Pagi ini berbeda dari pagi yang sebelumnya. Dimana Icha biasanya membuatkan sarapan untuk Revan, tapi kali ini tidak.
"Van lepas ah!" Icha menggerak-gerakkan tubuhnya di dalam dekapan Revan agar lepas dari pelukan suaminya itu.
Revan menggelengkan kepalanya keukeuh, "Bentaran doang yang." Ia mengecup kepala istrinya sesaat.
"Apaan sih lo," Icha menahan diri agar tidak tersenyum.
Cup.
Revan mencium paksa bibir Icha. "Mulutnya mau aku cium terus?" Ujar Revan menantang.
Icha menggeleng dengan polosnya. "L-lepas aku mau buat sarapan,"
Revan menahan diri untuk tidak tertawa karena kepolosan istrinya itu.
"Bolos yuk!" Ujar Revan dengan antusias seperti anak kecil.
Icha mendelik, "Mau aku tampol?"
"Mau tapi pake bibir," Goda Revan.
Pipi Icha bersemu merah, ia semakin mengeratkan pelukannya untuk menyembunyikan pipinya.
Revan terkekeh pelan, "Tuh 'kan sekarang kamu yang gak mau lepas pelukannya." Ujar Revan.
"Bilang aja pengen deket aku terus," Sambungnya.
Icha mencubit perut Revan dengan keras, "Dih Ge-er!" Ujarnya langsung pergi ke lantai bawah menuju dapur.
Revan meringis seketika, "Punya istri tampangnya doang polos." Ujarnya sambil mengusap pelan perutnya yang sakit.
***
Icha menyodorkan sepiring sarapan kepada Revan yang ada di hadapannya ini, "Nih makan, cuma sandwich gapapa ya." Ujarnya sambil tersenyum.
Revan hanya berdehem pelan.
Icha memutar bola matanya malas, "Gausah pura-pura ngambek lagi,"
"Aku udah tau." Lanjutnya. Icha tau kalau suaminya itu pura-pura ngambek karena mencubit perutnya dengan keras tadi. Ya abisnya ngeselin!
Revan memajukan bibirnya beberapa senti, "Harusnya pura-pura gatau dong,"
"Bujuk kek apa kek." Ujar Revan dengan kesal lalu melanjutkan makannya.
"Cium juga boleh,"
"Van jangan ngadi-ngadi!" Ujar Icha sambil menyodorkan garpunya ke arah Revan.
Revan hanya menyengir saja lalu mengedipkan sebelah matanya ke arah istrinya.
Dengan cepat Icha menunduk dan melanjutkan sarapannya. Suaminya itu memang selalu saja membuatnya salah tingkah dan dag dig dug ser!
***
"Van eh- ini 'kan bukan jalan ke sekolah," Pekik Icha kaget. Karena suaminya itu mengendari mobilnya bukan menuju sekolah. Entah kemana.
"Kan aku udah bilang mau bolos." Ujar Revan dengan santainya.
Icha membelalakkan matanya, "Ish tolol, tau gitu tadi gue nerima ajakan Bayu aja buat bareng." Gumam Icha dengan nada kecil tapi masih bisa didengar oleh Revan.
Revan menghela nafas pelan, ia menepikan kendaraannya dan langsung mengambil benda pipih yang ada di sakunya. Untuk menelfon seseorang.
"..."
"Dateng ke depan Minimarket Orange sekarang."
"..."
"Bacot. Dateng aja gpl."
Tut.
Revan memutuskan panggilannya terlebih dahulu. Lalu termenung beberapa detik.
"Nelfon siapa?"
"Nanti juga kamu tau," Ujar Revan.
Yang di telfon Revan pun akhirnya tiba. Dia Bayu.
Bayu membuka kaca helmnya, "Ngapain nelfon gue sih anjir, udah telat nih." Ujar Bayu dengan kesal.
Revan membuka kaca jendela mobilnya, "Nitip anter Icha ke sekolah," Ujar Revan.
"Jangan sampai lecet, awas lo!" Sambungnya.
Bayu tersenyum sumringah, "Gampang itu, tenang aja."
Icha terkejut mendengar itu sekaligus merasa bersalah kepada suaminya, "Van bukan gitu maksud aku." Cicit Icha sambil menunduk menghadap Revan.
Revan memaksakan dirinya untuk tersenyum walau istrinya itu tak melihatnya, "Gapapa Cha."
"Dia tadi ngajakin kamu 'kan, kamu 'kan yang bilang gak enak kalau nolak ajakan orang gitu aja." Ujar Revan sambil mengusap lembut rambut Icha.
"Sama lagi satu, maaf tadi aku ngajarin kamu hal jelek untuk ikut bolos." Sambungnya.
Icha mendongakkan kepalanya ke arah Revan. "Maaf,"
Revan tersenyum, "Gapapa sayang, gih ikut Bayu nanti telat."
Icha pun menuruti kata suaminya dengan terpaksa dan naik ke motor Bayu.
***
Haii
Ada yang kangen Revan sama Icha?
Seriusan gak ada?
Menurut kalian, cerita ini dapet gak sih feelnya?
Aku mau minta vote dari kalian boleh? ^^
Thank you!
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Classmate [End]
Novela Juvenil"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku Sekolah Menengah Akhir dengan terpaksa menerima perjodohan konyol yang orang tua mereka buat. Pada ak...