BAGIAN 25 : Meet Mother and Father.

3.5K 158 2
                                    

SELAMAT MEMBACA.

***

RENA DARA ANGGITA :

Aku terbangun dari tidur ku yang nyenyak, aku melihat jam yang tergantung di dinding.

Waduh udah jam delapan malam, waktu kok cepat banget jalannya, lama juga ya aku tidur. Aku menyibakkan selimut yang aku pakai lalu pandangan ku tertuju pada Daniel yang masih tertidur di samping ku dan tangannya masih memeluk ku, aku menyingkirkan tangannya lalu aku berjalan keluar dari kamar kemudian berjalan ke dapur.

Sesampainya di dapur aku mengambil sesuatu yang bisa di makan, aku sangat lapar. Kemudian aku duduk di mini bar yang terhubung dengan dapur lalu memakan makanan yang aku ambil kemudian merenung sesaat.

Besok adalah ulang tahun ku yang ke delapan belas, nggak kerasa banget aku udah makin tua. Nggak ada yang tau tanggal ulang tahun ku biar pun itu Sarah atau Vino, aku tidak ingin memberi tau mereka, entahlah kenapa aku nggak mau orang lain tau ulang tahun ku, kurasa hidup dengan rahasia lebih menyenangkan.

Aku menghabiskan makanan ku lalu meminum air putih yang ada di atas meja. Setelah itu aku kembali ke kamar dan kembali berbaring di samping Daniel. Kok dari tadi aku tidak melihat Gali dan Rayhan, mungkin mereka kelelahan dan masih tertidur.

Aku menyamankan posisi tidur ku kemudian menutup mata ku, aku harus bangun cepat besok, aku akan pergi ke suatu tempat.

***

Aku terbangun pukul 04:45 dini hari, dengan gerakan cepat aku berdiri dari tempat tidur lalu berlari ke kamar mandi untuk memulai ritual mandi ku.

Setelah mandi aku memakai seragam sekolah ku. Aku melihat Daniel yang masih tertidur dengan nyenyak, semalam dia juga sempat terbangun karena lapar, jadi dia memutuskan untuk makan di bawah.

Aku mengambil kertas kecil lalu menulis sesuatu di sana dan menyimpannya di atas nakas.

Aku mengambil tas ku lalu bergegas keluar dari rumah, aku melihat jam tangan yang bertengger di tangan kiri ku, pukul 05:05 astaga aku sudah sedikit terlambat, mungkin hari ini aku akan terlambat ke sekolah, aku harus mengunjungi suatu tempat yang sangat penting terlebih dahulu.

Aku berjalan kaki ke arah tempat itu karena tidak mungkin ada kendaraan umum jam segini. Ini akan memakan waktu ku lebih lama, kalo gitu aku lari aja.

Aku berlari di tengah jalan karena belum ada kendaraan yang lewat. Aku berlari dengan memakai seragam sekolah, ku harap aku tidak mengecewakannya karena aku terlambat mengunjunginya.

***

Aku sudah sampai di sebuah pemakaman, aku berlari menuju pemakaman bunda dan ayah, sesampainya aku langsung terduduk di antara pemakaman mereka.

"Bunda. Ayah, maafin aku ya, aku telat datangnya," Ujar ku berbicara sendiri pada makam bunda dan ayah.

"Bunda. Ayah, hari ini aku ulang tahun yang ke delapan belas, kok bunda sama ayah nggak pernah ucapin aku selamat ulang tahun sih, aku berharap bunda sama ayah mengucapkan selamat untuk ku walau hanya dalam mimpi itu sudah sangat membuat ku bahagia," Ujar ku lalu setetes air keluar dari mata ku.

"Bunda. Ayah, aku rindu dengan kalian," Ujar ku lalu air mata telah mengalir di pipi ku.

"Kenapa bunda dan ayah pergi terlalu cepat. Aku ingin ikut bersama kalian," Ujar ku dan meremas gundukan tanah yang menimbun bunda dan ayah.

Aku menangis sejadi-jadinya, air mata ku keluar dengan derasnya. Aku tidak bisa menahan rasa rindu ku pada mereka. Aku merindukan mereka. Aku merindukan kasih sayang mereka. Aku ingin di hari ulang tahun ku yang ke delapan belas ini bunda dan ayah mengucapkannya pada ku, tapi mereka tidak mungkin bisa, kami sudah ada di alam yang berbeda.

Aku menundukan kepala ku dan air mata ku tak berhenti mengalir di pipi ku.

"Rena," Panggil seseorang, aku berbalik dan menatap orang itu. Aku membulatkan mataku terkejut.

"Bunda. Ayah?" Ujar ku terkejut, bagaimana bisa mereka ada di sini?

"Sini sayang," Ujar ayah lalu aku berlari ke arah mereka lalu memeluknya erat.

Apakah ini mimpi? Jika ini hanya mimpi tolong jangan bangunkan aku.

Aku melepaskan pelukan ku lalu menatap mereka sambil tersenyum bahagia. Bunda menghapus air mata ku yang masih mengalir lalu ayah mengelus kepala ku lembut.

"Bunda. Ayah, apakah ini nyata, kenapa kalian baru muncul sekarang, aku merindukan kalian," Ujar ku tersenyum bahagia,

"Kami hanya sebentar sayang," Ujar bunda lembut,

"Kenapa hanya sebentar, kenapa kita tidak tinggal bersama seperti dulu lagi," Ujar ku pada mereka,

"Kita sudah di alam yang berbeda Rena," Ujar ayah tersenyum pada ku,

Wajah mereka sangat bercahaya, dan baju mereka serba putih, aku tersenyum menatap mereka dan mereka membalas senyuman ku.

"Selamat ulang tahun sayang," Ujar ayah lalu mengecup dahi ku lama,

"Selamat ulang tahun ya sayang, semoga kamu bisa hidup bahagia bersama calon suami kamu," Ujar bunda,

"Terima kasih," Ujar ku tersenyum, aku tak pernah merasa sebahagia ini.

"Ayah aku minta maaf, soal perjanjian itu, awalnya aku tidak menerimanya dan," Ujar ku,

"Tapi sekarang kamu terima juga kan," Ujar ayah sambil tersenyum,

"Perjanjian?" Ujar bunda bingung,

"Perjanjian yang ayah buat untuk aku, ayah membuat perjanjian dengan sahabatnya kalau dia akan menikahkan ku dengan anak sahabatnya pada saat umur ku delapan belas tahun, aku minta maaf karena sempat menolak pernikahan itu," Ujar ku,

"Tidak apa-apa sayang, yang terpenting kamu menikah dengan pria pilihan ayah, kamu terima dia kan?" Ujar ayah sambil tersenyum, dan aku membalasnya dengan menganggukkan kepala singkat,

"Ku rasa kami harus pergi," Ujar bunda lalu menatap ayah singkat sambil tersenyum,

"Pergi? kenapa cepat sekali, aku masih rindu dengan kalian, apakah kalian tidak merindukan ku," Ujar ku sedih,

"Kami rindu sayang tapi tugas kami sudah selesai untuk memberikanmu ucapan selamat ulang tahun," Ujar bunda sambil tersenyum,

"Apa tidak bisa lebih lama lagi?" Ujar ku cemberut,

"Waktu kami sudah habis sayang, kamu juga harus ke sekolah nanti kamu telat. Apa telinga kamu nggak sakit mendengar ibu Ratih mengomel karena ulahmu," Ujar ayah sambil tersenyum jahil,

"Ayah tau?" Ujar ku bingung,

"Kami tau apa yang kamu lakukan di dunia sayang, kami selalu mengawasimu walau pun kamu tidak pernah melihat kami," Ujar bunda.

Aku tersenyum menatap mereka lalu memeluk mereka dengan erat. Ini adalah pelukan terakhir ku dengan mereka.

Mereka melepaskan pelukannya lalu ayah mengecup dahi ku lama kemudian bunda mencium pipi ku lembut, bunda dan ayah memberi ku senyuman dan aku pun membalasnya dengan senyuman.

"Salam buat Daniel ya sayang," Ujar ayah lalu mereka berjalan meninggalkan ku kemudian menghilang tanpa jejak.

Aku sudah sangat bersyukur karena telah di pertemukan dengan bunda dan ayah walau pun hanya sebentar itu sudah lebih dari cukup untuk membuat ku bahagia. Rasa rindu ku sudah terbalaskan dan aku sangat bahagia. Terima kasih ya Tuhan.

Aku berjalan keluar dari pemakaman lalu kembali berjalan ke arah sekolah. Sekarang sudah pukul 07:15, aku sudah terlambat. Ya udah lah biarin aja yang penting aku sudah bertemu dengan bunda dan ayah.

Di hari ulang tahun ku, aku mendapat kado yang indah.














TERIMA KASIH SUDAH MAU BACA CERITA KU

MOHON MAAF KALAU ADA KESALAHAN ATAU TYPO.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA.









MY TEACHER IS MY HUSBAND ( COMPLETE )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang