue engga ada aja gitu."

"hmm,okee,nanti gue telepon lo lagi ya."

Mata Vino tampak merah. Kedua tangannya mengepal erat. Urat di pelipis tampak jelas. Ia benar-benar sangat kecewa. Ia merasakan marah dan sedih dalam waktu yang bersamaan. Alia mengelus tangan Vino. ia mencoba menenangkan abangnya yang sedang menahan emosi dihadapannya.

"jadi...." Alia tersenyum sembari mengangguk. Ia sudah mengetahui pertanyaan yang akan dilontarkan Vino.

"kenapa lo engga bilang dari awal dek?" vino menundukkan kepala sembari mengacak-acak rambutnya kasar.

"karena gue engga punya bukti. Percuma gue ngomong panjang lebar kalo lo orang yang susah percaya. Walaupun Leo yang cerita pun gue yakin lo engga bakal percaya bang. Sama gue aja lo belum tentu percaya,apalagi sama orang lain."

Vino membenarkan ucapan adiknya. ia adalah orang yang susah percaya tanpa bukti. Tapi jika kenyataannya seperti ini,ada bukti ataupun tidak kenyataannya akan tetap menyakitkan.

"yang gue nangis sampe pingsan karena dibentak Leo itu setelah ketemu Ajeng di mall. Awalnya Leo engga mau cerita tentang Ajeng. Dan gue cerita ke lo juga engga sebut nama dia,karena emang awalnya gue engga tau nama dia."

"dia operasi kanker di singapore. Sebelum ke singapore,dia minta maaf sekaligus pamit ke Leo. Dan hari keberangkatannya ke singapore juga sama dimana lo berangkat juga. Gue ketemu dia dibandara pas arah pulang sama bunda,papah."

"awalnya gue setuju lo sama dia. Walaupun agak nyesek ngeliat abang sendiri jadian sama mantannya pacar gue. Tapi setelah gue denger semuanya dari mulut dia, gue rasa lo harus lepas dia. Yang dia mau Cuma Leo, otomatis dia bakal bikin kita berantem. Makanya sebelum semuanya terjadi,gue nunjukin ini ke lo."

Alia berdiri dan memeluk Vino yang terduduk lemas di kursi. Ia ingin menjadi sosok Vino ketika ia sedang diposisi yang sama sepertinya. Ia menenangkan abangnya yang terpuruk. Alia mengelus pipi halus Vino. sesekali ia menepuk kecil lengan Vino.

Vino memang tidak menangis dihadapannya. Tetapi hatinya sedang menangis dihadapan Alia. "gue sayang sama lo bang. Gue engga mau lo jatuh dipelukan orang yang salah."

Vino membalas pelukan Alia. Ia menaruh kepalanya dibahu Alia. Ia semakin mengeratkan pelukannya. Alia tersenyum,sebulir air dipelupuk mata tidak dapat dibendungnya. Cepat-cepat ia menghapus air mata tersebut sebelum Vino menyadari.

"makasih ya, lo dan bunda bakal jadi wanita yang paling gue cintai didunia ini." Ucap Vino dengan suara yang sedikit bergetar.

Saat ini vino merasakan dunia bertindak tidak adil kepadanya. Ketika ia sudah mengklaim bahwa dirinya mencintai seseorang, seakan-akan dunia menolak untuk dirinya bahagia bersama seseorang itu. Tetapi ia sangat berterimakasih karena telah dijauhkan dari orang yang berniat buruk.

..........

Huffttt. Part ini dapet engga feel nya?semoga dapet yaa....

mau peluk bang Vino juga...

Jangan lupa tekan bintangnya lohh yaaa-! 💘

AliaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang