Aku masih sibuk menyiapkan draft tugas akhir, laptop dan keperluan lainnya saat ponselku berbunyi. Akhirnya saat ini tiba—hari dimana aku akan menampilkan tugas akhir yang sudah aku kerjakan mati-matian di depan Professor, aku juga sudah siap menjawab semua pertanyaan yang akan menjadi jurang antara lulus atau tidak.
Ponselku berbunyi tepat setelah aku selesai menyisir rambut.
Sicheng ganteng
Saya udah di bawah.
Yoobin
Okay, tunggu bentar.
Semalam waktu cerita kalau hari ini mau thesis defence, Sicheng langsung menawarkan diri untuk mengantar. Aku sudah menolak, cowok itu biasanya sibuk dari pagi dan harus buru-buru ke kantor; aku nggak mau merepotkan. Tapi si ganteng bersikeras akan mengantarku ke kampus hari ini.
Aku meraih tas laptop, backpack, dan juga tumpukan draft tugas akhir. Aku memakai sepatu dengan buru-buru lalu keluar dari rumah. Sebenarnya sekarang baru jam setengah delapan dan aku akan mulai presentasi jam sembilan. Tapi tetap saja harus extra miles untuk persiapan.
"Hai, pagi," sapaku begitu melihat Sicheng tengah bersandar di mobil, matanya fokus menatap ponsel di tangannya.
Sicheng mendongak, mengulas senyum tipis. "Pagi."
"Singkat banget. Belakangnya pake sayang kek, biar panjang," ujarku santai dengan senyum lebar. Sicheng mengerutkan alis—udah nggak batuk lagi dia, mungkin udah muak dengan semua ucapan kardus dariku. "Bercanda, ganteng."
Sicheng hanya menggelengkan kepalanya lalu memasukan ponsel ke saku celana jeansnya. "Udah siap? Let me help you."
Aku mengangguk lalu tersenyum saat Sicheng meraih tas laptopku lalu memasukannya ke jok belakang. Sicheng juga meraih tumpukan draft tugas akhir di tangan kiriku. Jadi sekarang aku hanya membawa backpack di punggung.
"Loh, kok pakai mobil ini?" tanyaku menatap mobil di depanku, mobil kali ini BMW 7 warna silver, bukan Jeep Wrangler Rubicon warna hitam yang biasa dia pakai.
"Kamu pakai rok," ujar Sicheng sambil menunjuk pakaianku—yang mau tidak mau harus pakaian formal , termasuk pakai rok. "Kalau naik Jeep pasti susah naiknya."
Aku berusaha mengulum senyum. "Perhatian banget sih."
Sicheng mengabaikan ucapanku, si ganteng membuka pintu mobilnya mempersilahkan aku untuk masuk kemudian ia beralih ke sisi lain dan masuk ke mobil. Sicheng hendak menyimpan draft di jok belakang namun aku menahannya.
"Mau aku pegang aja," ujarku sambil meraih draft dari tangannya. "Biar bisa dibaca sambil jalan."
Sicheng mengangguk lalu mulai menstarter mobil. "Itu ada sandwich di jok belakang. Kamu pasti belum sarapan, kan?"
Aku menoleh ke jok belakang dan melihat kotak makan mini berwarna sky blue. Aku meraihnya dengan agak susah payah lalu membukanya untuk melihat dua potong sandwich dengan isian smoke beef dan tomat. Aku langsung menatap Sicheng dengan semangat.
"Kamu yang bikin?" tanyaku sambil mencium sandwich yang aromanya begitu menggoda.
Sicheng mengangguk. "Maaf kalau nggak enak, saya nggak jago masak."
"Pasti enak dong," ujarku sambil meraih satu potong sandwich. "Kan dibikinnya pakai cinta. Iya, kan?"
Sicheng hanya melirikku sekilas. Pandangannya fokus menatap jalanan di depan selagi aku menikmati sandwich. Rasanya emang beneran enak, apalagi ada tomat dan saus yang bikin rasanya jadi segar-segar gimana gitu. Terus makannya disebelah orang ganteng, wih makin seger dong.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acrasia [✔]
Fanfiction"Sicheng-ssi, kan?" "Jangan pakai ssi, saya nggak suka." "Terus manggilnya apa? Sicheng sayang?" Sicheng tidak seharusnya jatuh cinta pada Yoobin, begitu pun sebaliknya. Mereka terlalu berbeda; bagai dua kutub yang bersebrangan. Tapi baik Sicheng ma...