Hi, ada yang kangen nggak? 🤗
"Jadi pacar saya, mau, ya?"
OMOOOOOO. Aku sibuk menyembunyikan senyum lebar yang sejak dua jam lalu selalu tersungging dibibirku. Aku memegang kedua pipi dan bisa merasakan hangat sekaligus semu merah disana. Finally, hari ini aku resmi menanggalkan title jomblo setelah dua tahun.
Seharusnya aku sudah terlelap, tapi sejak dua jam lalu aku sibuk menenangkan debaran di dada—sama sekali nggak bisa tidur; terlalu bahagia. Aku bisa mendengar suara TV yang masih menyala dengan volume yang pelan, kayaknya si pacar belum tidur.
Pacar? AAAAAAAAAAA. Lagi-lagi aku membenamkan wajah di bantal saking bahagianya. Rasanya seperti mimpi.
Aku bangkit dari tempat tidur, mematut diri di depan cermin untuk merapihkan rambut lalu berjalan menuju pintu. Aku membuka pintu secara perlahan untuk mengintip si ganteng yang masih duduk di sofa, tangannya sibuk mengetikkan sesuatu di laptop.
Aku kembali berusaha mengulum senyum, masih sulit percaya kalau si ganteng ini sekarang jadi pacarku, HAHAHA.
Aku berjalan keluar dari kamar, Sicheng menoleh kearahku dengan alis bekerut. Aku hanya menggedikan bahu lalu duduk disampingnya, dan dengan manjanya menyandarkan kepalaku di bahunya—awww, rasanya deg-degan banget.
"Belum tidur, hm?" tanya Sicheng, lalu mendaratkan kecupan lembut di puncak kepalaku yang tersandar di bahunya.
Aku memejamkan mata sambil mengulum senyum. Aku nggak kuat, ini terlalu sweet buat aku yang sudah menjomblo selama dua tahun.
"Nggak bisa tidur," jawabku jujur.
"Kenapa? Bednya kurang nyaman?"
Aku menggeleng. "Terlalu bahagia."
Sicheng terkekeh mendengar jawabanku. "Sama. Saya juga."
AAAAAAAAAA. Aku sibuk berteriak dalam hati. Sumpah, rasanya aku kena diabetes karena rasanya terlalu manis. Dadaku berdebar semakin cepat, apakah ini rasanya jatuh cinta? I mean, aku pernah berpacaran tapi nggak pernah merasa sebahagia ini.
"Kok belum tidur?" tanyaku sambil mencari tangannya untuk kugenggam dan lagi-lagi dadaku berdebar cepat begitu tangan kami saling bersentuhan.
"Masih ada kerjaan," sahutnya sambil menggerakan tangan kanannya di mouse pad sementara tangan kirinya menggenggam tanganku. "Sebentar lagi selesai."
"Kopinya udah mau abis," ujarku sambil menunjuk cangkir kopi disamping laptop yang tinggal sedikit lagi. "Mau aku bikinin lagi?"
"Nggak usah," ujarnya sambil kembali mendaratkan kecupan singkat di puncak kepalaku. "Ini udah melek kok. Kalau minum kopi lagi nanti susah tidurnya."
Aku mengangguk paham. Mataku mulai terpejam, kenapa bahu Sicheng terasa lebih nyaman dibanding tempat tidur mahal di kamar? Kenapa genggaman tangannya lebih lembut dibanding bantal super empuk? Aku mau tidur di Sicheng aja deh, daripada di kamar—EHEHE, bercanda, guys.
"Tidur sini," ujar Sicheng sambil menepuk paha kirinya.
Aku bergerak dengan semangat, melepas slipper lalu membaringkan tubuhku di sofa dan membiarkan kepalaku tertidur dengan nyaman di pahanya. Untung aja cowok itu lagi pakai celana panjang, kalau nggak kebayang dong pahanya dan pipiku akan saling bersentuhan—skin to skin—AWWWW.
Tangan Sicheng terangkat untuk mengusap kepalaku sementara tangan kanannya kembali sibuk dengan mouse pad, entah scrolling apa di laptopnya yang jelas berbentuk tabel dengan banyak angka. Auh, melihatnya saja membuat kepalaku mendadak pening.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acrasia [✔]
Fanfiction"Sicheng-ssi, kan?" "Jangan pakai ssi, saya nggak suka." "Terus manggilnya apa? Sicheng sayang?" Sicheng tidak seharusnya jatuh cinta pada Yoobin, begitu pun sebaliknya. Mereka terlalu berbeda; bagai dua kutub yang bersebrangan. Tapi baik Sicheng ma...