Hehe—|
Mendekati Felix itu susah sekali, sangat susah malah namun itu semua tidak cukup membuat Hyunjin menjadi menyerah. Dia akan selalu mencoba, meski benar terdapat sedikit keraguan pada sudut hati. Tapi dia tetap harus melakukannya, Sebagai pembuktian apakah benar dirinya mencintai atau hanya sekedar rasa penasaran yang melampaui.
Sebagai contoh pada pagi hari senin diawal pergantian semester ini, Hyunjin baru tau jika ternyata Felix bersekolah disalah satu SMA elite di Seoul akibat minimnya komunasi. Kan sudah dibilang Felix tidak akan memberitahu jika tidak ditanya.
Hyunjin pun tau akibat pagi ini Felix telah resmi mengenakan atribut dari sekolah elite tersebut.
Hyunjin sedikit berdehem guna menyita atensi Felix dimeja makan, semua orang otomatis memandangnya karena mereka selalu sarapan bersama. Sebenarnya tidak semua orang, karena orang yang dikode sama sekali tak menggubris deheman pemuda Hwang. Miris sekali.
Lee Felix benar-benar tak pernah perduli pada sekitar, Hyunjin menghela nafas pelan.
"Eum, Felix. Kau bersekolah di SMA Hyeongdo?"
Felix dengan raut bingungnya mendongak, "Apa— ah iya, hari ini aku resmi menjadi murid disana."
Senyum manis Hyunjin berikan, "Mau berangkat bersama? Kau belum terbiasa menggunakan bus kan? Ayo berangkat sekolah denganku, Lee felix."
Semua orang sontak mengernyit heran, kerasukan setan mana Hyunjin ini? Lihat saja senyum lebarnya itu? Semuanya hanya bisa menggelengkan kepala keheranan.
Sedang Felix sendiri tak terlalu menanggapi, berbicara santai seolah ajakan Hyunjin bukanlah sebuah hal penting.
"Kurasa Tidak perlu Jin. Lagipula letak sekolah kita berlawanan."
Hyunjin melunturkan senyum seketika, membuat kehidupan lain dimeja makan sontak menahan tawa.
"Mampus. Kena tolak mentah-mentah." Celetuk Jeno dengan tawa bahagia. "Nah, Felix. Kita kan satu sekolah, bagaimana jika kau berangkat denganku saja?"
"Aku berangkat bersama Chris—" saat itu juga dering bel asrama berbunyi diikuti suara lantang pemuda Bang menyerukan namanya. Felix sontak bangkit, mengembangkang senyum berserinya dengan tangan memegang piring kotor miliknya, "Itu Chris!! Aku selesai, terimakasih makanannya!!"
Setelah tergesa meletakkan sekaligus mencuci kilat alat makannya, Felix lantas mengambil tas sekolahnya dengan bebunyian berisik memenuhi ruang asrama. Berlarian kesana-kemari seperti orang kesurupan— entah mencari apa, yang jelas Felix begitu tergesa-gesa.
Pemuda Aussie itu benar-benar pergi setelahnya. Meninggalkan seisian asrama yang tiba-tiba senyap, masing-masing penghuninya tenggelam dalam berbagai macam asumsi yang dimiliki.
Tak terkecuali Hyunjin dan Jeno yang masih saja memanyunkan bibir akibat ditolak dengan tidak elitenya.
"Astaga, baru ditolak sekali saja sudah cemberut begitu! Pantang menyerah sekali." ini Jihoon yang tiba-tiba berceletuk jengah. Memilih melanjutkan makan berhubung hari sudah beranjak siang.
"Kak Hyunjin berangkat bersama Jeongin saja ya? Bersama Kak Jihoon dan kak Guanlin juga." Termuda disana akhirnya mengeluarkan suara, lantas beralih menatap Jeno yang masih dirundung kecewa. "Kak Jeno dan kak Lino juga harus cepat, biar nanti satu Bus dengan Felix. "
"Mereka saja? Aku dan Soobin tidak?" Yeonjun berceletuk sinis.
Membuat Jeongin buru-buru menggelengkan kepala, "Bukan begitu Kak, Kak Yeonjun dan Kak Soobin kan mau pacaran, iyakan? Dan lagi Sekolah kita berbeda Kak."
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] I-DOLLS ✔
Fanfiction[FIN] I-DOLLS. Dimana dirimu menjadi boneka yang diatur sedemikian rupa. Menjadi tak berdaya, sebab orang tercintamu adalah taruhannya. Hyunlix Chanlix BxB Gay Shounen Ai No Yaoi-maybe. Typo(s)