Aku harus berterima kasih ke Reno dengan cara apa ya? batinku malam ini setelah melalui satu hari bekerja dengan mood bagus, wajah Reno terus membayang di pikiran, sementara ucapannya kalau diingat-ingat suka membuatku jadi senyam-senyum sendiri.
Aku masih ada di D'Crunchy pada pukul 20:30 ini, pengunjung malam mulai ramai lagi dan pekerja sift siang mulai pulang digantikan pekerja sift malam.
Seharusnya pekerjaanku sudah selesai sejak jam 18:00 tadi, tapi karena salah satu pekerja sift malam di bagian kasir belum pasti datang, maka aku inisiatif membantu satu pekerja di bagian itu yang terlihat kewalahan karena banyak pengunjung. Baru saja aku mendapat pesan WA dari kasir yang belum datang tersebut kalau ibunya sedang sakit dan dia nggak janji bisa datang, maka kumaklumi saja hal itu. Lagipula mood-ku kan lagi bagus buat lembur. Kenal dengan Reno benar-benar membuat aku jadi merasakan dampak kebahagiaan oleh pitutur dan sikapnya.
Ketika akhirnya pengunjung sedikit berkurang, aku pamit meninggalkan sang kasir menuju outlet minuman tempat kerja Sisy yang berjarak beberapa langkah saja dari meja kasir.
"Eh, Mbak Liora," ucap Sisy begitu aku masuk ke ruangannya yang penuh dengan berbagai macam minuman dan es krim itu.
Aku mesem dan menarik kursi lalu duduk di samping Sisy, sementara ia tampak tengah melayani seorang pembeli es krim.
"Kok seharian ini wajahnya semringah banget, Mbak Li? Gue jadi penasaran nih ada apa, bagi-bagi napa mood bagusnya," lanjut Sisy usai melayani pembeli, ia lantas ikut menarik kursi, duduk di sampingku dan menyenggol lenganku.
Aku masih diam, hanya mesem saja seraya menarik laci pada meja di hadapanku, tempat aku dan Sisy menyimpan peralatan make up, aku ingin merapikan riasan wajahku lagi.
"Mbak Li lagi falling in love nih pasti? Ya kannn?"
"Exactly, yes." Aku menimpali ucapannya sambil tersenyum semringah.
"Woah, dengan siapa, Mbak? Pak Dimas yang tajir melintir itu?"
"Walah, enggak dong Sy, bukan tipe gue dia mah."
"Wanjayyy, sekece dan sekaya dia masih bukan tipenya Mbak Liora? OMG!"
Aku kembali mesem dan meraih sebuah lipstik warna baby pink dari laci di hadapanku, sesaat kemudian aku meraih kaca.
"Pasti kriteria Mbak Liora yang lebih high dari dia ya?"
"Sisy cantik, listen, kalau bicara harta dan kekayaan, gue nggak akan muluk-muluk atas kriteria gue. Gue cuma nyari pria yang baik hati dan penuh cinta."
"Memang ada ya Mbak pria seperti itu di jaman sekarang ini? Berasa dongeng banget deh."
"Weladalah, dibilangin kok ngeyel kamu tuh, Sy."
Sisy terkekeh. "Anyway, alasan gue juga betah menjomblo sebenernya mau nyari yang tipe-tipe seperti itu Mbak, tapi semua cowok kan sama, punya sisi brengsek yang nggak cukup mencintai satu wanita saja."
"Kapan-kapan gue kenalin sama pria yang lagi dekat sama gue ya Sy."
"Aih, siap Mbak Li."
Aku mulai memoles lipstik ke bibirku. "Tapi lo jangan menilai tampilan luarannya loh ya, soalnya tampilan kan nggak menjamin hati dan sikap, nyatanya Dimas yang selalu tampil parlente dan kece begitu saja gue nggak suka."
"Baiklah. Pak Dimas itu sedikit songong ya Mbak dengan kekayaannya?"
"Bukan sedikit lagi, tapi rajanya songong."
Sisy tertawa. "Kalau jalin hubungan sampai nikah, auto punya banyak simpenan yak pria seperti dia tuh."
"Ho'oh, dan gue gak mau jadi wanita yang diperlakukan semena-mena."
KAMU SEDANG MEMBACA
A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)
Storie d'amoreLiora Anastasya adalah seorang wanita karir yang hidupnya serba tertata rapi dan perfeksionis. Itu juga termasuk pandangannya soal jodoh, bahkan Dimas yang seorang wakil direktur di perusahaan penerbangan saja ia tolak dengan berbagai alasan. Tapi b...