SELAMAT MEMBACA.
***
RENA DARA ANGGITA :
"Rena ayo bangun. Nanti lo telat ke sekolah," Ujar seseorang yang ku yakini adalah Daniel. Siapa lagi kalo bukan bukan dia, dasar pengganggu,
"Udah ah sana pergi, gua males ke sekolah. Mending lo aja yang ke sekolah, bilangin ama guru gua kalo gua sakit. Udah sana pergi, gua masih pengen tidur. Gua lagi mimpi indah juga," Ujar ku kesal karena dia telah mengganggu tidur ku,
"Rena apa lo lupa kalo gua itu guru lo," Ujarnya tapi aku tak dapat melihat wajahnya karena aku masih menutup mata ku,
"Gua nggak pernah punya guru setan kayak lo," Ujar ku serak akibat baru bangun tidur tapi aku tidak membuka mata ku melainkan memperbaiki posis tidur ku menjadi lebih nyaman,
Setelahnya aku tidak mendengar apa-apa lagi. Mungkin dia sudah pergi.
Tapi ku rasakan seseorang menarik selimut ku hingga memperlihatkan tubuh ku yang hanya dibalut dengan hotpants dan kaos tipis warna putih.
Aku mengerang tidak nyaman lalu aku membuka mata ku dan menatap Daniel yang telah beraninya mengganggu tidur ku.
Aku menatap Daniel yang berdiri sambil berkacak pinggang di samping tempat tidur ku dan menatap ku dengan tatapan dingin. Dia sekarang telah memakai baju kemeja putih dan celana panjang hitam.
"Lo mau mandi sendiri atau gua yang mandiin," Ujarnya dan menatap ku dari atas sampai bawah dengan tatapan yang menurut ku sangat tidak enak untuk dilihat, sialan. Dasar mesum.
"Emang lo berani?" Ujar ku meremehkan,
Daniel hanya tersenyum tipis kemudian melangkah ke arah ku dan naik ke atas tempat tidur ku. Dia semakin mendekat ke arah ku. Aku hanya mundur dan menatapnya sambil menyeritkan dahi ku bingung. Mau ngapain dia. Jangan-jangan dia mau apa-apain aku lagi.
Selang kemudian Daniel menatap ku sambil menyeritkan dahinya bingung,
"Kok rahang lo bisa memar gini?" Ujar Daniel dan menatap ku khawatir,
"Di tonjok," Balas ku sambil menatapnya,
"Di tonjok ama siapa," Ujarnya lalu memegang lembut dagu ku dan melihat rahang ku yang masih memar,
"Kepo amat, nanti lo juga bakal terbiasa," Balas ku,
"Terbiasa?" Ujarnya bingung,
"Gua kan sering berantem," Ujar ku sambil mengedikkan bahu,
"Jangan berantem lagi, gua bakal awasin lo!" Ujarnya dan menatap ku serius,
Nih orang kalo serius gini serem amat. Aku hanya menatap matanya sambil sesekali berkedip,
"Udah sana mandi," Ujarnya lagi,
"Gua males ke sekolah, udah sana lo aja yang ke sekolah," Ujar ku menatapnya sambil tersenyum manis,
"Mandi, terus ke sekolah, ato gua..." Ujarnya lali tersenyum miring lalu mendekat pada ku,
Aku hanya menatapnya bingung sambil berpikir keras apa yang akan dia lakukan tapi dia malah makin mendekat.
Dengan cepat aku turun dari tempat tidur dan berlari ke kamar mandi. Di dalam kamar mandi aku hanya bisa mendengar suara Daniel yang terbahak sangat kencang.
"Hahahahaha... rasain lo, emang enak gua kerjain, hahaha..." Ujar Daniel sambil tertawa kencang,
Kurang asam. Liat aja aku kerjain baru tau rasa dia. Belum tau dia siapa aku.
"Dasar om kampret kurang ajar, liat aja gua bakal cari cara supaya tuh om-om gak gangguin gua lagi," Ujar ku kesal,
Aku mendengar suara pintu terbuka lalu pintu itu kembali tertutup. Pasti dia sudah keluar. Aku mulai melakukan aktivitas mandi ku seperti hari-hari biasanya.
***
Setelah mandi aku mengambil baju seragam putih abu-abu ku lalu mengenakannya. Setelah berpakaian aku keluar dari kamar dan berjalan ke dapur.
Sesampainya di dapur aku melihat Daniel sedang berbincang-bincang dengan seseorang. Orang itu juga memakai seragam sama seperti ku, siapa dia?
Astaga jangan-jangan...
Dengan cepat aku memutar tubuh orang itu, dan...
"SARAH NGAPAIN LO DI SINI?!" Teriak ku kaget. Bagaimana tidak, nanti yang ada Daniel ngomong sembarangan pada Sarah.
"Oh hai Rena. Kok lo nggak bilang sih kalo pak Daniel itu calon suami lo, lo juga nggak bilang kalo lo menikah minggu depan. Tega lo ama teman sendiri, masa gua nggak di undang," Ujar Sarah to the point dan menatap ku sambil cemberut,
Aku menepuk jidat ku pelan dan menatap Daniel seperti ingin memakannya. Dasar Daniel sialan. Aku kan pengen rahasiain pernikahan ini, kenapa malah di bocorin. Dasar ember.
Aku menatap Sarah yang juga menatap ku polos. Aku balas menatapnya sambil tersenyum lebar dan melirik Daniel yang sedang tersenyum kemenangan. Dasar kampret.
"Anu Sarah. Sebenarnya gua pengen bilang ama lo tapi... " Ujar ku dan memikirkan sesuatu agar bisa menjawab pertanyaan Sarah,
"Tapi apa sih Rena. Nggak usah boong deh, gua tau lo pengen rahasiain pernikahan elo ama pak Daniel kan. Jujur aja kali," Ujar Sarah kesal,
"Lah lo kok bisa tua sih?" Balas ku kaget dan sedikit bergurau. Bagaimana Sarah bisa tau?
"Tua? Tau kali, nggak usah berjanda deh ama gua," Balas Sarah sambil memutar bola matanya kesal,
"Berjanda? Bercanda kali Sar," Ujar ku dan menoyor kepala Sarah gemas,
"Apaan sih lo," Balasnya kesal,
"Emang enak. Syukuran lo," Ujar ku,
"Syukuran? Syukurin kali," Ujar Daniel menaikkan sebelah alisnya bingung sambil menatap aku dan Sarah bergantian,
"Mau-mau gua dong, mulut-mulut gua, kok lo yang rempong. Udah ah gua mau ke sekolah. Baayyy..." Ujar ku kemudian menarik tangan Sarah pelan untuk pergi dari sini.
Aku masuk ke dalam mobil Sarah diikuti dengan Sarah yang ikut masuk dan duduk di jok kemudi, setelah kami memasang sabuk pengaman, Sarah mulai menjalankan mobilnya menuju sekolah.
"Kok lo gak ngomong sih kalo lo pengen nikah ama pak Daniel?" Ujar Sarah sambil fokus menyetir,
"Gimana caranya mau ngomong, gua aja baru tau kemaren kalo si om kampret itu calon suami gua," Ujar ku sambil memandang suasana jalanan yang ramai di penuhi orang-orang yang punya kesibukan pagi,
"Kok bisa sih dia jadi calon suami lo?" Ujar Sarah,
"Itu sebenarnya perjanjian antar bonyok gua ama bonyoknya si om kampret itu, perjanjian kalo gua harus nikah ama tuh om kampret kalo umur gua udah 18 tahun," Ujar ku,
"Serius 18 tahun? Ren lo masih sekolah, lulus aja belom, masa udah mau nikah," Ujar Sarah,
"Ya gua amit-amit banget malah ama om kampret itu, tapi kan gua gak boleh nolak, ini kan permintaan terakhir bonyok gua," Ujar ku sedikit kesal,
"Apaan deh Ren, namanya tuh pak Daniel bukan om kampret, lagi pula di ganteng kok dia juga keliatannya baik, bisa jadi imam lo yang sempurna, iya kan," Ujar Sarah terdengar jahil,
"Semerdeka lo deh Sar, males gua ngomongin si om kampret mulu, gak ada pembahasan yang lain apa," Ujar ku namun Sarah tak menjawab dan terjadi kheningan sesaat,
Aku menatap Sarah yang masih fokus menyetir tapi dia kelihatan banyak fikiran. Kayaknya Sarah punya masalah tapi mungkin dia belum siap cerita sama aku. Ya sudah lah mungkin dia butuh waktu, aku juga gak mau banyak fikiran dulu.
TERIMA KASIH SUDAH MAU BACA CERITA KU
MOHON MAAF KALAU ADA KESALAHAN ATAU TYPO.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TEACHER IS MY HUSBAND ( COMPLETE )
Teen FictionCerita ini aku pindahin karena akun yang aku pake dulu bermasalah. JANGAN LUPA FOLLOW DON'T COPY MY STORY! ######################## Cerita ini mengandung kata-kata kasar!! Rena Dara Anggita adalah perempuan yang kerasa kepala, pembangkang, dan...