"Kalian berdua tidur satu ranjang 'kan?" Tanya Kak Winda menyelidiki.
Revan dan Icha terdiam.
Mereka baru ingat, kalau selama menginjak kaki di rumah ini mereka belum pernah tidur satu ranjang sama sekali.
"Lah malah diem?" Tanya Kak Winda lagi.
"Beneran satu ranjang 'kan?" Sambungnya.
"Atau--" Ucapan Kak Winda terpotong.
"Mending lo pulang deh, udah malem," Ucap Revan dengan cepat.
"Kasian Eca," Lanjutnya.
Kak Winda tersenyum menggoda. Ia mendekati Icha dan membisikkan sesuatu di telinga Icha.
Setelah dibisikkan sesuatu, Icha membelakkan matanya.
"Ah, masa sih?" Pikir Icha tak percaya.
Kak Winda pun tersenyum lebar melihat Icha yang kaget seperti itu. "Yaudah gue pulang dulu ya," Ujar Kak Winda dengan cengiran diakhirnya. Revan yang melihat itu pun bergeridik ngeri.
"Kakak gue kenapa Ya Tuhan," Batin Revan bertanya-tanya.
🍁🍁🍁
Sekarang mereka berdua sedang makan malam bersama di meja makan. Suasana canggung meliputi mereka berdua, hingga Revan tiba-tiba membuka suara.
"Cha .."
Icha mendongak lalu menaikkan satu alisnya dengan maksud berkata "Apaan?".
"Tadi Kak Winda bisikin apa ke lo?" Bukan gimana-gimana, kakaknya satu itu memang suka ngasal bicara tentang dirinya.
"Dih, kepo!" Ketus Icha dengan sedikit membentak.
Revan terkejut sebentar lalu dengan cepat mengatur mimik wajahnya dan selanjutnya terdiam hingga makanan yang ia makan habis.
Revan bangkit dari tempat duduknya dan berjalan menuju wastafel lalu mencuci piringnya hingga bersih. Icha yang melihat Revan seperti itu pun merasa aneh. Ada yang kurang menurutnya.
"Tumben nggak banyak bacot lagi," Pikir Icha.
Setelah mencuci piring, Revan mulai menaiki tangga satu per satu menuju kamarnya. Icha terdiam sebentar. Suatu kalimat muncul dibenaknya yang membuat dia bertanya-tanya.
"Revan kenapa coba?" Batin Icha.
🍁🍁🍁
Revan Pov.
Sekarang gue lagi ada di kamar. Tadi waktu makan malam, gue iseng nanya ke Icha tentang apa yang Kak Winda bisikin ke Icha siang tadi. Setelah gue tanya baik-baik dia malah tiba-tiba ngebentak. Gue emang sedikit kaget, tapi sebisa mungkin untuk terlihat biasa aja depan Icha. Akhirnya gue memutuskan untuk diam sampai makan malam gue selesai.
Tapi ... tiba-tiba muncul dipikiran gue untuk ngisengin Icha. Pura-pura ngambek ah!
Tadi setelah gue makan, gue langsung menuju tempat cuci piring dan mencuci piring seperti biasa.
Gue ngerasa Icha natap aneh gitu ke gue, mungkin dia bingung kenapa tumben gue cuci piring sendiri. Soalnya 'kan biasanya dia yang cuciin semua piring bekas. Yah malah curhat, ketahuan 'kan malesnya gue.
Selesai nyuci piring gue langsung lari ke atas tanpa mengucapkan sepatah kata apapun ke Icha. Itupun berusaha nahan mati-matian untuk nggak nanya suatu hal lagi ke Icha, demi melihat apakah dia peduli sama gue atau malah makin nyuekin gue. Mari kita lihat.
Eh tapi ... kalau dia beneran nyuekin gue semaleman ini gimana? Gue 'kan engga bisa di cuekin lama-lama gitu sama Icha. Kalau di suruh milih tidur di ruang tamu sampai besok pagi atau di cuekin Icha semaleman, gue sih lebih milih tidur di ruang tamu sampai besok pagi.
Sebegitu sayangnya ya gue sama Icha.
Gue aja masih nggak nyangka kalau gue bisa nyaman sama Icha sampai sebegitunya. Di cuekin lima menit aja gue engga tahan, lah ini semaleman.
Jadi bimbang ... jadi nggak ya ngerjain Icha?
🍁🍁🍁
Hay semua👋
Jangan lupa vote dan comment❤
Berat ya ngevote? Beratan mana sm yg buat cerita?
27.1O.2O
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Classmate [End]
Fiksi Remaja"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku Sekolah Menengah Akhir dengan terpaksa menerima perjodohan konyol yang orang tua mereka buat. Pada ak...