BAGIAN 20 : Difficult Choice.

3.2K 152 7
                                    

SELAMAT MEMBACA.

***

RENA DARA ANGGITA :

"Sarah, Vino mana?" Ujar ku lalu menghampiri Sarah yang duduk di kursi yang ada di depan sebuah ruang rawat,

"Dia ada di dalem, gua takut banget Rena," Ujar Sarah ketakutan,

"Lo tenang aja ada gua," Ujar ku berusaha menenangkan Sarah yang terus menangis sambil memeluk tubuh ku.

"Sialan si Clara." Umpat Daniel dan menjambak rambutnya kasar,

Aku menatap Daniel yang terlihat frustasi. Aku rasanya ingin menangis.

Clara sudah mencelakakan orang terdekat ku untuk berusah memisahkan ku dengan Daniel.
Aku tidak ingin berpisah dengan Daniel, entah apa yang aku rasakan tapi sesuatu dalam diri ku tidak ingin berada jauh dari Daniel. Apakah aku sudah mencintai Daniel? Jika memang aku mencintainya maka hubungan ini harus di lanjutkan, aku harus memperjuangkannya.

Ini tidak bisa di biarkan, Clara sudah keterlaluan.

Aku berdiri dari duduk ku lalu menghampiri Daniel yang bersandar pada tembok rumah sakit, dia terlihat sangat gelisah. Aku menatap Daniel yang sekarang ada di hadapan ku.

Daniel menatap ku dengan tatapan yang begitu dalam, matanya sangat memancarkan ketakutan.

Clara sudah membuat Daniel berubah. Aku tidak pernah melihat Daniel seperti ini, rasanya hati ku sangat teriris melihat Daniel seperti ini. Aku langsung memeluk Daniel dan dia membalas pelukan ku dengan erat.

"Gua nggak pengen lo pergi dari gua Niel, tapi Clara udah nyakitin orang terdekat gua, gua nggak tau apa yang harus gua lakuin, gua nggak pengen jauh dari lo," Ujar ku tanpa sadar air mata sudah mengalir di pipi ku.

Aku menangis karena Daniel, aku tidak ingin dia pergi dari ku, aku mencintainya.

"Tapi gua harus pergi, gua nggak mau dia nyelakain lo Rena," Ujar Daniel pelan dan memeluk ku makin erat,

"Lo nggak boleh pergi ninggalin gua, gua nggak bisa jauh dari lo," Ujar ku jujur dan terus menangis,

Daniel melepaskan pelukannya dan menatap ku dalam penuh arti.

"Kasih gua alasan kenapa gua nggak boleh ngejauhin lo," Ujar Daniel serius namun masih memancarkan kesedihan di matanya,

"Gu-gue nggak tau," Ujar ku menatap Daniel sedih,

"Apa lo udah cinta ama gua," Ujar Daniel serius,

Aku hanya terdiam tidak menjawab. Ya aku memang sudah mencintai Daniel tapi kenapa aku tidak bisa mengatakan bahwa aku mencintainya, mengapa pernyataan itu begitu sulit untuk keluar dari mulut ku.

"Lo nggak bisa jawab kan," Ujar Daniel dan aku masih terdiam,

"Terus kenapa gua harus bertahan ama lo, kalo lo aja nggak cinta ama gua. Mungkin memang gue harus jahuin lo," Ujar Daniel dan aku hanya bisa diam membeku.

Aku ingin bilang kalau aku cinta sama Daniel tapi rasa gengsi menyelimuti diri ku, dengan rasa takut yang begitu menggebu. Aku takut jika harus kehilangan Daniel tapi aku juga takut jika Clara mencelakakan orang terdekat ku lagi. Mengapa aku di hadapkan dengan dua pilihan yang begitu sulit bagi ku.

"Itu sudah membuktikan kalo gua memang harus ngejauhin lo," Ujar Daniel,

"Lo harus tau kalo gua cinta sama lo sampai kapan pun," Ujar Daniel dan mengecup kening ku lama kemudian berjalan meninggalkan ku.

Aku tidak bisa menahannya. Aku juga butuh waktu sendiri. Aku ingin menenangkan pikiran ku. Aku sedih ketika punggung Daniel terlihat semakin menjauh. Apa ini pilihan yang terbaik? 

Aku menghela nafas kasar lalu menghapus bekas air mata yang menempel di pipi ku. Aku menghampiri Sarah yang masih terduduk di kursi sambil menatap ku.

Aku duduk di samping Sarah dan menatap ke arah depan dengan tatapan kosong.

"Kenapa lo nggak jujur aja sih ama Daniel kalo lo cinta ama dia," Ujar Sarah menatap ku,

"Gua nggak mau orang terdekat gua celaka lagi karena hubungan gua dengan Daniel," Ujar ku tanpa ekspresi,

"Maksud lo apaan sih?" Ujar Sarah dan aku terus menatap pintu ruang rawat Vino.

"Orang yang nabrak Vino adalah cewek yang sangat terobsesi dengan Daniel. Dia akan melakukan apapun agar gua dan Daniel berpisah walaupun dia harus bunuh orang." Ujar ku dengan tatapan datar,

Yang ada dalam pikiran ku sekarang hanya Daniel. Mengapa aku tidak mengatakannya saja jika aku mencintainya, mengapa aku begitu bodoh.

Aku menjambak rambut ku kasar. Cobaan apa ini Tuhan, mengapa kau memberikan ku cobaan seberat ini, aku tidak bisa memilih.

"Lo harus bisa milih yang terbaik buat masa depan lo," Ujar Sarah dan mengelus pundak ku lembut,

Aku menatap Sarah sambil tersenyum. Aku menghela nafas kasar lalu berdiri dari duduk ku.

"Gue mau keluar dulu, gue balik kok, lo di sini aja jagain calon suami lo." Ujar ku sambil tersenyum pada Sarah dan Sarah membalas senyuman ku,

"Lo juga harus jaga calon suami lo." Ujar Sarah sambil tersenyum.

Aku tertegun, entah sekarang Daniel ada dimana, aku tidak tau.

Aku membalas perkataan Sarah dengan senyuman kemudian berjalan meninggalkan Sarah.

Aku keluar dari rumah sakit untuk mencari udara segar. Aku merasa tertekan dengan semua ini. Andai aja bunda dan ayah ada di sini pasti mereka bisa memberi ku solusi untuk ini. Aku merindukan mereka.

Aku bodoh melepaskan Daniel begitu saja, mengapa begitu sulit mengatakan aku memang sudah mencintainya. Kenapa pernyataan itu seakan tertahan untuk keluar.

Aku terus berjalan dengan tatapan kosong di trotoar jalan. Sekarang sudah larut malam. Aku tidak berniat untuk pulang, aku ingin pergi ke suatu tempat.

Selang kemudian aku merasakan ada mobil berhenti tidak jauh dari tempat ku berdiri. Aku berbalik menatap mobil itu dan dua orang pria berjalan ke arah ku. Mau apa mereka?

Mereka menghampiri ku dan menarik ku kasar ke arah mobil itu.

"Apaan nih, lepasin gua!" Ujar ku sedikit keras, namun mereka masih tetap membawa ku,

"Woii lepasin gua!!" Seru ku dan meronta untuk di lepaskan, tapi orang itu tidak perduli dan memaksa ku masuk ke dalam mobil. Aku duduk diantara orang-orang yang memakai baju hitam.

"Selamat datang Rena." Ujar seorang perempuan yang duduk di depan. Siapa dia?











TERIMA KASIH SUDAH MAU BACA CERITA KU

MOHON MAAF KALAU ADA KESALAHAN ATAU TYPO.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA.








MY TEACHER IS MY HUSBAND ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang