Bab 10 [Bahagia]

2.8K 227 27
                                    

Masih bersama Liora dan Reno. Happy reading, Gengs!

🍉🍉🍉

Pagi ini aku mengganti pakaianku dengan setelan baju olah raga usai menjalankan sholat subuh, nggak biasanya aku olah raga sepagi ini, tapi mengingat ada yang janji mau mengajakku jogging, dan orang itu adalah Reno, makanya semalam aku jadi tidur lebih awal dan bangun sepagi ini.

Woah, belum ada jam lima ternyata, batinku seraya melirik arlojiku di atas meja rias, arloji sport biru navy yang segera kulingkarkan di pergelangan tangan kiri, aku juga sudah menyiapkan tumbler berisi air putih.

Ting! Ting! Ting!

Sebuah panggilan mendarat di ponselku dengan dering yang begitu nyaring, aku pun cepat-cepat menengoknya. "Yashhh, Reno!" pekikku senang.

"Halo, Li." Kudengar suara Reno terlantun lembut begitu aku mengangkat telepon itu.

"I-iya," sahutku cepat.

"Sudah siap? Saya di depan, Li."

Yesss, batinku senang seraya bangkit dari dudukku dengan cepat dan bersiap membukakan pintu gerbang untuk Reno. "Oke, oke, sebentar, Ren."

Begitu aku keluar rumah dan menemukan siluet bayangan tubuh Reno dari balik pagar besi berlapis fiber hijau itu, aku segera mematikan telepon dan mendekatinya.

Klek!

Aku membukakan pintu untuknya dan wow, kulihat dia tampil maskulin dengan kesederhanaannya, Reno mengenakan celana olahraga hitam selutut, sepatu sport hijau army , dan singlet hijau tua yang mencetak jelas bagian dada bidangnya, selain itu tato-tato di lengan kekarnya juga terekspose begitu jelas. Reno juga membawa tas selempang warna abu-abu.

"Ma-masuk dulu, Ren," ucapku sambil tersenyum.

Reno mengangguk sopan ke arahku lalu berjalan masuk ke pelataran rumah kontrakanku, menebarkan aroma wangi tubuh yang menyapa indra penciumanku.

Kami lantas berjalan beriringan menuju teras rumah dan aku segera menyuruh Reno untuk duduk dulu, karena di teras ini ada bangku kayu panjang, bangku yang tidak ada sandingannya seperti penghuninya, ahaha. Yap, hanya bangku saja, tanpa meja atau apapun.

"Sebentar ya Ren, aku mau nyari sepatu dulu yang cocok."

"Iya, Li, santai saja. Masih terlalu pagi juga," timpal Reno sambil tersenyum, kulihat ia lantas memainkan ponselnya.

Tak sampai lima menit akhirnya aku kembali dengan menenteng sepatu sport warna biru laut, kupilih sepatu itu karena sesuai dengan kaos olah raga lengan pendek yang kukenakan. Aku lantas duduk di sebelah Reno. "Mau ngopi dulu, Ren?"

"Nggak usah, Li, nanti aja sehabis jogging, saya mau ngopi di warung depan rumah kamu."

"Nanti ngopi sama sarapan di sini aja, Ren," ucapku sambil memakai sepatuku.

"Sippp, gampang itu mah nanti, Li."

Aku mengangguk-angguk. Duh kenapa sepatu ini jadi gak muat di kaki gue ya gara-gara sekian lama gak dipakai, batinku seraya mengingat terakhir kali memakai sepatu itu adalah saat aku masih di Jakarta. Sebenarnya aku masih punya beberapa di dalam, tapi yang berwarna biru ini memang selalu kubawa kemana-mana karena aku suka sama warnanya.

"Gak muat ya?" tanya Reno seraya memandangi kakiku.

"Kalau udah masuk sebenarnya muat sih, Ren, ini cuma sesak di bagian bibirnya aja."

"Coba talinya kendorin dikit, Li, begini." Tiba-tiba Reno jongkok di hadapanku dan meraih sepatuku lalu membuka talinya, membuatku deg-degan dan mesam-mesem. Ia jongkok menghadap kakiku dan tampak santai mengendorkan tali sepatu sport-ku.

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang