Sekarang Icha sedang berada didalam kamarnya. Ia sedang mengistirahatkan dirinya pada sofa di kamar tersebut. Baru beberapa menit ia memejamkan mata, kembali terngiang-ngiang diotaknya kejadian tadi siang dan air matanya lolos begitu saja. Ia tetap memejamkan matanya dan menahan isakannya. Walau dadanya sangat sakit tapi tetap ia tahan. Kalian pernah nggak sih sampai kayak gini?
Di lain sisi, Revan dan Dea sedang berada di sebuah tempat perbelanjaan yang dekat dengan sekolahnya. Dea yang merengek meminta untuk diantar belanja oleh Revan, padahal sepulang sekolah Revan harus mengikuti ekstra favoritnya. Tapi dia terpaksa meminta izin demi mengantarkan kekasihnya itu.
"Sayang, nanti pulang dari sini aku mampir ke rumah baru kamu ya?" Tanya Dea yang tangannya tak lepas bergelayut manja dilengan Revan.
"Aduh mampus!" Batin Revan.
"Loh nanti kalo kamu dicariin gimana?" Tanya Revan dengan harapan kekasihnya membatalkan keinginannya.
"Engga, aku udah bilang sama Mama ada kerja kelompok jadi pulang lebih larut, boleh 'kan?" Tanya Dea memastikannya.
Revan nampak sedang berfikir untuk mencari alasan agar Dea tidak kerumahnya.
"Nah ketemu," Batin Revan.
"Kayaknya nggak bisa deh sayang, nanti malem keluarga besar aku dateng sama sepupu aku jadi lain kali aja ya, gapapa 'kan?" Ngeles Revan. Padahal orang tuanya sedang di luar negeri bekerja dan pulang sekitar tiga bulan lagi.
"Yaudah deh gapapa," Jawab Dea pasrah. Sebenarnya dia tau Revan berbohong dan dia juga diberitahu oleh sahabat Revan, bahwa Revan dijodohkan oleh Icha. Maka dari itu ia ingin tau gosip itu bener atau tidak.
🍁🍁🍁
Sekarang Revan sedang berada di ruang tamu dan mengecek sebentar handphonenya. Terlihat banyak sekali notif dari temannya dan sahabatnya Icha. Yap! Setelah pulang dari mengantar Dea, ia tak ingat kalau Icha sudah di rumah.
Tap Tap Tap ...
Terdengar suara langkah kaki dari tangga. Semakin lama suara itu mendekat dan siapa lagi kalau bukan Icha pemilik langkah kaki tersebut.
"Habis dari mana?" Tanya Icha kepada Revan sambil berjalan menuju dapur untuk mengambil air.
"Bukan urusan lo," Jawab Revan singkat tanpa menoleh ke sumber suara dan masih fokus dengan ponselnya.
Icha tersenyum getir menanggapinya. Usaha yang ia lakukan dibayar oleh hasil yang tak sama sekali memuaskan.
"Udah? Segini aja kemampuan lo buat buka hati, hm?" Tanya Icha dengan suara meremehkan.
Pertanyaan Icha berhasil menghentikan langkah Revan menuju tangga. Ia membalikkan badannya menghadap ke Icha. Mereka saling menatap seolah-olah berbicara dalam batinnya sendiri.
"Kalau emang iya kenapa? Mau marah?" Jawab Revan memotong tatapan meraka.
Jleb.
Perih, nyesek dan sakit jadi satu yang sekarang Icha rasakan. Matanya mulai memanas. Matanya tak berhenti menatap bola mata Revan.
"Cih," Icha tersenyum meremehkan.
"Kalo emang gini usaha lo dari awal mending nggak usah. Gue nggak maksa kok. Sekarang juga udah ada yang ngisi 'kan hatinya? Langgeng ya sama Dea and Thank's atas usaha lo, berakhir sudah semuanya." Jelas Icha dan langsung berlari menuju kamarnya. Air matanya tak tertahan lagi. Ia berusaha menahan isakannya agar tak terdengar siapa pun. Ia tertidur dengan memeluk kakinya untuk mengurangi dingin yang ia rasakan.
Di lain sisi, Revan tersenyum masam mendengar semua penjelasan Icha.
"Berakhir sudah semuanya," Ucap Revan sambil tersenyum getir dan mengusap wajahnya kasar.
"Maaf Cha, gue belum bisa ceritain yang sebenernya terjadi." Batin Revan.
🍁🍁🍁
Hay semua👋
Engga susah loh,tinggal klik bintang dikiri bawah:)
Thank you!
Stay safe semua❤
15.O4.2O
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Classmate [End]
Teen Fiction"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku Sekolah Menengah Akhir dengan terpaksa menerima perjodohan konyol yang orang tua mereka buat. Pada ak...