34 - Buat Debay Yuk!

49.2K 2.3K 294
                                    

"Cha .. "

"Hm,"

"Cha,"

"Hmm,"

Revan berdecak kesal, "Sayang!"

Icha memutar bola matanya malas, "Apaan?"

"Jalan-jalan yuk!!" Revan melebarkan senyumannya agar dilihat oleh istrinya.

Icha terlihat berfikir sambil mengetuk-ngetuk dagunya, "Mau seblak masa,"

Revan tersenyum tipis, "Kamu ngidam?"

Icha membelakkan matanya, "Dih ngawur!"

Revan terkekeh pelan. Ia mendekatkan tubuhnya ke arah Icha yang sedang bersandar dipinggir ranjang sambil memainkan ponselnya lalu memeluknya dan bersender di dada istrinya. "Yaudah yuk,"

"Ngapain sih meluk-meluk,"

"Gapapa kali, 'kan udah sah."

"Ayok ah, aku pengen seblak."

"Iya ayok,"

"Yaudah ayo cepetan,"

"Iya bentar," Revan memejamkan matanya sambil mencari posisi nyaman di dada Icha.

Icha berdecak kesal, "Yaudah gak jadi,"

"Go-food aja lah, di luar hujan." Sahut Revan.

Icha memutar bola matanya malas, yang barusan ngajakin dia yang ngebatalin juga dia.

***

Sekarang mereka berdua sedang berada di ruang tamu sambil memakan seblak yang dipesan Icha tadi.

"Cha,"

Icha berdehem. Pandangannya tak lepas dari televisi di depannya.

"Kamu mau punya anak berapa?"

Uhuk uhuk ..

Seketika Revan panik, "Eh pelan-pelan dong sayang,"

"Ini minum dulu," Revan menyodorkan segelas air kepada istrinya.

"Udah?" Tanya Revan.

Icha mengangguk pelan, pasalnya ia tersedak oleh ucapan suaminya tadi apalagi ditambah ia memakan seblak yang cukup pedas.

Revan tersenyum tipis. "Lupain pertanyaan yang tadi," Ujarnya sambil mengusap lembut pipi istrinya.

Icha tertegun sebentar lalu termenung.

***

Malam harinya, Revan dan Icha sedang berbelanja bulanan disalah satu supermarket dekat rumah mereka.

"Ada lagi gak Cha?"

Icha menggeleng pelan, "Kayaknya udah cukup deh, kamu ada yang ketinggalan?"

Revan menggeleng, "Enggak udah semua."

Icha mengangguk paham dan menjalankan trolinya menuju kasir untuk membayarnya.

"Totalnya 350.000 rupiah," Ujar penjaga kasir.

"Tunggu, ini ada yang ketinggalan." Ujar Revan. Ia memberikan barang yang lupa di scan oleh penjaga kasir.

Icha membelakkan matanya. Bibirnya seketika susah untuk terbuka.

"Shit," Umpat Icha dalam hati.

***

Sesampainya di rumah, Icha langsung berlari membawa barang yang ia beli dan menaruhnya di dapur. Lalu dengan cepat ia berlari ke dalan kamar agar suaminya tidak mengetahuinya.

Revan yang melihat Icha terburu-buru seperti itupun tersenyum miring. Pasti Icha seperti itu karena sebuah barang yang ia beli tadi, pikirnya.

Revan menyusul Icha ke dalam kamar. Ia melihat Icha bersembunyi di dalam selimut dan menutupi seluruh tubuhnya.

Revan menggelengkan kepalanya gemas melihat tingkah laku istrinya, ia berjalan mendekati ranjang dan berusaha membuka selimut dihadapannya ini tapi gagal karena ditahan oleh tangan istrinya.

"Cha,"

Icha tidak menjawab.

"Kenapa sayang?" Tanya Revan.

Icha menyibak selimut yang ia gunakan lalu memberanikan diri untuk menatap suaminya.

"Kamu kenapa beli barang kayak tadi?" Cicit Icha.

Revan tersenyum kecil, "Barang yang mana?"

Icha berdecak kesal, "Itu yang bentuknya kotak kecil warna merah."

Revan tersenyum menggoda, "Emang kenapa?"

Icha memalingkan wajahnya ke arah lain, "Ya--ya 'kan aku cuma nanya doang,"

"Udah gosok gigi?"

Icha menyengir dengan polosnya, "Belum, hehe."

Revan mencubit kecil hidung istrinya, "Jangan imut-imut,"

"Kenapa emang?"

Revan mendekatkan bibirnya pada telinga Icha lalu berbisik, "Nanti aku khilaf,"

***

"Ayo tidur,"

Icha masih terdiam gugup sambil menatap langit-langit kamarnya lalu memposisikan badannya membelakangi suaminya.

Revan yang melihat itupun langsung memeluk Icha dari belakang sambil mengusap lembut perut rata istrinya.

"Sayang," Panggil Revan dengan suara seraknya.

Icha membelakkan matanya, "Aduh! Mati gue malem ini," Batinnya.

"K-kenapa?"

"Buat debay yuk!"

Icha terdiam sambil menetralkan detak jantungnya yang sudah berdetak lebih cepat dari biasanya. Jangan-jangan Icha punya penyakit jantung! Begitu pikirnya.

Revan sedikit kecewa dengan respon istrinya yang hanya diam saja. Ia memilih memejamkan matanya agar bisa memasuki alam mimpi dan melupakan semuanya.

Icha yang merasa Revan tak bersuara lagi pun merasa bersalah, "Van,"

Tak ada jawaban.

"Van,"

Tak ada jawaban lagi.

Icha berdecak kesal, "Ayo! Katanya mau buat debay,"

Revan membuka matanya lalu tersenyum sumringah, "Boleh emang?"

Icha mengangguk kecil sambil menutupi kedua pipinya yang mulai memerah.

Dengan cepat Revan membalikkan badan istrinya agar menghadap dirinya, lalu mencium dan melumatnya dengan lembut.

Icha melepas tautan bibirnya, "Tapi pakai barang yang dibeli tadi ya," Ujarnya sambil menunduk.

Revan tersenyum gemas, "Emang itu gunanya aku beli tadi sayang,"

Revan kembali melumat bibir istrinya dengan cepat. Lalu terjadilah kegiatan panas yang umumnya dilakukan oleh dua sejoli yang sudah menikah dan sudah sah di mata hukum.

***

Jangan lupa vote dan comment❤

Sedih, votenya jauh banget dari yang baca ...

Satu vote dari kalian sangat berarti buat aku💕

Thank you!

Marry A Classmate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang