Bab 15 [Larut Dalam Nada]

2.3K 202 41
                                    

  Dua cangkir teh hangat disuguhkan simbah pemilik rumah dua lantai ini sebelum akhirnya beliau pamit karena harus menyusul kerbaunya di sawah.

  Setelah menyeruput tehnya, kulihat Reno dengan gagahnya duduk menghadap piano itu, piano yang menghadap ke arahku, sehingga aku bisa melihat raut wajah Reno yang serius namun tenang.

  Astaga, apa iya dia bisa main piano?

  [Author: Orang author sama readers aja pada gak percaya, Li]

  Orang-orang mungkin menilainya dari penampilannya yang berandalan, tato dimana-mana, rambut diwarnain, pakaiannya street fashion banget, tapi….

  Dentingan intro piano yang dimainkan Reno cukup menarik hatiku, ia tampak khidmat memandangi jemarinya yang menari di atas tuts. Sempat aku kira itu adalah nada intro A Tausand Years-nya Christina Perry, tapi sesaat kemudian berganti dengan lembut mirip Perfect-nya Ed Sheeran.

  Sebelum melantunkan lirik lagu dari bibirnya, Reno menatapku dan tersenyum sopan.

  "Lagu apa, Ren?"

  "Coba Dengarkan liriknya."

  Aku tersenyum dan menunggu, sementara Reno mulai memainkan nada-nada menyentuh hati dan melantunkan lirik.

  "Datanglah bila engkau menangis…."

  Astaga! Suaranya mantab, sungguh, serak-serak kalem, membuatku membelalakkan mata saking tidak percayanya.

  "Ceritakan semua yang engkau mau…
Percaya padaku, aku lelakimu…."

  Ya Tuhan, tengkukku mulai merinding oleh suaranya yang terasa hangat didengar.

  "Mungkin pelukku tak sehangat senja.…"

  "Ucapku tak menghapus air mata…."

  "Tapi 'ku di sini, sebagai lelakimu…."

   Dadaku terasa sesak saking speechless-nya, suara Reno begitu sempurna, ditambah lirikan di wajah kalemnya yang tertuju ke arahku.

  "Akulah yang tetap memelukmu erat,
saat kau berpikir mungkinkah berpaling…."

  Air mata bahagiaku menetes.

"Akulah yang nanti menenangkan badai,
agar tetap tegar kau berjalan nanti...."

  Reno menatapku dan tersenyum khidmat, disusul denting nada pembatas intro pertama.

  Tuhannnn, ritmiskan detak jantung sayaaa, batinku seraya menyeka air mata.

  "Datanglah bila engkau menangis…."

  Reno mengulangi lirik itu dengan lebih mantap, sehingga ruh lagu Aku Lelakimu-nya Virzha itu benar-benar merasuki jiwaku.

⚜️⚜️⚜️

  Ting!

  Reno mengakhiri lagu yang dibawanya lalu menatapku lagi dengan anggukan sopan, menyisakan detak jantung meriuh di dadaku dan decakan kagum dariku terhadapnya.

  "Ren," panggilku dengan suara bergetar.

  "Ya?"

  "Aku suka suara kamu."

  "Loh, Li, kenapa kamu nangis?"

  Aku terbawa nada yang kamu mainkan, Ren, jawabku dalam hati. "Aku baik-baik saja."

  Reno tersenyum lalu bangkit dari duduknya, mengambil dua cangkir minuman di meja dan berjalan mendekatiku.

  "Minumlah, saya kemari ingin membuatmu tersenyum, bukan untuk menangis."

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang