Sedikit info :
Hai readerss setiaaa,, aku ada cerita baru judulnya 'FreundZone',, yuk cek dilapak aku, btw itu cerita asli seseorang lohh,,
Penasaran ga?,, langsung dibaca yuk😆.
Jangan lupa vote dan commentnyaa yaa.......
Gaiseee,, plisss jangan silent readerss dong,, bantu aku untuk semangat dalam membuat ceritaa,, karena satu vote dari kalian dan satu komentar dari kalian sangat berharga banget buat aku, dan juga sebagai tanda kalian menghargai karya penulis:')Terimakasih❤
Happy reading..
Typo bertebaran......
"Kondisi Stela sudah mulai membaik, kita hanya tinggal menunggu pemulihannya saja, karena Stela mengalami cedera pada bagian kaki, dan ada retakan pada bagian lengan", jelas Max namun matanya hanya tertuju pada Paula.
"Ekhemm, dokter Max apa ada yang salah dengan istriku?", tanya Richard yang merengkuh pundak Paula.
Max gelagapan karena katauan menatap Paula secara terang-terangan.
"Sa..saya permisi dahulu, Jika terjadi sesuatu tekan tombol yang ada disebelah ranjang", ucapnya lalu keluar.
Oh, astaga kenapa aku tidak bisa memalingkan penglihatanku dari wajah cantiknya batin Max lalu segera pergi menuju ruangan pribadinya.
"Stela, makan ya, mommy suapi Stela", ucap Paula, yang diangguki Stela, untungnya Stela tidak rewel untuk makan maupun minum obat.
"Kalian cepat habiskan sarapan kalian, setelah itu bergegaslah membersihkan diri", ucap Paula, bagai perintah Emil dan Richard mematuhinya.
Paula seperti memiliki tiga bayi saja, sangat melelahkan memang.
Setelah meminum obat Stela terlelap tidur, dan tidak lama Arsen dan Briana datang.
"Stela belum juga sadar?", tanya Briana yang khawatir."Sudah nyonya, ia sudah sadar, dan ia juga sudah makan dan minum obat, dia sedang tidur", ucap Paula dan membuat hati Briana tenang.
Tok tok tok
Sebuah ketukan terdengar, dan orang kepercayaan Emil masuk dengan sebuah map berisi data.
"Selamat pagi tuan, saya sudah mencari tau tentang orang yang menabrak nona Stela, ia adalah seorang perempuan berusia 20 tahun bernama Azzura Raymond, namun tidak diketahui siapa orang tuanya, kemarin ia mengendarai kendaraannya dalam kondisi mabuk tuan", ucapnya.
Deg
Briana menatap Arsen dan Emil secara bergantian.
"A..azzura Raymond?", tanya Briana memastikan, yang diangguki kepercayaannya Emil.
"Setauku dalam keluarga Raymond tidak ada yang bernama Azzura Raymond", ucap Briana.
Hening..
Semua berkecamuk dengan pemikirannya sendiri.
"Maaf, apa kemungkinan Azzura ada ikatan darah dengan dokter Max?", ucap Paula dan semua mata tertuju padanya.
"Maksudmu?", tanya Richard, mewakili semua yang ingin bertanya.
"Dia sempat memperkenalkan diri padaku, dia bernama Maxime Raymond", jelas Paula.
"Aku ingin kau dan anak buahmu menyelidiki mereka berdua, aku ingin keterangannya satu jam lagi", ucap Emil pada orang kepercayaannya dan diangguki untuk memenuhi perintah tuannya.
"Paula, aku akan ke kantor terlebih dahulu ada dokumen yang harus aku tanda tangani, pukul dua siang aku akan menjemputmu untuk acara malam nanti", ucap Richard.
"Baiklah, aku akan menunggu disini, aku antarkan kau sampai depan", ucap Paula lalu pamit sebentar pada Briana dan Arsen.
....
Tok tok tok
Suara ketukan pintu terdebgar dan tidak berapa lama, orang kepercayaan Emil datang, dengan sebuah map yang berisi dokumen.
"Tuan ini dokumen lengkap yang berisi semua tentang Azzura Raymond dan Maxime Raymond", ucapnya sambil memberikan dokumen itu, dan Emil membaca semua secara teliti.
Paula melihat tubuh Emil menegang, dan mengepalkan lengan begitu erat hingga buku-buku jarinya memutih.
"Kau boleh pergi", titah Emil pada orang kepercayaannya.
"Ada apa Emil?", tanya Arsen yang melihat anaknya menahan amarah.
"Mereka anak dari bibi Alessa", ucap Emil, Briana yang mendengar seketika melemas, dengan cekatan Arsen menahan sang istri.
"Bu..bukankah seharusnya dia dipenjara Arsen?", tanya Briana.
Arsen hanya menggelengkan kepalanya.
Ceklek
Seseorang dokter masuk ke dalam untuk memeriksa Stela, namun..
Bugh
Bugh
"Astaga!", Paula terkejut apa yang sudah Emil lakukan pada Max.
"Apa-apaan ini!", kesal Max sambil menyeka darah yang keluar dari sudut bibirnya.
"Kau tau dokter Max, gara-gara adikmu Azzura anakku Stela terbaring dirumah sakit!", ucap Emil menahan amarahnya.
"Heyy! Yang salah adikku bukan aku!", kesal Max.
"Dia memang adikku tapi dia bukan adik kandungku, kami terlahir dari ayah yang berbeda, aku kemari hanya ingin memeriksa keadaan anakmu bukan ingin mendapatkan tinjuan seperti ini!", lanjutnya dengan perasaan dongkol Max memeriksa Stela yang masih tertidur dengan menahan nyeri pada bagian wajahnya.
Tidak banyak berbicara, setelah mengatakan keadaan Stela baik, ia langsung pamit menuju ruangan pribadinya.
"Tuan kenapa kau meninjunya?, tidak bisakkah kau menahan emosimu?", tanya Paula.
"Aku akan meminta informasi darinya tentang Azzura Raymond", ucap Paula hendak menemui Max.
"Tidak perlu!", tegas Emil.
"Sudah tidak apa, aku hanya ingin membantu".
"SUDAH KU KATAKAN TIDAK PERLU, CUKUP DIAM DAN JANGAN IKUT CAMPUR!", bentak Emil, Paula yang terkejut atas bentakkan Emil memandang heran.
"Kenapa? Aku pun ibunya Stela, aku ingin tau pelaku yang membuatnya seperti ini", kesal Paula.
"Kau hanya ibu bayarannya Stela!", tegas Emil dengan nada penuh penekanan.
....
tbc..
Don't forget..
Vote and comment..
Next chapter - otw
Btw,, kalian lebih suka cerita the Jerk / Mr Zeroun?? Komen ya 😙.Ig: fitrisyhftr17
Selamat menunaikkan ibadah puasa🙏
Marhaban Ya Ramadhan.
KAMU SEDANG MEMBACA
BOOK 2 : MR ZEROUN [Lengkap]
RomanceMr.Zeroun . . . Mengurus seorang anak tanpa adanya istri membuat Emil kewalahan untuk membagi waktunya antara mengurus si kecil atau perusahaannya sedang berkembang pesat. Emilio Zeroun Challagan menjadi seorang ayah diusianya yang berumur 27 tahun...