Seharian ini aku cuman diam di apartment—nonton film, bikin makan siang, tidur, ngejain tugas akhir, nonton lagi, ngemil. Membosankan banget. Sicheng berangkat ke kantor jam sembilan pagi, katanya dia biasa pulang jam delapan malam.
Aku ditinggal sendirian selama hampir sebelas jam.
Sekarang sudah hampir jam tujuh malam, aku baru saja keluar dari minimart buat beli bahan makanan untuk makan malam. Karena belanjanya di minimart jadi nggak banyak yang bisa dibeli—cuman beli spaghetti sama sausnya, kornet, beli beberapa cemilan dan dua kaleng beer.
Ponselku berdering tepat begitu keluar dari minimart.
Senyumku melebar begitu tahu siapa yang menelpon; Sicheng ganteng.
"Halo?"
"Dimana?" tanya Sicheng tanpa basa-basi.
"Nyariin aku? Kangen, ya?" tanyaku sambil berjalan menuju gedung apartmentnya yang nggak begitu jauh dari minimart.
"Serius, Yoobin," ujarnya datar. "Kamu dimana?"
"Iya—iya, jangan marah," ujarku. "Baru pulang dari minimart, ini lagi jalan ke apartment. Kenapa?"
Aku bisa mendengar Sicheng menghela nafas lega. "Kirain kemana."
"Emangnya kenapa?" tanyaku. "Aku beli spaghetti bukan makan malam. Kamu belum makan, kan?"
"Udah," ujarnya. "Lain kali kalau mau keluar kasih tahu saya dulu."
"Ya maaf," ujarku mendadak merasa bersalah. "Kamu udah makan, ya?"
"Udah. Tapi saya bisa makan lagi kok," ujar Sicheng yang secara otomatis langsung membuatku tersenyum.
"Pasti hari ini capek banget, ya?" tanyaku—senyumku melebar begitu melihat gedung apartmentnya tinggal beberapa meter lagi.
"Biasa aja," ujarnya dengan singkat—seperti biasa.
Aku berjalan menuju apartment, membiarkan ponselku masih terhubung dengan Sicheng meskipun hanya diam dan nggak saling bicara. Aku baru ngeh, kalau saling diam di telepon itu hal yang seru—asalkan sama Sicheng, bukan sama orang lain, HEHE.
"Kenapa nggak pakai jaket?" tanya Sicheng.
Aku terdiam. Lalu menatap sekeliling. Kok dia tahu aku nggak pakai jaket? Aku emang cuman pakai kaus panjang sama celana jeans aja.
"Kamu dimana?" tanyaku sambil celingkukan. Dia nggak mungkin hack CCTV depan gedung apartment cuman buat liat aku, kan?
"Di pintu masuk."
Aku mendongak dengan cepat. Mulutku terbuka begitu melihat Sicheng berdiri sekitar sepuluh meter di depanku—tepat di pintu masuk menuju gedung apartment. Ponselnya masih menempel di telinga dan wajahnya tanpa ekspresi seperti biasa.
"Dari tadi?" tanyaku—masih lewat telepon.
"Nggak juga," ujarnya sambil mematikan ponsel lalu berjalan mendekat kearahku. "Kenapa nggak pakai jaket?"
"Lagian cuman ke minimart," ujarku.
"Meskipun cuman keluar satu meter dari gedung, yang namanya cuaca dingin bakalan tetep dingin."
Aku menghela nafas lalu mengangguk. "Okay. Lain kali bakalan pakai jaket. Kamu udah pulang?"
"As you can see," ujar Sicheng lalu mengambil alih plastik belanja dari tanganku. "Beli apa aja? Banyak banget."
KAMU SEDANG MEMBACA
Acrasia [✔]
Fanfiction"Sicheng-ssi, kan?" "Jangan pakai ssi, saya nggak suka." "Terus manggilnya apa? Sicheng sayang?" Sicheng tidak seharusnya jatuh cinta pada Yoobin, begitu pun sebaliknya. Mereka terlalu berbeda; bagai dua kutub yang bersebrangan. Tapi baik Sicheng ma...