Aku terbangun dengan rasa pening di kepala. Mataku berusaha mengerjap—menyesuaikan dengan cahaya yang berlomba masuk ke retina mataku. Badanku juga lemas, bahkan terlalu lemah untuk sekedar memahami situasi yang terjadi. Hal yang terakhir aku ingat adalah pingsan di depan balroom, terus digendong si ganteng dan kemudian semuanya gelap.
"Hai, Yoobin?"
Aku menoleh ke samping sambil mengerjapkan mata berkali-kali. Apa aku udah di surga? Ada malaikat ganteng yang menyapaku dengan senyum manisnya, lengkap dengan jubahnya yang warna putih—eh wait, itu bukan jubah deh itu kan jas dokter.
(Malaikat ganteng yang membuat Yoobin serasa di surga, HAHAHA)
"Hm," ujarku lemah.
"How's your feeling?" tanya malaikat ganteng sambil memeriksa selang IV di samping tempat tidur. "Masih pusing? Mual atau sesak?"
"Cuman pusing dikit," ujarku sambil memegangi kepala.
"Sekarang kamu lagi di Qian Shanghai General Hospital," ujar malaikat ganteng yang menyadari aku tengah sibuk memandangi ruangan di sekitarku. "Aku Qian Kun, dokter yang akan merawat kamu."
Aku menoleh, mengulas senyum lemah. "Oh, tenyata kamu dokter, kirain malaikat."
"Ya?"
"Nggak, hehe," ujarku sambil menggeleng dengan cepat. Aku harus cepat sadar dan sembuh; aku cuman suka Sicheng—Sicheng yang paling ganteng—Sicheng; the one and only in my heart. TITIK. HIDUP SICHENG!
"Eh, tadi nama dokter siapa? Kun?"
"Iya," ujar dokter ganteng itu sambil mengangguk.
"Wait, kayaknya familiar sama nama itu," ujarku sambil berusaha berpikir keras. Namanya emang cukup asing bagi orang Korea, makanya aku berusaha mengingat dimana dan kapan mendengar nama itu.
"Aku temannya Sicheng," ujar Dokter Kun menjawab semua kebingunganku. "Aku udah dengar tentang kamu dari teman-teman yang lain."
"Ah iya, Kun yang itu," ujarku setelah mengingat nama Kun saat teman-teman Sicheng menginap di apartment—mereka sempat menyebut Kun sedang sibuk di rumah sakit. "Nice to meet you."
Dokter Kun tersenyum. "Nice to meet you too."
"Eh, tapi kok bisa Bahasa Korea?" tanyaku begitu menyadari kalau Dokter Kun sedari tadi bicara dalam Bahasa Korea atau english sesekali.
"Ibuku Korean," ujar Dokter Kun sambil mengeluarkan stetoskop dari jas dokternya. "Mungkin kamu kenal, Ibuku dokter kandungannya Jiho."
"Oh, yang katanya galak itu, yang suka marah-marah ke Jae—ups maaf," ujarku sambil buru-buru memukul mulut yang keterlaluan. "Maaf ya, Dok."
KAMU SEDANG MEMBACA
Acrasia [✔]
Fiksi Penggemar"Sicheng-ssi, kan?" "Jangan pakai ssi, saya nggak suka." "Terus manggilnya apa? Sicheng sayang?" Sicheng tidak seharusnya jatuh cinta pada Yoobin, begitu pun sebaliknya. Mereka terlalu berbeda; bagai dua kutub yang bersebrangan. Tapi baik Sicheng ma...