Bab 21 [Bikin Anak?]

3.8K 195 58
                                    

  Aku membuka mata, terbangun oleh dering alarm, bukan, ternyata aku salah, alarm-ku justru tidak berbunyi karena aku sedang tidak tidur di rumah, yang membangunkanku justru suara gadis-gadis kecil di sekelilingku.

  Jam berapa ini, batinku seraya mengedarkan pandangan, membuat gadis-gadis yang cekikikan itu jadi diam, dua di antaranya menguyel-uyel di dekat tubuhku, sementara yang satunya tiduran di pahaku.

  Setelah kesadaranku terasa terkumpul, aku lantas tersenyum lebar. Aduh, mereka lucunya minta ampun.

  "Yay! Kak Liora udah bangun!" ucap salah satu dari mereka seraya memelukku.

  "Hai, selamat pagi," timpalku seraya mengusap kepala ketiga gadis kecil itu bergantian.

  Sementara aku bangkit dan duduk, kulihat siluet seseorang di ambang pintu, ambang pintu yang menghadap ke arah selatan yang mana cahaya mentari tampak bersinar tipis-tipis namun cerah.

  Seseorang itu adalah Reno, dia tersenyum semringah seraya mendekatiku, pada kedua tangannya ada dua cangkir minuman dengan asap mengepul.

  Anak-anak terdengar ceriwis.

  "Bang Reno dan Kak Liora bakal disini terus, kan?" tanya si gadis kecil keriting yang jadi ikut bangkit dan duduk di sampingku.

  "Enggak dong, Nduk," balas Reno seraya mendekat, meletakkan dua cangkirnya di meja lalu mengusap kepala tiga gadis kecil di sampingku secara bergantian. "Kak Liora kan harus kerja juga."

  Waduh, iya! Gue harus kerja! batinku yang baru saja konek. "Jam berapa ini, Ren?" tanyaku seraya terus memandangi wajah Reno yang terlihat segar, sepertinya dia baru cuci muka. Pria itu lalu mengangsurkan tubuh besarnya dan duduk di dekat kakiku.

  "Hampir jam enam," ucap Reno seraya memijit kakiku yang kuselonjorkan. "Sarapan yuk, Li, abis itu saya antar pulang."

  "Ikut! Ikut! Ikut!" ucap ketiga gadis kecil di kanan kiriku yang lantas jadi berjingkrak-jingkrak dan menghambur ke arah Reno.

  "Iya, Nduk, iya," ucap Reno ramah.

  "Perasaan mereka tuh semalam dijemput ibu-ibu mereka, kok sepagi ini tiba-tiba udah ada di sini, Ren?" tanyaku ke Reno. "Aku suka anak-anak, Ren. Duh jadi inget sepupuku dulu saat dia masih kecil, gadis yang imut, tapi mungkin sekarang udah remaja karena udah lama tak bertemu," lanjutku sambil mengingat keponakanku, Stellarosa, di Jakarta sana.

  Reno tersenyum. "Kata ibu mereka, mereka ingin melihatmu lagi pagi ini, Li," jawab Reno sambil merangkul gadis-gadis kecil itu.

  Akupun mengangguk paham.

  "Ya Bang Ren? Ikut sarapan ya? Boleh?" tanya si gadis kuncir kuda yang bermanja-manja di lengan kekar Reno, membuatku terkekeh dibuatnya.

  "Boleh dong, baiklah, sana pada turun ke lantai satu dulu, ada simbah yang abis masak bareng saya," timpal Reno yang lantas disambut antusias oleh ketiga gadis kecil tersebut.

  Kulihat ketiga bocah itu lalu dengan semangatnya turun dari sofa dan berjalan sambil berjingkrak-jingkrak kesenangan menuju anak tangga.

  "Jangan dorong-dorongan lho ya!" ucapku yang khawatir melihat langkah cepat mereka, aku lantas terkekeh.

  Melihat tawa bahagiaku, Reno tiba-tiba bertanya. "Kenapa suka anak-anak?"

  "Soalnya lucu, Ren. Mereka itu masih polos dan tawa mereka itu menggambarkan keadaan yang seungguhnya. Beda dengan orang dewasa yang bisa memanipulasi ekspresi."

  Reno mengangguk-angguk, akupun lantas menurunkan kakiku ke lantai sehingga bisa duduk berdampingan dengan Reno.

  "Aku jadi membayangkan saat punya anak nanti, Ren," lirihku seraya memandang ke arah pintu dimana mentari pagi menyorot dengan indahnya.

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang