"Selamat pagi Tante.." Sapa Al pada Mamahnya Yuki yang sedang duduk di teras rumah sambil membaca majalah.
"Pagi Al.. udah balik dari London..?" Ucapnya menutup majalah yang tadi dibacanya dan fokus menyambut kedatangan Al.
"Iya baru tadi malam sampainya Tan. Pengen langsung kesini tapi sudah larut, jadi pagi ini aja.." Jelas Al "Ohiya ini tan, sedikit oleh-oleh.." Al menyerah kan paper bag berisi pernak-pernik pada Mamahnya Yuki.
"Wah makasih banyak ya Al. Bilangin Bunda kamu juga.."
"Iya sama-sama. Eeemmm Tante gomong-ngomong Yuki nya ada..?"
"Ada Al. Yuki lagi dikamarnya. Yuki sudah berapa hari ga enak badan.."
"Yuki sakit Tan..?" Al terlihat panik mendengar kabar Yuki dari mamahnya. "Pantes telpon Al ga pernah diangkat, chat Al juga diread aja sama Yuki.."
"Iya Al, sudah berapa hari ga mau keluar kamar. Makan aja biasanya Tante yang nganter kekamarnya.."
"Ke dokter udah Tan..?"
"Gak mau dia Al. Kamu bujuk gih Yukinya.."
"Oke Tante. Al tengokin Yuki dulu.."
💙💙💙
Dengan hati-hati Al membuka pintu kamar Yuki yang saat itu tidak terkunci. Al melihat Yuki yang berbaring membelakangi nya sambil memeluk guling.
"Yuki..?" Ucap Al pelan. Mendengar suara Al, Yuki langsung bangkit dari posisinya dan memeluk Al yang saat itu duduk ditepi kasurnya.
"Al...." Yuki semakin erat memeluk Al
"Yuki gue tu cemas. Lo kenapa sih. Lo yang bilang kalau gue harus kabarin Lo tiap hari. Tapi kenapa Lo yang ga ada kabarin gue..?"
Yuki langsung menangis dan Al makin panik. Apa dia salah bicara tadi sehingga Yuki menangis.
"Yuki Lo kenapa sebenarnya? Lo jarang banget nangis. Lo anaknya ceria, ga kayak gini.."
"Gue.. putus.. sama.. Bryaann.." Ucap Yuki terisak.
"Hah? Kenapa bisa Ki..?"
"Dia tau tentang hubungan kita. Dia marah banget sama gue---
"Dia yang mutusin Lo..?" Tanya Al dan Yuki mengangguk. Yuki tidak menceritakan semuanya yang terjadi pada malam itu. Tentang perlakuan Bryan terhadap nya agar Al tidak marah. Kalau Al tau, dia pasti marah. Dan nyamperin Bryan. Makin runyam lagi nanti urusannya.
"Lo masih cinta sama dia Ki..?" Tanya Al, walaupun dia sudah tahu jawaban Yuki pasti iya. Kalau tidak, Yuki tidak mungkin sesedih ini sekarang putus dari Bryan.
"Banget Al. Gue masih cinta banget sama Bryan. Tapi gue sadar. Gue selama ini salah. Gue mau stop. Gue akan mencoba lupain Bryan.."
"Yakin Lo bisa..?"
"Gue akan berusaha.."
"Gue akan selalu bantu Lo Ki.."
"Makasih ya Al. Lo emang sahabat terbaik gue.."
"Semangat ya Ki.."
'gue ga tau, gue nyemangatin Lo buat apa Ki. Buat ngelupain Bryan, atau buat bantu Lo dekat lagi sama Bryan. Yang jelas gue pengen Lo selalu bahagia..' Batin Al
💙💙💙Bryan, Ditto, Karel dan juga Jerom sudah sampai diparkiran sekolah mereka. Setelah memarkir motornya masing-masing, mereka langsung berjalan berbarengan menuju kelas.
Bryan melihat saat itu ada Natasha yang berdiri didepan kelasnya, mencuri-curi pandang pada Bryan. Timbullah kejahilan diotaknya. Bryan berjalan menghampiri Natasha, teman-temannya hanya mengikuti dari belakang.
"Natasha.." Sapa Bryan sambil tersenyum manis.
"Bry.." Sahut Natasha malu-malu
"Lo kok cantik banget hari ini..?" Goda Bryan. Membuat teman-teman nya dibelakang bingung terhadap sikap Bryan.
"Serius Lo muji gue Bry..?" Natasha seolah tidak percaya. Karena Bryan memang tidak pernah seperti itu padanya.
"Iya dong. Masa bohong sih.. gimana kalo kita jalan sore ini..?"
"Beneran nih. Mau dong.." Jawabnya antusias. "Kena angin apa Lo malah ngajak gue jalan.."
"Lagi pengen aja. Nanti gue jemput ya.."
"Oke Bryan.."
"Gue mau kekelas dulu.."
"Iya hati-hati.." Ucap Natasha kesenangan.
.
.
.
."Lo serius ngajak Natasha jalan..?" Tanya Ditto masih tidak percaya.
"Paling sore gue lupa.." Jawab Bryan enteng.
"Masih aja kelakuan Lo ya.." Sahut Karel diujung.
"Ga takut dimarahin ibu negara..?" Jerom memperingati.
"Gue udah ga sama dia lagi.."
"Hah??" Ketiga teman Bryan langsung berhenti ditempat saat mendengar statement yang diucapkan Bryan.
"Maksud lo..?" Jerom masih menyelidik. Ini temannya satu kenapa lagi sih ada aja kelakuannya.
"Putus! Ngerti ngga..?" Tegas Bryan.
Mereka berempat melanjutkan langkahnya kembalimenuju kelas. Dan sekarang mereka sudah sampai dikelas. Dan langsung duduk dikursi masing-masing.
"Loh kenapa putus? Perasaan malam Minggu kemarin masih asik-asik aja pengen dinner bareng.." Tanya Jerom.
"Lo yang mutusin Bry..?" Sahut Karel.
"Yaiyalah. Masa gue yang diputusin.." Jawab Bryan
"Kenapa Lo putusin..?" Tanya Ditto.
"Udah bosen gue.."
"Wih emang sampe berapa ronde Lo malam Minggu itu ama dia. Sampe langsung bosan ajah.." Ejek Karel sambil tertawa.
"Hahahaha parah parahh.." Ditto menimpali.
"Gue fikir Lo udah berubah beneran Bry. Ternyata sama aja ya.." Lanjut Jerom.
"Ga berhasil dia ngerubah gue.."
"Sya sya Ersyaaaaa.." Teriak Ditto.
"Eh apa an Lo manggil-manggil Ersyaa..?"
"Berbagi kabar bahagia Bos. Sama dia.." Jawab Ditto. Dan saat Ersya sudah menghampiri nya, Ditto memelankan suaranya seperti berbisik.
"Lo mau gosip terbaru ga. Masih hangat nih gosip..""Gosip apaan..?" Tanya Ersya.
"Bryan putus ama ceweknya. Lo ada kesempatan Syaa.." Ucap Ditto semangat.
"Serius..?"
"Iyalah masa gue bohong. Tanya aja nih sama orangnya.." Ditto menunjuk Bryan yang saat itu memegang pelipisnya. Mencoba maklum dengan kelebayan si Ditto.
"Sejak Bryan pacaran sama cewek itu kan Bryan jadi jarang ngumpul sama kita-kita di diskotik. Gimana kalo malam ini kita rayain? Gue yang traktir.." Ucap Ersya
"Mantap. Gue suka nih yang gratis-gratis gini.." Ucap Karel
"Gimana Bryan? Mau kan..?" Tanya Ersya pada Bryan, dan mengedipkan sebelah matanya.
Bryan terdiam sebentar berfikir. Sebenarnya Yuki memang sudah berhasil sedikit merubah nya kearah yang lebih baik. Bryan sudah mulai mengurangi rokok. Bahkan sudah sangat jarang ke diskotik.
Apa dia akan kembali lagi kedunianya yang dulu?"Bry.." Panggil Ersya menyadarkan lamunan Bryan.
"Eh?? Iya oke. Gue ikut.."
Bjm, 11 April 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Sana Menanti Di Sini Menunggu
Random'Seumur hidup aku ini yang pertama Pintu hatiku diketuk oleh dua lelaki Punyai ciri selama ini kucari Berbeda wajah tampannya tetap asli Kalau kupilih di sini apa kata di sana Kalau kupilih di sana di sini akan terluka Perlukah aku pilih keduanya Be...