Begitu keluar dari toko, aku bisa melihat Sicheng ganteng juga turun dari mobil Jeep-nya. Kali ini dia masih pakai baju yang sama kayak tadi pagi—tapi kadar kegantengannya bertambah karena wajahnya kelihatan agak capek; menurutku cowok pulang kerja dengan muka kelelahan itu bikin kegantengannya bertambah.
"Beneran nungguin aku?" tanyaku begitu si ganteng sudah berdiri di depanku.
Sicheng hanya mengangguk. "Kamu yang terakhir pulang?"
Aku mengangguk. "Biasanya bareng Arin, tapi hari ini dia pulang duluan soalnya ada group work buat tugas kuliahnya."
Sicheng kembali mengangguk. Aku berbalik untuk memastikan toko sudah terkunci dengan aman. Aku kembali berbalik untuk menatap si ganteng.
"Mau langsung pulang?" tanya Sicheng ganteng.
Aku mengangguk sambil menjejalkan kedua tanganku di saku jaket denim yang aku pakai—udara malam ini agak dingin.
"Saya anter kamu pulang," ujarnya datar. Tanpa menunggu jawaban, Sicheng ganteng langsung berjalan kembali ke mobilnya. Aku berusaha mensejajarkan langkahku dengannya.
"Kamu mau anter aku pulang?"
Sicheng mengangguk. "Bahaya cewek pulang sendirian malam-malam."
"Cieee, perhatian banget sih," ujarku dengan senyum lebar. "Padahal aku udah biasa pulang jam segini malem-malem."
Sicheng menghentikan langkahnya, kemudian menatapku. "Ya udah pulang sendiri aja sana."
Aku cemberut. Beneran nggak bisa diajak bercanda atau romantis nih si ganteng.
"Jangan cerewet! Cepet masuk!" ujar Sicheng sambil membukakan pintu mobil untukku.
Aku tersenyum lebar—akhirnya naik mobil sambil disetirin si ganteng. Begitu masuk ke mobil, aku menunggu Sicheng juga masuk dan duduk di kursinya. Aku masih senyum-senyum saat Sicheng masuk.
"Kamu nggak akan masangin seatbelt buat aku?" tanyaku sambil berusaha tersenyum semanis mungkin.
Sicheng melirikku lalu memasang seatbelt untuk dirinya sendiri. "Pasang sendiri. Punya tangan, kan?"
Aku menghela nafas. Beneran nggak bisa diajak romantis nih. Aku memasang seatbelt dengan wajah lesu. Sicheng menstarter mobilnya dan mobil pun perlahan melaju membelah jalanan.
"Sicheng," panggilku, si pemilik nama langsung menoleh menatapku. "Mampir dulu ke minimarket boleh?"
Sicheng mengangguk tanpa bicara apapun dan langsung menghentikan mobilnya di depan minimarket. Aku turun lebih dulu; aku harus beli pembalut. Tapi tanpa disangka si ganteng juga ikutan turun, aku menoleh menatapnya.
"Kamu mau beli sesuatu?" tanyaku.
Sicheng menggeleng.
Aku menatapnya dengan senyum lebar. "Pasti mau nemenin aku, ya? Kamu khawatir aku diculik, terus nanti—"
Sebelum aku melanjutkan ucapanku, Sicheng memegang kedua bahuku dari belakang dan meminta aku segera memasuki minimarket tanpa banyak bicara. Ups, dipegang si ganteng dari belakang, sekalian peluk dong, HEHE.
Begitu masuk aku langsung ke bagian rak pembalut. Sicheng nggak tahu kemana, dia kayaknya mencari sesuatu di rak lain. Begitu selesai dengan pembalut aku langsung berjalan ke kasir, ternyata si ganteng udah nunggu disana dengan dua cup ramyeon dan sebotol air mineral disana.
"Kamu lapar?" tanyaku sambil menaruh pembalut di meja kasir.
Sicheng mengangguk, kemudian ia beralih menatap kasir yang sedang menghitung belanjaan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Acrasia [✔]
Fanfiction"Sicheng-ssi, kan?" "Jangan pakai ssi, saya nggak suka." "Terus manggilnya apa? Sicheng sayang?" Sicheng tidak seharusnya jatuh cinta pada Yoobin, begitu pun sebaliknya. Mereka terlalu berbeda; bagai dua kutub yang bersebrangan. Tapi baik Sicheng ma...