Bab 18 [Rengkuh 01]

2.4K 188 16
                                    

  "Liora, kamu cek ulang laporan keuangannya ya, dan kirim lagi segera, yang rapi, ada banyak selisih soalnya. Kamu kenapa hari ini? Niat kerja tidak?"

  Aku merasa dongkol ingat ucapan Pak Bagio siang tadi saat aku mengirim laporan keuangan.

  "Bu Liora, ini gimana? Ada yang order onion ring sama steak daging kalkun, tapi di dapur bahannya nggak ada. Padahal kan Bu Liora habis nyetok logistik pagi tadi? Lupa beli atau gimana, Bu?"

  Kali ini ucapan leader Chef yang berputar-putar di kepalaku, pria itu kesal karena belanjaan di dapur tidak sekomplit biasanya, dan jelas ini salahku, kurang fokus saat membuat daftar belanja.

  Duh, padahal aku sudah berusaha kerja sebaik mungkin hari ini, tapi mood-ku memang tak bisa dibohongi, mood buruk gara-gara kedatangan Dimas pagi tadi, juga kenyataan kalau dia bakal jadi tetanggaku untuk waktu yang entah sampai kapan.

  Uwaaa! Tuhannn, saya stres! Aku menjerit dalam hati seraya terus melajukan mobilku malam ini menuju rumah. Gara-gara mood burukku, aku jadi harus kerja dua kali hari ini, kerjaan yang akhirnya baru selesai pukul 20:00 dan aku baru bisa pulang.

  Dimas oh Dimas! Gue jadi pengen buang lo ke kutub utara sana, batinku kesal saat ingat kejadian pagi tadi, sehabis olahraga dan mandi, Dimas kutinggal di teras, tapi saat aku sudah siap berangkat ke kantor, dia sudah tidak ada, meninggalkan banyak sampah mulai dari kresek, box pizza hingga ceceran saus dan remah-remah makanan di meja teras. Uwaaa!

  Melewati Bengkel Anugerah tempat Reno bekerja yang masih buka, entah kenapa aku jadi ingin mampir, memeluk dia dan cerita kalau hari ini pekerjaanku berat banget. Tapi aku sadar itu berlebihan, walau akhirnya aku mengikuti kata hatiku untuk mampir dengan memasukkan mobilku ke halaman bengkel itu.

  Suara gelak tawa terdengar membahana di ruang tamu bengkel (karena sebenarnya bangunan itu mirip rumah, jadi bagian garasinya untuk bengkel dan ada ruang tamunya di ujung kanan). Walau kulihat di bengkel itu banyak servisan mobil yang tampak belum beres, kupikir para pekerjanya akan melemburnya malam ini karena tumben-tumbenan bengkel ini masih buka malam-malam begini.

  Dari balik kaca bergorden tipis itu aku bisa melihat lampu ruangannya menyala terang dan ada beberapa siluet pria yang tampak sedang mengobrol sambil sesekali tertawa.

  Aku pun segera turun dari mobilku dan melenggang menuju ruang tamu itu. Semoga ada Reno, batinku mantap sambil tersenyum. Dih dih dih, kok gue bisa sekangen ini sih sama dia? Kan baru kemarin malam kami bertemu.

  "Permisi, assalamu'alaikum," sapaku begitu menyembulkan kepala ke dalam ruang tamu itu. Kulihat di dalamnya ada…

  Alhamdulillah, yes, ada Reno dong! batinku senang, kulihat dia tengah bermain kartu dengan teman-temannya yang merupakan tiga orang remaja pekerja bengkel —itu terlihat dari jaket 'Bengkel Anugerah' warna merah yang dipakai masing-masing.

  Reno menoleh dan menampakkan ekspresi senang sekaligus tidak menyangka akan kedatanganku. Ia yang tampak gagah dengan kaos polo hitam ketat dan celana jins dengan robekan di lutut itu lantas tersenyum. "Wa'alaikumsalam," jawab Reno, jawaban yang lantas dilantunkan serempak oleh teman-temannya.

  "Liora? Sini masuk." Reno langsung berdiri menyambutku dengan ramah, aura ketampanannya terpancar. Sementara itu temannya justru saling pandang dan senyam-senyum sendiri, salah satunya malah tampak khidmat menyeruput segelas kopi hitam yang tersaji di meja, yang kulihat mereka malah seperti anak buah Reno, soalnya kalau teman kan pasti pada sindir-sindiran atau goda-goda temannya yang sedang ketemu dengan lawan jenisnya.

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang