27 - Masalah Selesai

29.7K 2.1K 42
                                    

Semua murid SMA Antariksa berlari berhamburan menuju pintu gerbang sekolah untuk pulang menuju rumahnya masing-masing.

Sekarang di kelas XI IPA 1 hanya ada Revan dan Icha. Revan sedang menunggu Icha merapikan alat tulisnya. Ia dan Icha bukan sengaja pulang terakhir, cuma ya teman-teman mereka saja yang terburu-buru untuk pulang.

"Udah Cha?" Tanya Revan sambil menopang dagu di bangku samping Icha. Tapi bukan bangku sebelah Icha, paham 'kan?

"Udah yuk--"

"Sayang bisa anterin aku pulang gak? Sopir aku lagi gak kerja hari ini." Suara tersebut berhasil mengalihkan perhatian Revan dan Icha. Kalian pasti tahu itu siapa.

Deg.

Icha menghela nafas pelan, "Gue duluan."

Dengan segera Revan mencekal tangan Icha, "Tunggu--"

"Apalagi sih?" Kesal Icha.

"Apa-apaan sih, sayang ayo cepetan!" Akhirnya Dea maju dan langsung menarik tangan Revan begitu saja. Revan pun hanya bisa pasrah dan menurut saja.

Icha melepas tangannya dari cekalan Revan, dan lari keluar dari kelas begitu saja.

"Maaf Cha," Batin Revan.

***

Icha pun sampai di depan pintu gerbang sekolah dan sedang menunggu angkot lewat untuk ia tumpangi.

Icha menghela nafas pelan. Lalu membuka handphonenya dan hanya sekedar mengecek-ngecek notif WhatsAppnya.

Tin tin ..

"Cha,"

Icha mendongak lalu tersenyum tipis.

"Lo belum pulang?"

"Nunggu angkot,"

"Bareng gue aja, jarang angkot lewat kalau udah gelap gini." Ujar Bayu.

Icha berpikir sejenak, perutnya pun sudah mulai lapar sejak tadi. "Oke deh, gue numpang ya."

Bayu tersenyum lebar, "Ayo naik, Tuan putri." Ujarnya sambil menepuk tempat duduk di belakangnya.

Icha menaiki motor Bayu lalu mengetok pelan helm yang dipakai temannya itu, "Tuan putri, ndasmu"

"Yuk jalan," Sambungnya.

"Gak mau meluk nih, gue mau ngebut nanti jatuh." Goda Bayu.

"Bacot, cepetan Yu." Kesal Icha.

"Tau 'kan rumah gue?" Lanjutnya.

"Tau kok tenang aja, Tuan putri." Jawab Bayu.

Icha hanya berdehem saja untuk mengakhiri percakapan mereka.

Dari jauh, seseorang yang melihat hal itu pun menahan amarahnya.

***

Icha sudah terlebih dahulu sampai di rumah daripada Revan. Ia hanya memasak mie instan untuk mengganjal rasa laparnya itu.

Revan? Dia tak peduli suaminya mau sudah makan atau belum, yang penting cacing-cacing di perutnya tak merengek lagi.

Icha pun memakan makanannya di meja makan dengan tenang.

Ceklek ..

Icha mendongak melihat siapa yang datang, lalu sedetik kemudian membuang mukanya ke arah benda pipih yang ia pegang.

Revan melewati Icha begitu saja dan langsung menaiki tangga menuju kamarnya.

Icha mengangkat bahu acuh dan melanjutkan makannya hingga selesai.

Marry A Classmate [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang