Dengan cepat Revan langsung menjawab. "Kamu."
Icha memukul kecil dada bidang Revan lalu memeluknya dengan erat.
Revan tersenyum kecil dan membalas pelukan Icha lebih erat, "Bolos yuk!" Ajak Revan.
Plak
Revan kesakitan menerima jitakan dari Icha di dahinya. "Sakit yang," Ujar Revan sambil mengusap pelan dahinya.
Icha memalingkan wajahnya ke arah lain. "Bodoamat,"
Revan tersenyum menggoda dan langsung menarik tangan Icha.
Cup.
Revan mengecup bibir Icha sekilas lalu melepasnya. Walau sebenernya ia ingin melumat bibir istrinya itu.
Icha terdiam membeku sambil meraba bibirnya. Jantungnya berdegup lebih kencang dari sebelumnya.
Ia berlari keluar dan langsung menuju kamar mandi.
Revan tersenyum kecil.
***
Revan melihat jam dinding di ruang tamu untuk kesekian kalinya, "Cha udah selesai belum," Tanya Revan. Revan sudah berjanji untuk berangkat bersama Icha pagi ini.
Tiga puluh menit sudah berlalu, tapi Icha belum juga selesai dalam ritual mandinya. Apa yang Icha lakukan di kamar mandi.
Revan pun bangkit dan berjalan menuju kamar mandi di dekat dapur.
Revan mengetuk pelan pintu kamar mandi, "Cha udah belum, aku buka ya?" Ia tersenyum smirk.
"KYAA!! REVAN MESUM!!" Teriak Icha tiba-tiba dan membuat Revan kaget bukan main.
Revan tersenyum smirk. Ia ingin mengerjai Icha lagi, "Aku buka ya Cha," Ia memutar pelan, ralat— sangat pelan gagang pintu kamar mandi. Takut malah ke buka beneran 'kan berabe.
"REVAN!!! PERGI LO!!" Teriak Icha lagi lebih keras dari sebelumnya.
Revan tertawa keras sambil memegangi perutnya tak kuat.
***
"Ciee datang barengan sama Revan nih," Goda Jeje sambil menyenggol pelan lengan Icha.
"Ish apaan sih," Icha menyembunyikan wajahnya pada lipatan tangannya di atas meja.
"Hai Cha,"
Icha mendongak lalu tersenyum kecil.
"Hai juga Yu." Iya itu Bayu.
Bayu tersenyum, "Udah sarapan?" Tanya Bayu.
"Belum sih," Jawab Icha dengan santainya.
"Sarapan di kantin dulu yuk," Ajak Bayu.
"Mumpung belum bel." Sambungnya.
Icha tersenyum, "Yaudah yuk--"
"Icha sarapan bareng gue!" Tangan Icha dicegat seseorang dengan cepat. Tak lain dan tak bukan adalah Revan.
Icha berdecak pelan, "Apaan sih Van?"
Revan tersenyum simpul, "Sarapan bareng aku aja yuk," Ajak Revan.
Bayu yang melihat itupun tak terima.
"Apa-apaan gue yang ngajak duluan!" Pikirnya.
"Gak, gue bareng--"
Revan menarik pergelangan tangan Icha, "Nurut."
***
"Van lo apa-apaan sih?" Icha berdecak pelan. Sekarang mereka berdua sedang berada di kantin dan tinggal menunggu pesanan datang.
"Bayu 'kan udah ngajak gue duluan ke kantin," Sambungnya.
Satu alis Revan naik, "Terus?"
"Nggak enak kalau nolak gitu aja." Ujar Icha.
Mereka sama-sama terdiam beberapa menit sampai makanan mereka datang.
Icha meraih mangkok sambal lalu menuangkan tiga sendok ke mangkok mie ayamnya.
Ketika ia ingin menuangkan sendok keempat, tiba-tiba Revan ngangkat suara. "Udah Cha, nanti sakit perut." Larang Revan.
"Lagi satu sendok doang," Keukeuh Icha.
"Udah banyak itu Cha," Revan mengambil alih mangkok sambal tersebut.
Icha berdecak kesal.
Hening menyelimuti mereka saat ini, kecuali suara teman-temannya di meja yang lain.
"Besok-besok jangan deket-deket sama Bayu." Ujar Revan memecahkan keheningan.
Icha menyatukan kedua alisnya tak paham.
"Kenapa?" Tanya Icha.
"Jangan aja," Ujar Revan lagi.
"Karena aku cemburu." Sambungnya dengan suara mengecil, tapi masih bisa Icha dengar.
Icha mengulum senyumnya pura-pura tak dengar, "Apa Van?"
"Aku cemburu kamu deket-deket sama Bayu." Ujar Revan sambil menatap Icha dengan dalam.
Icha berusaha untuk tidak membalas tatapan Revan, tapi ia gagal. Tatapan itu terlalu dalam. "Kenapa cemburu?"
"Karena kamu milikku."
***
Pew pew pew~
Semakin ga jelas gak nih we?
Aku boleh minta vote dari kalian gak hihi~
Thank you ^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Marry A Classmate [End]
Fiksi Remaja"Sini aku peluk," Menceritakan tentang kisah Clarissa Putri Valentine dan Revan Megantara Putra. Dua sejoli yang sekelas dan masih menduduki bangku Sekolah Menengah Akhir dengan terpaksa menerima perjodohan konyol yang orang tua mereka buat. Pada ak...