Bab 12 [Manis Alami]

2.7K 245 27
                                    

Selamat malam! Yuk dilanjut, masih bersama Liora Anastasya yang nggak mempan dipanas-panasi oleh Dimas, ehe

⚜️⚜️⚜️

Di antara hiruk pikuk keramaian D'Cruncy, juga kesibukanku mengkoordinasi para pekerja untuk melayani banyaknya pesanan pembeli, aku terkekeh bersama Sisy. Bagaimana tidak? Di tengah ruangan sana, Dimas dan gebetannya sedang jadi pusat perhatian hampir seluruh pasang mata, mereka menuju tahap 'tunangan' dengan memintaku memainkan lagu My Heart Will Go On-nya Celine Dion di ruangan ini.

"Huahaha, Jack and Rose yang gagal akting," komentar Sisy di sebelahku yang sibuk menata topping pada beberapa gelas mocca float di hadapannya.

"Yang penting kita untung banyak, Syyyy," balasku sambil terus terkekeh, mengingat keuntungan yang kudapatkan dari pekerjaanku hari ini.

D'Crunchy semakin ramai ketika akhirnya aku meminta ke satpam untuk menyetop para pengunjung dengan alasan sedang ada acara, sebab jam-jam segini restoran biasanya sudah tutup. Aku hanya tidak ingin mereka (pengunjung baru) kecewa mengetahui semua menu ludes diborong Dimas.

Semuanya terkoordinasi dengan baik hingga aku memutuskan berjalan ke depan resto untuk menghirup udara segar, sekaligus menjauhi rasa malas akibat melihat Dimas dan gebetannya yang semakin alay. Bagaimana tidak? Kini Dimas sedang melakukan pemasangan cincin sambil mendudukkan gebetannya di atas meja.

[Jangan dibayangin, itu cara melamar yang nyata alay-nya, wkwk]

Reno? Tunggu tunggu tunggu, itu beneran Reno? Aku terkesiap ketika sampai di beranda D'Crunchy dan menemukan Reno berjalan dengan gagahnya ke arahku. Sontak jantungku berdebar kencang. Ya, itu beneran Reno, sebab ia meninggalkan motornya yang kukenali di ujung parkiran.

Walau hanya mengenakan kaos ketat warna abu-abu dan celana army penuh saku, Reno tampak menawan. Di pundaknya tersampir jaket kulit hitam dan wajah Reno tampak segar dengan rambut membasah. Tangan kanan Reno terlihat menenteng kresek bening berisi dua cup minuman berwarna cokelat.

  "Malam, Li," sapa Reno ketika akhirnya sampai di hadapanku, ia mengangguk sopan.

  "Reno? Ma-mau masuk?"

  "Enggak, Li. Sedang ada acara, kan, ya?"

  Aku mengangguk. "Mau makan?"

  Reno menggeleng, ia lalu berjalan menuju kursi kosong di dekat kami dan duduk. "Saya cuma mau memastikan kamu baik-baik saja, Li."

  Dahiku mengernyit, aku lantas ikut duduk di seberang Reno, jadilah kami duduk berhadapan, mengabaikan hiruk pikuk keramaian di dalam sana. "Aku baik-baik saja, Ren."

  "Soalnya biasanya jam segini kamu sudah pulang."

  Aku langsung paham dan tersenyum. Astaga, Reno ngawatirin gue? Aih, manis banget sih.

  Reno meletakkan kedua tangannya di atas meja  "Kembalilah bekerja, Li. Kalau sudah siap pulang, kabari saja, nanti saya iringi sampai rumah."

  "Sebenarnya sudah selesai, Ren, pekerjaannya, karena menunya juga sudah hampir habis. Cuma tinggal nunggu acaranya selesai saja."

  "Acara ulang tahun?"

  "Bukan. Ada seseorang yang sedang melamar kekasihnya, dan memborong semua menu di resto ini."

  "Wow. Itu rejeki kamu."

  Aku mengangguk-angguk dan tersenyum lagi, tertegun memandangi wajah Reno yang tampak fresh, tubuhnya menguarkan aroma deodorant yang segar. "Kamu dari mana, Ren?"

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang