Dua Puluh Lima

651 124 39
                                    

To : AL
Al bisa kerumah gue ga? Mamah papah gue lagi pergi ada urusan.

Yuki mengirimkan pesan pada Al, dan hanya di read oleh Al.
Tidak ada balasan dari Al.
Biasanya Al langsung mendatangi rumah Yuki kalau Yuki memintanya, tidak sampai lima menit menunggu kedatangan Al. Tapi sekarang?

"Hhmmm ya sudahlah. Moga aja mamah papah sebentar aja urusannya.." Yuki bergerak menuju pintu rumahnya dan menguncinya. Yuki duduk diruang tamu menunggu sampai orang tuanya kembali.

Al yang membaca pesan singkat Yuki itu pun menjadi gelisah sendiri dikamarnya. Tapi Al teringat janjinya dengan Bryan, untuk tidak dekat lagi dengan Yuki.

Akhirnya Al hanya duduk di balkon kamarnya. Sambil memperhatikan keadaan dirumah Yuki. Dari atas sana, kelihatan mulai dari pagar, halaman sampai teras rumah Yuki.
Jadi Al bisa tau kalau orang tua Yuki sudah datang atau belum. Al tidak akan pergi dari balkon kamarnya sampai Al melihat orang tua Yuki sudah kembali.

Lama Al duduk disana bersama gitarnya, Al melihat sebuah motor yang berhenti didepan pagar rumah Yuki. Setelah mematikan mesin motornya. Orang itu langsung masuk kedalam halaman rumah Yuki, karena pagar rumah Yuki yang tidak terkunci.
Orang itu berjalan dan mengetuk pintu rumah Yuki.

Dan Al tau siapa orang yang datang kerumah Yuki itu.

Tok tok tok..

"Siapa ya? Apa jangan-jangan Al..?" Gumam Yuki tersenyum, dan segera menuju pintu rumahnya. Dan membukanya.

Tapi yang datang ternyata bukan Al, tetapi Bryan. Yuki refleks mundur dari tempatnya berdiri. Kaget.
Seharusnya Yuki senang dengan kedatangan Bryan, orang yang dicintainya. Tapi kenapa Yuki sekarang merasa takut?

"Bryan..?" Gugup Yuki, sulit meneguk ludah nya sendiri berhadapan dengan Bryan. Begini ya rasanya ketemu lagi sama mantan?

"Hai.." Ucap Bryan tersenyum manis pada Yuki.

"Ha.. hai. Bryan..." Sahut Yuki terbata.

"Boleh masuk..?" Tanya Bryan.

"Eeee.. orang tua aku.. lagi ga ada dirumah.." Jawab Yuki ragu-ragu.

"Ada yang mau aku bicarakan sama kamu Yuki.." Ucap Bryan.

"Kita bicara diluar aja gapapa kan Bryan..?" Tanya Yuki. Bryan menyadari ketakutan Yuki saat ini. Tapi Bryan tidak mau membahasnya sekarang. Karena ada yang lebih penting untuk dibahas.

Yuki duduk di teras rumah nya bersama dengan Bryan. Dan Al masih memperhatikan kedua orang itu dari atas balkon.

"Aku buatin minum dulu ya.." Ucap Yuki ingin beranjak dan Bryan langsung menangkap tangan Yuki.

"Ga usah. Duduk aja sini.." Ujar Bryan dan Yuki menurut duduk disebelah Bryan.

"Ada apa Bry..?" Tanya Yuki.

"Ki. Aku mau tanya sama kamu.."

"Tanya apa..?"

"Kamu masih cinta gak sama aku..?" Tanya Bryan langsung ke intinya, Bryan mengambil tangan Yuki dan menggenggam nya.

"Kenapa kamu nanya gitu..?" Ucap Yuki semakin gugup.

"Kamu cukup jawab masih atau enggak..?" Tekan Bryan.

"Aku ga tau Bry. Tolong jangan bertanya seperti itu.." Jawab Yuki takut.

"Kalau memilih aku atau Al. Kamu pilih siapa..?"

"Bry. Stop! Aku ga bisa jawab pertanyaan kamu itu.."

"Kenapa ga bisa..?"

"Itulah kesalahan aku. Aku ga bisa milih. Aku sayang sama kalian berdua. Aku ga bisa benci sama kalian berdua. Walaupun kalian nyakitin aku pun, aku tetap ga bisa membenci kalian.."

"Sebenarnya ini pertanyaan mudah Yuki.. Seharusnya kamu pilih Al daripada aku.."

"Kenapa? Kenapa aku harus pilih Al?
Al yang benci sama aku karena Al sudah mencintai perempuan lain.."

"Kalau kamu tau yang sebenarnya terjadi. Kamu ga akan bicara seperti itu.." Ucap Bryan membuat Yuki bingung dengan kalimatnya.

"Yang sebenarnya terjadi? Apa yang sebenarnya terjadi? Ada yang kalian sembunyikan dari aku..?"

"Al sangat mencintai kamu Yuki. Daripada aku.."

"Aku ga ngerti..!"

"Al tidak sanggup melihat kamu setiap hari bersedih karena putus dengan aku. Al menemui aku dan memohon agar aku mau balik sama kamu.." Jelas Bryan hingga Yuki tercengang.

"Apa..?"

"Dia berjanji tidak akan bersahabat dengan kamu lagi. Karena persahabatan kalian yang membuat putusnya hubungan kamu dengan pacar kamu.." Lanjut Bryan menjelaskan.

Tanpa sadar air mata Yuki menetes dan mengalir dipipi cantiknya. Bryan menyadari itu. Tak ada niat untuk menghapus air mata Yuki, biarlah Yuki mengetahui semuanya. Sekarang sudah saatnya Yuki tau.

"Awalnya aku setuju Ki. Untuk balik sama kamu, tapi sekarang aku ga bisa.."

"Lulus SMA, aku disuruh ikut ayahku ke Jerman. Aku akan tinggal disana dan melanjutkan kuliah disana.."

"Aku sebenarnya masih cinta sama kamu Yuki. Aku bisa saja menolak tawaran ayahku untuk membawa ku kesana.
Tapi aku malah menyetujuinya.
Karena aku tau, ada yang lebih mencintai kamu disini. Yaitu Al.."

"Jadi kamu jangan ragu lagi untuk memlilih antara aku dan Al. Jawabannya sudah jelas Yuki, kamu harus memilih Al.."

"Doakan aku disana ya. Aku janji aku akan berubah Ki. Aku tidak akan jadi anak nakal lagi. Aku sudah dewasa dan aku sudah berfikir untuk masa depan aku agar lebih baik lagi.."

"Kalau suatu saat nanti kita ketemu lagi, entah di Indonesia atau di Jerman, atau dimana pun itu. Aku pasti sudah berubah. Dan itu semua karena kamu Yuki. Makasih ya.. Kamu mengajarkan aku kearah yang lebih baik dari sebelumnya.."

"Kejar cinta sejati kamu Yuki. Bukan Al penghalang hubungan kita, tapi aku yang pendatang baru dihubungan kalian.
Dan sudah saatnya sekarang aku mencari cinta sejati ku juga seperti kalian.."

Air mata Yuki mengalir semakin deras dipipinya. Bryan menghapus air mata Yuki dengan kedua ibu jarinya.

"Yuki tolong bicara. Kalau kamu terus diam seperti ini, aku jadi tidak tenang.."

Yuki menunduk dan menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Yukiii.." Bryan mengangkat dagu Yuki agar Yuki melihatnya lagi.

"Bryan? Apa kamu bersedia memeluk aku sekarang..?" Pinta Yuki masih menangis.

"Oke. Dengan senang hati.." Bryan mendekat kearah Yuki lalu memeluknya erat. "Keluarkan saja semuanya Yuki, agar kamu lebih tenang.."

Yuki makin keras menangis dipelukan Bryan.

"Aku tidak akan pulang, sebelum kamu merasa sudah lebih baik Ki.." Ucap Bryan mengusap lembut rambut Yuki.

"Makasih ya Bryan. Kamu memang baik, aku sayang banget sama kamu Bry.."

"Aku juga sayang sama kamu Yuki.."

Al masih memperhatikan mereka berdua dari atas. Al memang tidak mendengar pembicaraan mereka. Tapi Al sudah bisa menyimpulkan sendiri kalau Bryan tadi sudah menepati janjinya dengan Al untuk balikan dengan Yuki.

Al melihat Bryan menggenggam tangan Yuki, mengusap pipi Yuki, dan memeluk Yuki. Itu sudah sangat jelas.

Al tersenyum miris "Selamat ya Yuki. Kamu harus bahagia..
Aku yakin mulai besok, senyuman kamu, tawa kamu, keceriaan kamu akan kembali lagi menghiasi hari-hari kamu.."







Bjm, 25 Mei 2020

Di Sana Menanti Di Sini Menunggu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang