Revan menghela nafas pelan. Ia meninggalkan kamarnya tanpa menutup pintunya dan turun ke bawah.
"Apaan sih, udah tau AC nyala." Batin Icha kesal.
Icha menghela nafas kasar. Perlahan ia turun dari tempat tidurnya dan berjalan mendekat ke arah pintu untuk menutup pintunya kembali.
Baru saja Icha mendaratkan kembali bokongnya di tempat tidurnya. Terdengar lagi suara orang membuka pintu kamarnya itu. U know that's people, right?
Icha menghela nafas pelan sambil mengusap-usap dadanya. "Baru aja gue tutup pintunya, lo muncul lagi,"
Yang berada di ambang pintu hanya menyengir tak jelas sambil membawa satu piring nasi dan lauk di tangannya.
Revan menutup pintu kamarnya, dan mendekat ke arah ranjang. Ia duduk di pinggir ranjang lalu menyodorkan satu sendok nasi dihadapan Icha.
"Aa~" Ujar Revan menginstruksikan Icha untuk membuka mulutnya.
Icha mengerutkan dahinya bingung. Sejak kapan sosok di hadapannya ini perhatian seperti ini?
Revan yang melihat Icha mengerutkan dahinya itu berdecak pelan, "Nanti kalau lo telat makan bisa sakit. Cepet makan, Aa~" Ujar Revan sambil menyodorkan sendoknya ke hadapan Icha lagi.
Icha yang memang dalam kondisi lapar itupun akhirnya menerima suapan dari Revan. Cacingnya sudah berteriak meminta makan dari tadi.
Revan tersenyum kecil, "Nah, gitu dong."
"Lo nggak makan?" Tanya Icha sambil mengunyah makanan dimulutnya.
"Kunyah telen, baru ngomong," Tegur Revan pelan.
"Entaran aja, lo dulu aja makan. Pasti capek dari tadi ngegendong Eca." Lanjutnya.
"Ish, Lo makan juga dong!" Kesal Icha lalu menaruh handphone nya dan merampas piring yang dipegang Revan.
Icha menyodorkan suapannya ke Revan. "Buka mulut!"
"Galak banget, takut deh aku," Ujar Revan lebay sambil mengerucutkan mulutnya.
"Lebay lo! Aa~" Icha menyodorkannya lagi dan diterima oleh Revan.
"Lagian nih ya, nggak capek kok ngajak Eca. Soal Eca lucu gemasin!" Ujar Icha lagi sambil menyodorkan suapannya ke mulutnya sendiri.
Revan yang mengira akan disuapi lagi itu pun menatap Icha dengan tatapan "Lah kirain buat gue," . Sedangkan Icha hanya menyengir tak jelas.
"Yaudah, buatin Eca temen yuk!" Ceplos Revan tiba-tiba dengan nada anak kecil.
Icha yang mendengar itu tersedak seketika.
🍁🍁🍁
Malam pun tiba dan Kak Winda datang untuk menjemput Eca kembali.
"Cepet banget Kak Winda datengnya," Ujar Icha sambil memasang mimik sedih sambil menggoyang-goyangkan Eca yang berada di tangannya.
"Iya soalnya tadi tumben nggak terlalu sibuk di Denpasar, Eca engga rewel 'kan?" Tanya Kak Winda sambil mengambil alih Eca perlahan dari tangan Icha, karena Eca sudah masuk ke dalam mimpinya.
"Engga kok," Jawab Icha dengan cepat.
"Lucu malah, gemas banget!!" Tak terhitung sudah Icha mengatakan Eca lucu dan gemas.
"Kenapa nggak bikin aja sih sama Revan noh," Ujar Kak Winda sambil menunjuk ke arah Revan yang berada disamping Icha. Tumben diem tuh anak.
"IH--"
"Kasian dia kak, dia belum siap," Ujar Revan memotong perkataan Icha.
"Lagipula kita masih sekolah 'kan," Sambungnya.
Icha yang mendengar perkataan Revan pun ternganga. Demi Neptunus, baru pertama kali ini ia dibela oleh Revan.
"Kalian berdua tidur satu ranjang 'kan?" Tanya Kak Winda menyelidiki.
🍁🍁🍁
Hay semua👋
Kayaknya part ini lumayan pendek ya?
Jangan lupa vote dan comment ya❤
Thank you!
16.1O.2O
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Classmate [End]
Ficção Adolescente"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku Sekolah Menengah Akhir dengan terpaksa menerima perjodohan konyol yang orang tua mereka buat. Pada ak...