Bab 20 [Dihibur]

2.2K 183 52
                                    

  Aku tersenyum sepulang kerja sore ini, aku menaiki gojek karena merasa tidak enak kalau minta dijemput Reno. Naik gojek pun hanya sampai di depan gapura saja soalnya driver-nya takut dengan tukang ojek pangkalan di kampung Kupang Rejo.

  Setelah mendapat pesan WA dari Reno pagi tadi sehabis mengantarku, bahwa mobilku sudah dibawa ke Bengkel Anugerah, aku cukup bahagia dan tak ingin membuat repot Reno lebih banyak lagi. Padahal sebenarnya barusan gojek yang kutumpangi melintasi depan bengkel Anugerah, tapi aku tidak ingin mampir karena kurasa Reno sedang sibuk.

  Hingga, ketika akhirnya gojek yang mengantarku berlalu, aku segera berjalan menuju rumah dengan langkah santai, lagu Aku Lelakimu-nya Virzha yang kuputar di ponselku dan didengarkan dengan earphone, mengiringi langkahku hingga akhirnya sampai di rumah kontrakan tempatku tinggal.

  Waduh!

  Aku kaget banget ketika membuka pintu gerbang di hadapanku. Dimas keluar dari rumah sebelahku dan tampak tersenyum lebar. Tuhannn, jangan biarkan dia memperburuk mood saya.

  "Sore, Liora!" sapa Dimas riang, membuatku alih-alih seneng, justru jadi sebal.

  "Iya," jawabku sambil memandangi sesaat cowok yang terlihat tampil parlente itu.

  "Ra, boleh ngobrol sebentar?"

  "Aku mau segera mandi, Dim, udah sore, nih udah jam setengah lima," timpalku sambil menengok arloji di tanganku dan segera memasuki pelataran rumah.

  Berjalan mendekati teras, rupanya Dimas justru mendekatiku dengan langkah cepat.

  "Ra, Ra, tunggu," Dimas tiba-tiba menangkap tanganku, membuatku segera menoleh dan menepis genggamannya.

  "Apa-apaan, sih, Dim?"

  "Please, aku mau ngomong sebentar, Ra."

  "Ngomong apa? Oh c'mon, Dim, kalau ngomong yang nggak penting aku tinggal lho ini," ucapku sambil mendengus kesal dan meneruskan langkahku hingga sampai depan pintu. Kuabaikan Dimas yang tiba-tiba duduk di bangku teras dan melipat tangannya.

  "Ini penting banget, Ra. Duduk dulu dong."

  Wagelasehhh, kok justru jadi dia yang berasa tuan rumah.

  Aku menghentikan langkah, khawatir kalau aku membuka pintu dan cowok gesrek itu malah jadi ikut masuk. Dia kan tipe-tipe cowok pemaksa.

  "Tapi janji sebentar doang lho ini," ucapku yang akhirnya duduk di bangku depan Dimas sambil memutar bola mata saking malasnya. Baiklah gue ladeni sebentar, sambil ngadem dulu sebelum mandi.

  Dimas ngangguk-angguk.

  "Ra."

  "Hmmm."

  "Kamu nggak nanya gitu kerjaan aku sekarang? Sekarang aku jadi wakil direktur di perusahaan penerbangan Hawa Air lho."

  Terus? Gue kudu bilang ke wak-waw gitu? batinku sambil memutar bola mata lagi. "Oh iya, bagus itu, jadi bisa ketemu cewek-cewek bening," ucapku sekenannya.

  Dimas tersenyum. "Tapi nggak pernah nemuin yang sebening kamu, Ra."

  "Oh," timpalku. Gombalan yang enggak bermutu.

  "Ra."

  "Hmmm."

  "Kamu nggak nanya aku tampil necis gini mau kemana?"

  "Kayaknya enggak ada kepentingan bagiku buat nanya-nanya itu deh Dim."

  Dimas mesem. "Aku mau ngomong sesuatu sama kamu."

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang