MR ZEROUN - 9

2.9K 170 13
                                    

Typo bertebaran
Hppy reading....

....

"Bagaimana keadaannya dok?", tanya Paula pada dokter yang sudah memeriksa Emil.

"Tuan Zeroun hanya kelelahan, ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya hingga dia lupa dengan kesehatan dirinya yang mulai turun", jelas dokter.

"Ini resep obatnya, bisa di tebus diapotek", lanjutnya.

"Baik dok, terimakasih", balas Paula, Emil hanya diam tidak bersuara.

"Kalau begitu saya permisi, lelas sembuh tuan  Zeroun", ucap Dokter yang hanya diangguki Emil.

Setelah Paula mengantar dokter, ia kembali menuju kamar Emil.

"Sudah ku katakan kau terlalu sibuk bekerja, aku akan menebus obat untukmu", ucap Paula dan ia melenggang pergi,  namun sebelum itu Emil menarik Paula sampai jatuh diatasnya dan memeluknya.

Paula yang terkejut dengan perlakuan majikannya, hanya menatapnya.
"Tu..tuan apa yang kau lakukan?", tanya Paula.
"Biarlah seperti ini", balas Emil.

Keduanya hening namun dalam perasaan Emil ia merasakan jantung yang berdegup kencang.
"Tuan,  ada apa denganmu? Jantung mu berdegup kencang", polos Paula.

"Tidak apa-apa" ucap Emil.

Terdengar dering telpon masuk ke dalam handphone Paula.
Seketika Paula melepaskan pelukan dari Emil.

'Kau tidak ke kantor? Sedari tadi aku menunggumu?' ucap Richard dari sebrang.

'A..aku. segera kesana' balas Paula.

'Supirku akan menjemputmu, kau dimansionnya bukan?, sebentar lagi ia sampai'

'Baiklah'

Sambungan terputus.

"Tuan maaf aku tidak bisa menemanimu, pekerjaanku menumpuk dikantor, aku berangkat"

"Aku akan mengantarmu", ucap Emil yang akan bangkit dari tidurnya.

"Tidak usah Richard sudah mengirimkan jemputan untukku, istirahatlah, setelah selesai aku akan kembali dan membawa Stela pulang" balas Paula.

Emil hanya terdiam saat mendengar nama Richard keluar dari bibir Paula, 'Selalu Richard' batin Emil.

.......

"Richard" panggil Paula didalam ruangannya.

"Kenapa kau lama?" tanya Richard dengan nada dingin.

"Ma..maaf,  seperti biasa aku mengurusi Stela dan tuan Zeroun sedang sakit", ucap Paula.

"Minggu ini terakhir kau mendatangi mansionnya, karena minggu depan kita akan menggelar pernikahan kita",  tegas Richard.

"Minggu depan?, bukankah itu terlalu cepat?", tanya Paula dengan heran.

"Lebih cepat lebih baik, aku hanya tidak ingin kau berdekatan dengan dia, aku pun sudah melamarmu, pada ibumu,  dan ia menyetujuinya", ucap Richard dengan santai.

"Oh God,  ini terlalu cepat Richard, aku belum siap untuk semuanya", ucap Paula dengan suara mengecil, Richard menatap Paula dengan tatapan tak bisa diartikan.

"Apa kau menolak menikah denganku Paula?", geram Richard, ia mulai bangkit dari duduknya.

Richard memanggil dirinya dengan nama, Paula tau Richard sedang menahan amarah.

"Aku tidak menolak menikah denganmu, hanya saja ini terlalu cepat", ucap Paula dengan memeluk Richard.

"Aku tidak mau mendengar penolakan, undangan sudah disebar, dan besok kita akan fitting baju, dan foto pre-wedding", ucap Richard dengan tegas, Paula hanya bisa menghela napas.

.....

"Kakk!!", teriak Rea dengan suara cemprengnya.
"Ku dengar kau sakit, kau ini bisa sakit juga? Seperti human saja", ledek Rea adik kesayangannya.

"Jika aku bukan human, lantas kau apa?", tanya Emil.

"Ck, kau ini, tidak bisa bercanda sedikit saja, oh iya kak, jangan lupa minggu depan Stela ulang tahun, kau memiliki rencana apa?", tanya Rea.

"Pesta dimansion", singkat Emil.

Rea mengangguk,  "Aku yang akan mengurusi semuanya,  tenang saja", ucap Rea.

Briana dan Arsen masuk ke kamar Emil, dengan membawa sebuah undangan.
"Emil, lihatlah nak", ucap Briana.
Emil mengambil undangan.

Richard Parviz Rawless
&
Paula Natalie Verhoeven

Date:
Saturday, 16 Nov 2019
Sunday, 17 Nov 2019
08.00 - finish

Emil membanting undangan tersebut, Briana terkejut dengan kelakuan anak pertamanya, tidak biasanya ia seperti ini.

"Tanggal 16 adalah ulang tahunnya Stela, aku yakin Stela ingin merayakannya bersama Paula", ucap Rea.

"Keluarlah aku butuh sendiri", ucap Emil.

"Hei nak, kau ini kenapa?, apa kau marah jika ia menikah dengan keluarga Rawless?", tanya Arsen yang mengerti anaknya.

"Dad, aku sedang tidak ingin membahasnya", ucap Emil, Arsen mengangguk dan pergi meninggalkan Emil sendiri.

Marah?

Tentu.

Emil tidak senang atas kabar pernikahan Paula, secepat itukah Paula akan meninggalkan dirinya dan Stela?,  bagaimana dengan kehidupannya yang sudah mulai nyaman dengan kehadiran Paula, kehilangan untuk kedua kalinya? Emil tidak menginginkan itu.

"Daddy!!", teriak sang buah hatinya,  Stela pulang bersama Paula.
"Anak daddy sudah makan?", tanya Emil.
"Udah dong, tadi momy yang suapi Stela", ucap Stela yang bawelnya mulai keluar.

Paula masuk ke dalam kamar Emil sambil membawa nampan berisi sup, air mineral dan obat.

"Stela, grandma memanggil nak", ucap Paula pada Stela. "Bye Daddy", ucap Stela lalu berlari menghampiri Briana.

"Aku sudah menyiapkan makan, bukalah mulutmu", ucap Paula.

"Lena bawakan makan siangku", ucapnya melalui intercom.

"Tuan aku sudah membuatkanmu makan siang", ucap Paula, namun tidak didengar oleh Emil, sedangkan Emil hanya fokus pada layar laptop.

"Kau keluarlah, aku tidak membutuhkanmu" ucapnya dingin.

"Baiklah", Paula berjalan meninggalkan Emil smbil membawa nampan, sebelum Paula meninggalkan Emil, ia mendengar Emil mengatakan sesuatu.

"Oh ya satu lagi, selamat atas pernikahanmu!"


.....


Richard Parviz Rawless

Chapter 9 on goinggSorry,  lama update:(Niatnya author mau update minggu kemarinbut, author kena kecelakaan Alhasil, author ga bisa update:(Andddd

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Chapter 9 on goingg
Sorry,  lama update:(
Niatnya author mau update minggu kemarin
but, author kena kecelakaan
Alhasil, author ga bisa update:(
Andddd....
Sedikit pengumuman..
Umur author udah legall wkwk 😆😆




BOOK 2 : MR ZEROUN [Lengkap]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang