twenty eight

528 83 30
                                    

I miss you guys 😭😭😭

***

"Babe..."

Wuihhh, setan dari mana nih? Kok tiba-tiba aku mendengar bisikan lembut di telingaku, dan diperparah dengan suara beratnya yang menimbulkan efek sesak nafas, dada berdebar, jantung berpacu dengan nggak normal, dan otakku yang mulai berpikir... apakah ini yang namanya surga dunia?

"Yoobin sayang..."

Buseettt. Setan penggoda yang... eh kok, kayak kenal suaranya?"

"Babe..."

What? Aku membuka mata dengan cepat—melotot hingga rasanya mataku nyaris melompat keluar. Apa-apaan tadi? Kok aku merasa pipiku baru saja dikecup dengan lembut? Aku menyentuh pipiku yang... agak basah? Hah? Aku mimpi basah?

"Yoobin sayang..." dan seolah menjawab kebingunganku, kini aku merasakan kecupan lembut di pipiku. "Bangun! Atau saya cium lagi."

Eh. Aku menoleh dan mulutku langsung terbuka begitu melihat si ganteng yang sedang tersenyum lebar—menyambutku dari tidur siang dengan wajah gantengnya. "Si—Sicheng?"

"Yes, babe?"

"Heh!" aku mencubit lengannya. "Jangan panggil babe-babe terus ih! Aku sesak nafas nih."

Sicheng tersenyum jahil, semakin mendekatkan wajahnya. Ia lalu berbisik serak di telingaku. "Mau dikasih nafas buatan?"

"Aww, mau dong!"

Sicheng terkekeh geli, lalu mendaratkan kecupan singkat di bibirku. "Wake up, sayang."

"Kok disini?"

Tadi pagi aku ada interview kerja di salah satu restoran fine dining yang ternyata punya Haechan—wow, lagi-lagi aku harus kagum dengan kekayaan mereka. Selesai interview, aku langsung pulang karena rasanya capek banget dan tanpa sadar ketiduran.

Dan pas bangun... tahu-tahu ada makhluk ganteng disini.

Sicheng tersenyum, tangannya terjulur untuk menarik tanganku hingga kini aku berubah posisi yang semula tidur menjadi terduduk. "Gimana interview hari ini?"

Aku menghela nafas berat. "Nggak tahu, nih. Interviewernya agak sinis gitu."

"Bukan sinis, mereka berusaha objektif."

"Tapi kok ngelihatinnya sinis gitu?"

"Yoobin..." Sicheng mengusap tanganku dengan lembut. "Itu salah satu trick interviewer, mereka mau tahu apa kamu bisa jawab meskipun nervous atau dibawah intimidasi."

Aku menghela nafas berat. "Iya juga sih."

Sicheng tersenyum. "Nggak usah khawatir. You did well."

Aku balas tersenyum. Satu hal yang berubah dari hubungan kami; kami jadi lebih terbuka satu sama lain. Sicheng sering cerita betapa hecticnya pekerjaan dia di kantor, begitupun aku yang lagi ada di fase galau untuk mencari pekerjaan. Dan aku beruntung punya dia yang bisa dijadikan tempat berbagi keluh-kesah.

"Kamu begadang lagi semalam?" tanyaku sambil mengusap lengannya, ada kantung mata yang muncul samar-samar di bawah matanya, belum lagi wajahnya terlihat agak pucat hari ini.

Sicheng menghela nafas lalu mengangguk. "Persiapan peluncuran game baru. Kantor lagi hectic banget, rasanya mau nafas aja udah sesak duluan."

Acrasia [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang