Bab 8 [Rasa]

3.2K 256 18
                                    

Malam! Liora Anastasya dan Reno Suseno siap menemanimu!
Selamat membaca!

🎆🎆🎆

Aku dan Reno duduk berhadapan di beranda kafe bernuansa vintage ini, kami memilih meja ini karena di dalam sangat penuh pengunjung. Kafe yang dipilih Reno ini merupakan kafe besar dalam komplek ruko yang penuh kafe-kafe serupa, namun dibangun dengan konsep ciamik dan memanjakan mata, udara di sini juga sangat segar karena berada di kawasan asri.

Kulihat di kanan kiriku masih ada dua meja kosong, sementara di ujung sana, ada sepasang remaja yang tengah suap-suapan. Kuabaikan pemandangan itu setelahnya.

"Trims, Ren."

"Untuk?"

Aku dan Reno memulai percakapan setelah kami jadi senyum-senyum sendiri. Kalau aku sih, tersenyum karena ingat ciumannya yang selalu membuat moodku jadi bagus, tapi kalau dia? Entahlah, dia terus tersenyum tipis seraya mencuri pandang ke arahku, dan ketika kami jadi saling tatap, kulihat tatapannya menyiratkan kekaguman. "Sudah memilihkan tempat ini, keren," timpalku sambil menunduk, menghindari tatapannya yang membuatku tidak tahan.

"Kamu suka, Li?"

Aku mengangguk.

"Permisi, silakan menunya." Suara seorang pelayan kafe tiba-tiba terlantun, membuatku mengangkat wajah dan memandangi lelaki remaja berpakaian rapi berwajah ramah itu.

"Trims, Mas."

Pelayan itu mengangguk lalu menyenggol pundak Reno sambil tersenyum lebar. "Pintar sekali kau menggaet cewek secantik dia."

"Hush! Diamlah atau kupotekkan lehermu."

Sang pelayan lalu terkekeh dan berlalu meninggalkan Reno yang kali ini jadi tampak kikuk.

Dahiku mengernyit.

"Maaf," ucap Reno lirih seraya meletakkan sikutnya ke atas meja dan memandangi buku menu di hadapannya.

Senyumku tersungging. "Teman kamu?" tanyaku sambil menunjuk pelayan tadi.

Reno mengangguk. "Dia tinggal di kampung kita juga dan masih dalam masa training kerja di kafe ini."

Aku tersenyum paham. "Kamu pernah ke sini, Ren, sebelumnya?"

"Belum."

"Why?"

"Kompleks ruko ini masih baru, Li."

Aku mengangguk-angguk.

"Lagipula saya bukan anak kafe."

"Lalu kamu anak apa dong?" godaku.

"Hanya anak kampung biasa yang sukanya nongkrong di warung kopi. Jadi, saya minta maaf kalau misal ada minuman di sini yang tidak sesuai sama selera kamu, Li, karena saya hanya merekomendasikan tempatnya, kalau menunya saya belum yakin."

"Santai aja kali, Ren."

Kami saling tatap dan sama-sama tersenyum.

"Kamu mau minum apa, Ren? Aku sudah memilih," ucapku beberapa saat kemudian setelah aku memilih minuman buble green tea dan sepiring kue roll keju.

"Ada sesuatu yang bikin seger kah, Li?"

"Mau yang seger-seger? Pandangin aku aja, Ren," godaku.

"Ya sudah, saya mau mandangin kamu saja sampai pulang nanti."

Aku terkekeh. "Becanda, terlalu pede rasanya kalau aku mampu bikin matamu seger."

"Kenyataannya begitu, Li, kamu seseger ini," balas Reno seraya menujuk segelas Lemonade pada buku menu.

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang