Bab 16 [Tenang]

2.1K 183 17
                                    

  Sepulang dari kampung Banyu Biru sore tadi, aku minta tolong ke Reno untuk mengantarku ke supermarket dan aku membeli dua bungkus sosis dan suki-suki, karena rencananya aku ingin ngajak Reno bakar-bakar di depan rumah kontrakanku, sebab dia bilang dia punya waktu bebas malam ini. Kami juga membeli beberapa perlengkapan bakar-bakar seperti mentega, tusuk sate, dan bumbu-bumbu penyedap, bahkan arang.

  Suasana sejuk pada pukul 18:30 ini akhirnya mengantarkan aku dan Reno hingga sampai di Kampung Kupang Rejo dan Reno melajukan motornya menuju rumah kontrakanku.

  Aku dibuat heran ketika tiba di depan rumah, rumah sebelahku tampak ramai, ada Pak RT dan beberapa pria paruh baya dari kampung ini yang mengangguk sopan ke arah kami.

  "Ada apa ya Ren, kira-kira?" tanyaku penasaran setelah turun dari motor Reno dan siap membuka pintu gerbang.

  "Sepertinya ada penghuni baru, Li."

  Aku mengangguk-angguk paham. Ketika pintu terbuka, Reno segera turun dari motornya juga dan berjalan di belakangku, namun langkah kami tiba-tiba tertahan oleh sebuah suara yang sumbernya dari rumah sebelah.

  Setelah kami menoleh ke arah pintu gerbang rumah sebelah yang cukup ramai tadi, aku menemukan….

  Dimas? batinku sambil mengernyitkan dahi.

  "Kaget ya lihat aku, Ra?" tanya Dimas yang tampak menenteng koper kecil dan goodie bag penuh barang-barang pelengkap elektronik seperti keyboard komputer, kabel-kabel dan lainnya.

  "Bi-biasa aja," jawabku sekenannya. "Yuk Ren masuk," Aku langsung menoleh ke arah Reno dan mengedipkan mata.

  "Kita bakal jadi tetanggaan, Ra, karena aku bakal ngontrak rumah ini sampai aku bosen."

  Aku memalingkan wajah dan tak mempedulikan ucapan Dimas, soalnya dia mau jungkir balik, guling-guling, tidur diamana pun, aku benar-benar enggak akan mengurusinya lagi. Betapa masih kuingat kesongongannya kemarin di D'Crunchy bersama gebetan alay-nya.

  Reno yang kulihat malah memainkan ponsel dan tak menggubris keberadaan Dimas segera kutarik tangannya. "Yuk, Ren," ucapku sekali lagi.

  "Siap, Li," lirih Reno seraya mengangguk sopan ke arahku. Kami pun segera masuk, mengabaikan Dimas yang sepertinya masih ingin banyak berkata-kata.

  "Wow! Ternyata kamu saat ini lagi deket sama preman kampung ya, Ra?"

  Mataku terbelalak mendengar suara bernada tengil yang keluar dari mulut Dimas, sontak aku membalikkan badan dengan sedikit emosi. "Jaga omongan lo, ya, Dim! Udah deh nikmati aja bulan madu lo sama gebetan lo yang sexy abis itu, enggak usah ganggu-ganggu orang yang lagi bahagia kayak gue ini," jawabku cepat seraya berlalu meninggalkannya, kulihat Reno yang sudah sampai teras segera duduk.

  "Siapa, Li?" tanya Reno lirih setelah aku sampai di teras.

  "Lupakan, Ren, enggak penting."

  Reno mengangguk-angguk paham. Ia lantas meminta kresek sosis di tanganku lalu diletakkan di atas meja. "Aku buatkan apinya dulu ya, Li, kamu siapkan bumbunya."

  "Aih, oke Ren, siappp," jawabku cepat. "Wait ya, aku ke dapur dulu, mau ambil piring sama pisau."

  Reno ngangguk-angguk.

  "Kipasnya kipas angin aja gak pa-pa kan, Ren?"

  "Iya tak mengapa, Li, justru bagus."

  "Lioraaa! Maafkan gueee!" Kudengar Dimas berseru dari depan gerbang rumahku, tapi segera kuabaikan. "Kemarin itu cuma akting, Raaa! Rasa gue tetep tertuju ke lo selamanya!"

A Bad Boy Called Reno ✓ (Selesai - Lengkap - Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang