twenty seven

640 86 45
                                    

"Balikan, yuk?"

Aku melepaskan pelukan dengan cepat, Sicheng sampai menatapku bingung—lengkap dengan alisnya yang berkerut ganteng.

"Nggak mau," ucapku cepat sambil cemberut. "Nggak romantis banget, sih."

Sicheng terkekeh, ia kembali memainkan rambutku. "Terus maunya gimana? Mau diajak balikan lewat iklan di Youtube? Apa Instagram? Atau mau dibikin subway ad? Tinggal bilang aja."

Aku mendecak, susah emang kalau ditaksir sama orang kaya—mainannya level pasang iklan di platform besar. Aku menghapus sisa air mata yang masih menggenang di pelupuk mata. Sicheng masih menatapku penuh harap sementara tangannya masih bermain diatas rambutku.

"Padahal dulu pas nembak juga nggak romantis," ujar Sicheng sambil melipat tangannya di depan dada. "Waktu itu aku cuman nyogok kamu pakai fried chicken—terus saya ngajak pacaran—terus kita resmi pacaran—and then we kissed—terus habis itu—"

Aku mencubit lengannya dengan pelan. "Detail banget."

"Iya lah, saya bahkan masih ingat the taste when our lips met."

"Heh!"

"Waktu itu percampuran rasa menthol dicampur fried chicken. Eh, iya nggak sih?"

Aku menatapnya shock. Sicheng terkekeh melihatku, ia menjulurkan tangannya untuk mengusak rambutku dengan lembut.

"Jadi pengen reka ulang adegan."

Aku kembali mendaratkan cubitan di lengannya. Sumpah ya, ini Sicheng kayaknya emang kena mantra dari dukun. Kenapa dia jadi flirty banget sih, eh tapi nggak apa-apa sih aku jadi seneng, HAHAHA.

"Mau, gak?" tanya Sicheng, alisnya bergerak naik turun dengan menggemaskan.

"Yang mana? Reka ulang adegan apa balikan?"

Sicheng tersenyum jahil. "Dua-duanya."

Aku menoleh ke sekitar lalu meminta Sicheng untuk mendekatkan wajahnya. Aku berbisik di telinganya; "Jangan disini! Di kamar hotel aja."

Whooshh. Aku nyaris terbahak melihat reaksi Sicheng; pipinya memerah sementara ia berusaha keras untuk mengulum senyum. Sicheng nih ya, giliran digodain balik malah kayak anak abege yang digoda sama om-om.

"Bercanda, hehe," seruku sambil tertawa.

Sicheng berdeham lalu menghembuskan nafas berat. "Nggak lucu."

"Ngapain blushing segala? Kayak yang nggak pernah aja."

"Pernah apa?"

"Bikin anak." sahutku ceplas-ceplos, dan aku langsung menyesalinya saat itu juga.

Sicheng menatapku, tangannya terjulur untuk mengusap pipiku. "Karena saya pernah ngelakuin itu, saya nggak mau mengulang kesalahan yang sama. Jadi kalau mau bikin anak—tunggu sampai kamu dan saya sah dimata Tuhan."

Aku menutup pipiku yang mendadak terasa panas. So sweet banget, toloonnggggg!

"Eh, jadi gimana nih?"

"Gimana apanya?"

Sicheng terkekeh, lalu mengusak rambutku—lagi. "Balikan. Mau nggak balikan sama saya?"

Aku berusaha mengulum senyum. "Urusan kamu sama dia udah selesai?"

Sicheng mengangguk. "Udah. All clear. Kita berdua sepakat untuk berdamai sama masa lalu. Kita punya kehidupan masing-masing. Shuhua sama keluarga kecilnya, dan saya... ehm sama kamu."

Acrasia [✔]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang