"Sejak ... gue nyaman sama lo."
Icha menggigit bibir bawahnya. "Emm-- apaan?". Sejujurnya ia mendengarkan kata Revan tadi. Ia bertanya untuk memastikan sekali lagi. Mungkin saja dia salah dengar.
"Em--"
Tok tok tok..
Ucapan Revan tepotong karena ada mengetok pintu. Pandangan mereka berdua beralih ke arah pintu.
"Biar gue aja,"
"Biar gue aja,"Tanpa sengaja mereka berucap bersamaan. Hingga pandangan mereka bertemu dan Revan memutuskan kontak duluan.
Revan bangkit dari sofa "Gue aja, lo diem dulu disini." Dan berjalan menuju pintu.
Revan membukakan pintu, dan yang datang adalah kakaknya sendiri--Kak Winda. Tapi pandangan Revan beralih ke bayi mungil yang digendong kakaknya itu.
"Ngapain lo?" Ucap Revan datar.
"Ih bukannya disuruh masuk malah langsung ditanya, tolol lo." Ketus Winda dan langsung masuk kedalam dengan santai melewati adik sialannya itu.
"Ichaaa!!" Seru Winda heboh.
"Kak Winda kangen!! Lama banget sih kakak di Denpasar," Icha mengerucutkan bibirnya dan ingin memeluk kakak iparnya itu.
Tapi gerakannya ia hentikan karena melihat Kak Winda menggendong seorang bayi mungil yang diberikan nama Keisha. Lebih sering dipanggil Eca.
"Omaigat Ecaaa!!!" Gemas Icha dan langsung mencubit kecil dan mencium pipi bayi itu.
"Kakak dateng kesini mau minta tolong ke kalian, boleh 'kan?" Tanya Winda menatap dua orang di depannya.
"Kalau nggak boleh?" Kalian taulah siapa yang bicara ini. Si sialan itu.
"Ish nggak boleh gitu," Kesal Icha lalu mencubit kecil lengan orang itu.
"Shh," Revan ngusap lengannya yang dicubit Icha tadi.
"Ck, Iya-iya minta tolong apaan?" Lanjut Revan.
"Jadi gini--"
"Jangan susah susah!"
Icha dan Winda menatap Revan dengan tatapan mematikannya.
"Buset dah! Iya-iya lanjut-lanjut, sorry sorry"
"Durhaka lo! Awas lo potong lagi!" Ucap Winda kesal.
"Jadi gini, nanti siang gue ada kepentingan lagi di Denpasar 'kan. Nah Eca gue titipin disini ya?" Mohon Winda dengan wajah memelas.
"Bisaa bangett!!--"
"Gak-gak, nggak bisa!" Revan sialan, gue yang ngetik gue yang gedek!
"Ih aku pengen ngejak Eca main Van! Eca lucu banget, nggak tahan!!" Rengek Icha.
"Yaudah bikin aja sama gue," Ucap Revan dengan santai.
"Mulut lo anjir!!!" Icha memukul mulut Revan pelan.
"Lah emang--"
"Belum lah kak ih, Icha masih mau sekolah tau!!" Mengapa semua berfikir seperti ini.
"Yaudah Cha lo jagain Eca sampai nanti malem ya,"
"SIAP!!--"
"Nggak!!" Seriusan Revan sialan.
"Bodo! Yaudah kak titip di gue aja, gue yang jagain." Ujar Icha dengan senyum merekah.
"Ngga--"
"Revan lo apa-apaan sih!?" Hilang sudah kesabaran Icha.
"LO YANG APA-APAAN!" Bentak Revan tak sengaja tepat di depan wajah Icha. Dan di depan kakak kandungnya sendiri.
Deg.
Hiks.
Icha langsung lari menaiki tangga menuju kamarnya. Mengurungkan dirinya sendiri dikamar. Udahlah capek. Intinya kalian tau Icha udah lelah.
Disisi lain, Revan yang menyesal tak sengaja membentak Icha pun mengacak rambutnya frustasi.
"Ish! Lo tolol apa bego sih?" Tanya Winda geram.
"Dua-duanya." Batin Revan.
"Terus gue harus gimana sekarang?" Tanya Revan dengan lirih.
"Samperin lah bego!" Bentak Winda.
"Lo 'kan tau Icha paling nggak bisa dibentak!" Lanjutnya.
Revan terdiam. Dari awal perjodohan ini dimulai, bukannya Revan sering membentak Icha. Tapi ... dia tak pernah langsung menangis seperti ini.
Selang beberapa detik bergelut dengan pikirannya. Ia langsung lari menaiki tangga menyusul Icha dikamarnya.
Tok tok tok..
"Cha.."
Ceklek..
🍁🍁🍁
Hay semua👋
Gapapa kali sekali kali gantung wkwkw
Menurut kalian dapet ga sih feelnya cerita ini?
Jangan lupa vote dan comment ya❤
Hargai karya aku dengan klik bintang di kiri bawah ya🙌
Supaya aku makin semangat untuk update part selanjutnya!!❤
Thank you!
22.O9.2O
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Classmate [End]
Novela Juvenil"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku Sekolah Menengah Akhir dengan terpaksa menerima perjodohan konyol yang orang tua mereka buat. Pada ak...