Bab 22 [Iri bilang, Bos]

2.3K 162 62
                                    

Selamat pagi, dengan Liora anastasya yang masih minta ke author supaya ceritanya jangan dimasukin konflik, ekekeke, happy reading!

🍖🍖🍖

  Aku duduk sambil memainkan ponsel di teras rumah malam ini, menunggu Reno yang katanya mau datang dan mengajakku makan malam. Makan malam dimana dan seperti apa, aku masih belum tahu, yang pasti aku bahagia dengan apapun yang dilakukan Reno kepadaku.

  "Mobil kamu masih butuh waktu sekira seminggu lagi agar kembali normal, Li, soalnya orang bengkel sedang mendatangkan onderdil pengganti dari luar kota."

  Itu ucapan Reno pagi tadi setelah pulang dari kampung Banyu Biru dan mengantarku ke tempat kerja.

  Ting tong!

  Seseorang membunyikan bel rumahku. Aih, pasti Reno nih, batinku bahagia seraya bergegas menuju pintu gerbang rumah, tanpa babibu aku lantas membukanya.

  Tapi…

  "Dimas?" ucapku kaget saat tahu yang berdiri di hadapanku bukan Reno, tapi justru si menyebalkan Dimas. Astaga, dia kenapa sih suka merusak mood baikku?! rutukku kesal.

  Kulihat Dimas mengenakan pakaian kantoran rapi dan memegang sebuket besar mawar merah.

  "Halo Liora Anastasya, ini buat kamu," ucap Dimas riang sambil menubrukkan bunga tersebut ke hadapanku, sontak akupun menangkapnya walau sebenarnya tidak mau. Selanjutnya Dimas tiba-tiba nyelonong masuk melewatiku dan berjalan santai menuju teras lalu duduk. Ya ampun ngeselin banget sih.

  "Huft," aku menghela napas kesal dan membiarkan pintu gerbang kubuka lebar-lebar agar tidak jadi pembicaraan tetangga. Aku lantas berjalan menuju teras dengan malas-malas.

  "Anyway, by the way and busway, dalam rangka apa nih ngasih bunga segala?" tanyaku setelah sampai, aku lantas meletakkan buket bunga tersebut ke atas meja.

  "Sebagai bentuk rasa sayang aku ke kamu, Ra. Nggak salah, kan?"

  "Ishhh," balasku seraya memainkan ponsel lagi. "Memberiku sesuatu di saat aku nggak membutuhkan tuh malah mubazir loh, Dim, dan bikin aku bingung, mau dibuang sayang, disimpan juga nanti layu, mending aku balikin lagi deh, tuh ambil."

  "Eh, eh, jangan gitu dong, Ra. Terus maunya kamu dikasih apa? Pizza aja yuk, aku delivery-kan, nanti dimakan bareng."

  "No, I'm sorry, sebenernya yang aku minta justru ditinggalin aja," balasku tanpa menatap Dimas, aku malah sibuk membuka Wattpad dan liatin update-an cerita fanfic-nya Bang Ikko Williams tentang Park Chanyeol.

  Ting tong!

  Bel depan berbunyi lagi. Sontak tatapanku -dan Dimas- segera tertuju ke arah pintu gerbang.

  Berdiri dengan gagahnya di depan sana, Reno.

  Aaaa! I miss him so much, batinku senang. Kulihat Reno masih mengenakan helm bogonya dan menenteng sesuatu dalam kresek putih.

  "Masuk aja, Ren!" seruku penuh semangat sambil bangkit berdiri.

  Reno-pun tersenyum dan berjalan mendekatiku. Sesampainya di teras, ia menjabat tangan Dimas dengan santainya sementara Dimas tampak menyambutnya dengan malas.

  "Duduk, Ren," Aku mempersilahkan Reno untuk duduk dan dia nurut lalu duduk di sampingku, kuabaikan Dimas yang tampak kesal dan malah memainkan ponsel.

  "Bentar Ren, aku buatkan minum dulu," ucapku sambil meletakkan ponselku di atas meja.

  "Um, nggak usah, Li, saya bawa minuman ini."

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang