SELAMAT MEMBACA.
***
RENA DARA ANGGITA :
"RENA!!" Panggil seseorang cukup keras, baru juga nyampe.
"Waduh mati gua," Ujar ku,
Aku hendak berlari tapi ibu Ratih kembali memanggil ku.
"RENA DARA ANGGITA!! JANGAN COBA-COBA UNTUK LARI!!" Teriak ibu Ratih kencang.
Sialan aku ketauan lagi. Aku berbalik dan menatap ibu Ratih was-was.
"Iy-iya bu, ibu manggil saya?" Ujar ku menyengir lebar.
Ibu Ratih berjalan ke arah ku lalu menjewer telinga ku.
"ADDAWW BU!! KOK SAYA DI JEWER MULU SIH!!" Teriak ku,
"Kamu tau apa kesalahan yang telah kamu perbuat?!" Ujar ibu Ratih geram,
"Ng-nggak bu saya nggak tau," Ujar ku sambil memegang telinga ku yang masih di jewer. Jujur ini sangat sakit,
"Ini sudah jam berapa Rena, dan kamu baru datang jam segini," Ujar ibu Ratih geram dan menjewer telinga ku makin keras,
"Iy-iya bu aku terlambat tapi lepasin dulu tangan ibu, sakit ini," Ujar ku menahan sakit,
Ibu Ratih melepaskan tangannya dari telinga ku lalu menatap ku garang, kemudian aku menatap ibu Ratih sambil tersenyum lebar.
"Sekarang kamu bersihkan gudang sampai bersih," Ujar ibu Ratih menatap ku sangar,
"Yah bu apa nggak ada yang lain, masa gudang sih bu," Ujar ku memelas,
"Nggak ada negosiasi, sekarang kamu laksanakan hukumanmu, dan harus sampai bersih," Ujar ibu Ratih memerintah,
"Dasar buntal," Gumam ku kecil,
"Siapa yang kamu bilang buntal hah!!" Geram ibu Ratih sambil berkacak pinggang,
"Ng-nggak bu siapa yang bilang buntal, nggak ada deh perasaan," Ujar ku pura-pura tidak tahu,
"Kalo gitu saya ke gudang dulu bu," Ujar ku pada ibu Ratih,
"Sudah sana," Ujar ibu Ratih dengan angkuh.
Aku berjalan meninggalkan ibu Ratih tapi belum jauh berjalan aku berbalik dan menatap ibu Ratih sambil tersenyum kecil.
"IBU HATI-HATI KALO JALAN NANTI LANTAINYA BISA RETAK!!" Teriak ku.
"RENA!!" Teriak ibu Ratih kencang.
Aku langsung berlari menghindari amukan ibu Ratih. Rasain emang enak, makanya jangan macam-macan dengan Rena.
Aku berhenti berlari dan berjalan santai ke kantin, malas benget aku bersihin gudang mending ke kantin.
Namun belum sampai di kantin ada tangan yang mencekal ku, aku berbalik dan menatap orang itu, Daniel?
"Ikut gua!" Ujar Daniel lalu menarik ku entah kemana.
***
"Ngapain lo bawa gua ke gudang?" Ujar ku heran menatap Daniel yang bersandar pada pinggiran pintu gudang dan aku sekarang ada di dalam gudang,
"Lo di suruh bersihin gudang kan," Ujar Daniel dingin,
"Nggak kok gua nggak di suruh," Ujar ku berbohong,
"Nggak usah boong, sekarang lo bersihin gudang, gua bakalan awasin lo kalo lo coba-coba untuk kabur," Ujar Daniel lalu duduk di kursi kayu yang ada di dekat pintu lalu kembali menatap ku sambil melipat kedua tangannya di depan dada.
Aku hanya bisa menghela nafas lalu mulai membersihkan gudang.
Disaat aku mengangkat kardus, Daniel bertanya pada ku.
"Kok lo bisa telat dateng ke sekolah, kan lo datengnya pagi-pagi sekali, lo kemana aja pagi ini?" Ujar Daniel mengintimidasi,
"Oh gue pergi ke suatu tempat," Ujar ku lalu memindahkan kardus-kardus ke sudut ruangan,
"Tempat apa?" Tanya Daniel,
"Rahasia." Ujar ku sambil tersenyum.
Aku mengingat bunda dan ayah.
Aku sangat bahagia hari ini, di hari ulang tahun ku, aku mendapatkan hadiah yang sangat istimewa.Aku telah menyusun barang-barang yang berantakan lalu aku mengambil sapu yang ada di sudut ruangan lalu mulai menyapu lantai sampai bersih. Setelah selesai aku menyimpan sapu pada tempatnya lalu mengambil tas ku yang ada di atas meja kemudian memakainya. Aku hendak berjalan keluar tapi Daniel menahan ku, aku menatap Daniel yang juga menatap ku dingin, kenapa dengannya?
"Pulang sekolah lo harus langsung pulang ke rumah, ada yang pengen gue bicarain." Ujarnya kemudian berlalu dari hadapan ku.
Kok dia jadi aneh gitu sih?
Aku berjalan ke kelas dan sesampainya di kelas aku masuk dan duduk di bangku kesayangan ku pojok belakang.
Selang beberapa menit Daniel masuk ke kelas ku lalu duduk di kursi khusus guru yang berada di dekat papan tulis.
"Apa ada yang selesai mengerjakan tugasnya?" Ujar Daniel pada murid kelas,
"Eh tugas apaan sih?" Ujar ku pada Rara yang duduk di depan ku,
"Tugas Matematika, tuh yang di papan." Ujarnya dan memajukan dagunya singkat yang mengarah ke papan tulis.
Aku melihat ke arah papan dan di sana terlihat angka-angka yang terlalu rumit untuk di mengerti. Ini sih nggak mungkin banget kalo teman kelas ku ada yang selesai, orang di sini belajar matematika aja udah pasrah apalagi kalo di suruh kerja kayak gitu.
"Ada yang selesai?" Ujar Daniel lagi,
"Nggak ada yang selesai pak, kita nggak ada bakat belajar kek gituan, bikin otak buntu," Ujar ku lalu semua teman kelas ku menatap melongo padaku.
"Emang bener kan lo semua nggak bakat belajar itung-itungan?" Ujar ku menatap mereka semua sambil menaikkan kedua alis ku,
"Bener juga sih." Ujar Radit sang ketua kelas lalu semua teman kelas ku tak lagi menatap ku melainkan menatap Daniel polos.
"Jadi nggak ada yang bisa jawab?" Ujar Daniel,
Serentak teman kelas ku menggeleng bersamaan termasuk aku lalu Daniel menghela nafas kasar kemudian mengusap wajahnya pasrah, selang kemudian Daniel menatap kami semua lalu membereskan buku-bukunya.
"Untuk hari ini pelajaran Matematika sampai di sini dulu." Ujar Daniel lalu keluar dari kelas.
"YESSS!!" Teriak kita semua ketika Daniel keluar dari kelas.
"Untung lo semua jago acting." Ujar Axel.
"Iyalah." Ujar sebagian murid.
Kami semua langsung keluar dari kelas dan berjalan ke kantin.
TERIMA KASIH SUDAH MAU BACA CERITA KU
MOHON MAAF KALAU ADA KESALAHAN ATAU TYPO.
JANGAN LUPA VOTE DAN COMENT YA.
KAMU SEDANG MEMBACA
MY TEACHER IS MY HUSBAND ( COMPLETE )
Teen FictionCerita ini aku pindahin karena akun yang aku pake dulu bermasalah. JANGAN LUPA FOLLOW DON'T COPY MY STORY! ######################## Cerita ini mengandung kata-kata kasar!! Rena Dara Anggita adalah perempuan yang kerasa kepala, pembangkang, dan...