BAGIAN 5 : He Said I Belonged To Him.

5.5K 279 1
                                    

SELAMAT MEMBACA :

***

DANIEL ANGGARA :

"Pak sebentar lagi dia datang, bapak tunggu saja," Ujar ibu Ratih,

"Oh iya makasih. Tapi sebelumnya saya mau bilang, jangan panggil saya bapak atau pun tuan, panggil saja dengan nama saya," Ujar ku tersenyum simpul dan bersandar pada sandaran kursi yang aku duduki,

"Baik Daniel, kalau begitu saya permisi dulu masih banyak yang perlu sa- " Ujar ibu Ratih terpotong,

BRAKK...

"BU RATIH!! SAYA UDAH DAT- lah kok om-om kampret ini yang duduk di kursi ibu?" Ujar Rena yang baru saja datang dan sudah membuat keributan.

"Rena kamu tuh yah, gak sopan banget, bukannya salam malah teriak-teriak," Ujar ibu Ratih menegur Rena.

Dengan gerakan cepat Rena menyalami tangan ibu Ratih, dan ibu Ratih menatap Rena aneh.

"Salam kan bu, tuh udah. Sekarang ibu manggil saya kesini buat apa?" Ujar Rena sambil tersenyum,

Ibu Ratih hanya menggelengkan kepalanya singkat, dan menghela nafas kasar, sambil memijat pelipisnya pelan. Kemudian kembali menatapku.

"Daniel ini orangnya udah datang," Ujar ibu Ratih,

"Iya bu. Makasih," Ujar ku tersenyum simpul pada ibu Ratih,

"Dasar sok ganteng," Umpat Rena pelan yang masih bisa ibu Ratih dan aku dengar,

Ibu Ratih menatap Rena kaget dan seakan ingin naik darah melihat perlakuan Rena,

"Dasar anak kurang aj-" Ujar ibu Ratih terpotong,

"Tidak ibu, aku sudah muak mendengar perkataan ibu yang selalu mengatakan aku kurang ajar. Ibu, aku ini bersekolah, bahkan di sekolah ini aku di ajar, bahkan aku kelebihan di ajar, bukan kurang ajar ibu," Ujar Rena menatap ibu Ratih sedikit marah,

"Dasar kamu yah," Ujar ibu ratih geram,

"Ibu tadi itu cuma akting kok, gimana bu bagus kan akting saya," Ujar Rena sambil tersenyum lebar pada ibu Ratih,

Selang beberapa detik ibu Ratih menarik telinga Rena hingga membuat Rena menjerit kencang.

"ADUHHH BUU!! KOK SAYA DI JEWER SIH!" Seru Rena menahan sakit di telinganya,

"Kamu tuh ya, nggak punya sopan santun sama orang yang lebih tua. Kapan kamu bisa menjadi anak yang lebih baik, hah!" Ujar ibu Ratih penuh amarah dan masih menjewer telinga Rena,

"Kan tadi aku cuma akting bu," Ujar Rena memegang telinganya dan menatap ibu Ratih memohon untuk di lepaskan,

Aku hanya menatapnya menggeleng sambil tersenyum kecil.

"Akting kamu itu terlalu nyata, dasar tidak sopan," Ujar ibu Ratih masih menjewar Rena,

"Lepasin tangan ibu dong, telinga saya sakit bu, tadi abis di jewer juga ama pak Adam," Ujar Rena menahan sakit sambil memegang telinganya yang masih di jewer,

"Memang pantas kamu mendapat perlakuan seperti ini, dasar anak bandel," Ujar ibu Ratih dengan berapi-api,

"Kalo di dunia nggak ada anak yang bandel, dunia ini akan terlihat suram dan hampa bu. Percayalah bu kalo anak bandel lah yang membuat dunia ini jadi lebih berwarna," Ujar Rena menatap ibu Ratih yang masih menjewer telinganya.

Aku tersenyum kecil menatap Rena. Dasar pembangkang.

Ku lihat ibu Ratih menghela nafas pasrah kemudian melepaskan tangannya dari telinga Rena.

"Daniel kalau begitu saya permisi dulu," Ujar ibu Ratih kemudian keluar dari ruangannya yang sekarang menjadi ruangan ku.

"Lah kok bu Ratih keluar, terus lo ngapain duduk di kursinya bu Ratih, berani banget lo ama kepala sekolah. Baru juga jadi guru baru udah sok berkuasa," Ujar Rena kesal.

Aku menatap Rena dari atas sampai bawah.

Sekarang dia mengenakan pakaian futsal dan menguncir rambutnya kebelakang. Penampilannya sekarang berbeda jauh dengan penampilannya saat pertama kali aku melihatnya. Yang rambutnya tergerai dan gaya yang urakan atau bisa di bilang berantakan.

"Napa ngeliatin gua? Suka?" Ujar Rena menatap ku sambil menaikkan sebelah alisnya.

Aku tersenyum kecil menatapnya, cantik.

"Ihh anjir senyum om kok mesum banget," Ujar Rena sedikit bergidik ngeri,

"Jangan panggil gua om, gua masih muda," Ujar ku dan masih menatapnya,

"Om gaul juga ya, ngomong pake lo-gua," Ujar Rena dan menatap ku sambil tersenyum jahil,

"Umur gua gak beda jauh ama lo," Ujar ku masih terus menatapnya,

"Tapi om kok kelihatan tua ya," Ujar Rena menahan senyumnya agar tak terlihat oleh ku,

"Semerdeka lo dah," Ujar ku pasrah kemudian menatapnya sambil tersenyum kecil,

"Om bisa gak sih gak usah natap gua kayak gitu, gua serasa kayak mau di perkosa ama om, mesum amat," Ujar Rena menatap ku ngeri,

Selang kemudian terjadi keheningan beberapa detik sampai Rena membuka suara,

"Kayaknya gua gak ada urusan deh sama om, tadi kan gua di panggil ama ibu Ratih, jadi gua mau keluar ya om," Ujar Rena hendak berjalan ke arah pintu,

"Tetap di situ Rena jangan coba-coba untuk kabur," Ujar ku terdengar dingin,

"Njirr kok lebih horor dari bu Ratih ya," Ujar Rena pelan dan menatap ku horor,

"Gua kan gak ada urusan ya ama om jadi gua boleh keluar dong," Ujar Rena berbicara sedikit was-was,

"Lo gak boleh keluar!" Ujar ku dingin dan menatapnya datar,

"Kok gak boleh ya om," Ujar Rena was-was,

"Gua bilang jangan panggil gua om," Ujar ku datar,

Kemudian berdiri dari duduk ku dan melangkah mendekat ke arah Rena. Rena menatap ku sambil menyeritkan dahinya bingung dan aku terus maju mendekat padanya.

"Ya tuhan gua mau di apain ama nih om-om," Ujar Rena pelan tapi masih bisa ku dengar,

"Eh om kampret jangan deket-deket ya loh!" Ujarnya dan mundur langkah demi langkah untuk menjauhi ku sedangkan aku terus maju untuk mendekat dengannya.

"Kalo lo deket-deket, gue tonjok muka lo ampe ancur, jauh-jauh gak lo!" Ujarnya terus menjauh sampai punggungnya menempel pada dinding yang ada di belakangnya,

Rena terlihat gelisah, aku sekarang sudah berada di hadapannya mungkin sangat dekat dengannya.

"Om jangan perkosa gua pliss, kalo mau nanti aja kalo gua udah lulus lo bisa lamar gua kok," Ujar Rena sedikit takut,

Aku hanya bisa menahan senyum ku mendengar perkataan Rena dan masih terus menatapnya.

Aku menunduk menatapnya yang lebih pendek dari tinggi badan ku. Aku dan Rena saling menatap dengan tatapan yang berbeda. Rena menatapku sedikit takut dan juga marah dan aku menatapnya dengan seringai kecil.

"Ihhh.. Apaan sih om, dasar gila, jauh-jauh om dari gua," Ujarnya lalu mendorong ku menjauh darinya.

Dia hendak pergi tapi dengan cepat aku menahannya dan mengunci kedua tangannya dengan tangan ku. Dia kembali menatap ku dan aku membalas tatapannya dengan tatapan lembut dan tersenyum kemenangan.

"Om kenapa sih? Kayaknya gemes banget ama gua, " Ujarnya kesal dan terus meronta untuk bisa melepaskan cengkraman tangan ku dari tangannya tapi akhirnya dia menyerah lalu menatap ku tajam.

Aku hanya menatapnya sambil tersenyum,

"Lo milik gue, dan selalu jadi milik gue." Ujar ku dan menatap matanya penuh arti.












TERIMA KASIH SUDAH MAU BACA CERITA KU

MOHON MAAF KALAU ADA KESALAHAN ATAU TYPO.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA.




MY TEACHER IS MY HUSBAND ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang