Bab 3 [Cute Momment]

3.9K 334 53
                                    

Aku bengong ketika menerima singlet hitam Reno, mataku langsung terpejam karena jarak kami yang begitu dekat sehingga aku sempat melihat dada bidangnya yang ditato secara apik dengan  gambar burung rajawali, perutnya yang terpahat sempurna oleh enam kotak ketat, juga segaris bulu halusnya di bawah pusar, selain itu aroma yang menguar di tubuhnya juga wangi, padahal sudah mengkilat karena keringat.

  "Bu Liora kelilipan?" tanya Reno dengan suara kalemnya yang terdengar dekat, aku pun terus memejamkan mata ketika tiba-tiba kurasakan ada hembusan napas hangat di wajahku. "Bu...."

  Aku masih diam

  "Wusss!"

  Tiba-tiba Reno meniup mataku, membuatku tersentak dan segera memalingkan wajah. "Aku gak pa-pa, aku gak pa-pa," ucapku yang lantas mundur menjauhinya. Kok aku jadi gugup ya?

  Kusampirkan singlet Reno di pundakku, aku lantas berjalan menuju kursi tunggu di dekat mobilku itu dan belum berani menatap Reno lagi, kutaksir dia sedang menatapku sambil menggelengkan kepala karena heran.

  Akhirnya aku duduk dan kulihat Reno sibuk mempersiapkan alat-alat dari kotaknya untuk memperbaiki bagian bawah mobil, alat-alat seperti kunci inggris, tang, dan tetek bengek lainnya itu lantas ia tata di lantai.

  Aku jadi tersenyum tipis dengan sikap gugupku ini, tapi pemandangan di depan itu, kenapa aku menyukainya ya? Padahal aku sering berada di dekat pria-pria tampan di tempatku bekerja, bahkan Dimas, sahabatku sejak kuliah dulu, dia juga tampan dan kami kerap jalan bareng, tapi aku tidak sesuka ini.

  Kulihat Reno mengangkat alat pengungkit untuk menaikkan posisi mobil agar kolongnya muat untuk dimasuki.

  "Kamu suka nge-gym, Ren?" tanyaku, membelah keheningan yang tercipta, soalnya aku lihat dia mengangkat alat berat itu dengan satu tangan saja.

  Reno yang lantas meletakkan alat itu di dekat ban, segera menoleh ke arahku. "Enggak, Bu."

  Aku mengangguk-angguk.

  "Memang kenapa, Bu?"

  "Um, nggak pa-pa."

  Dia berekspresi datar dan malah langsung memasang alat itu. "Saya biasa olahraga di rumah," jawabnya seraya menarik matras begitu alat pengungkit itu terpasang, ia lantas rebahan di atas matras tersebut.

  Astaga, sexy banget posisinya ituuu, batinku seraya memejamkan mata, rasanya malu, padahal dia saja tak melihatku karena setelahnya, ia mendorong matras itu dengan kakinya sehingga kepalanya masuk ke kolong depan mobil. Detik itu juga kedua tangan kekarnya yang berisi ukiran tato naga terangkat dan ia mulai sibuk membenahi kerusakan di sana, sesekali ia meraih kunci inggris di sebelahnya yang tadi sudah ia tata di lantai.

  "Olah raganya apa, Ren?" Aku mencoba membuka obrolan, soalnya pria ini semakin memperlihatkan karakternya yang bicara seperlunya saja, —pendiam tapi lebih banyak bertindak.

  "Push Up, parkur, lari di lapangan, saya juga kadang latihan taekwondo."

  Aku mengangguk-angguk lagi meski kusadari Reno tak melihatku.

  "Kalau, Bu Liora sendiri?"

  Aku tersenyum. "Aku sendiri, ada treadmill sih di rumah kontrakan, Ren. Cuma makainya pas weekend aja, itupun jarang-jarang."

  Kulihat Reno meraih tang dengan tepat —padahal wajahnya masih ada di kolong mobil. Sudah hapal mungkin tata letaknya?

  "Pantes badan Ibu bagus."

  Aku menelan ludah. Dia memujiku? tanyaku dalam hati, padahal tubuhku ini tidak langsing-langsing amat.

  "Segini masih kurang ramping menurutku, Ren. Masih banyak nyemil juga kok kalau siang."

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang