Aydin panik saat ada dua orang wanita yang memanggilnya dengan sebutan ustadz. Mahira pun tak kalah terkejut.
"Bang, mereka manggil abang?"
"Iya kali." Aydin pura-pura polos. Dia hanya berusaha untuk menyembunyikan kegugupannya.
"Pak Ustadz, boleh ya kita minta foto. Soalnya kami ngefans sama ustadz."
"Dari mana kalian tahu saya ustadz?"
"Ga tahu sih. Cuma saya sering lihat ustadz ini ngimamin sholat di sini. Jadi kami panggil ustadz saja. Soalnya kami tidak tahu siapa namanya."
"Kalau sudah tahu namanya, tidak usah panggil ustadz ya. Saya belum pantas dipanggil ustadz." Aydin melihat reaksi Mahira. Ternyata gadis itu hanya menunjukkan reaksi heran. Tatapannya terarah pada dua wanita yang menyapa dirinya.
"Oh begitu ya? Ya sudah maaf Pak ustadz."
"Nama saya Wira. Tidak usah pake ustadz ya. Sekali lagi karena saya belum pantas dipanggil ustadz."
"Baiklah Mas Wira. Boleh kan saya panggil Mas?"
"Iya boleh."
"Suara Mas Wira bagus banget. Saya sampai merinding dengernya."
"Alhamdulillah."
"Saya minta foto ya?"
"Maaf saya tidak suka difoto mbak."
"Yah... sayang banget. Padahal mau saya upload di instagram biar semua temen-temen saya pada tahu. Ada imam yang suaranya bagus dan masih muda."
"Alhamdulillah.. Maaf ya mbak."
"Iya sudah mas tidak apa-apa koq. Kami permisi dulu ya. Takut ceweknya marah.." Dua wanita itu langsung pergi meninggalkan Aydin dan Mahira. Keduanya sekilas saling melihat lalu mengangkat bahunya karena tidak tahu maksud dua wanita tadi.
"Siapa cewek abang?" Mahira menoleh ke kanan dan ke kiri.
"Mungkin kamu kali yang dimaksud."
"Hahaha.... ada-ada saja si mbak itu."
"Kenapa ketawa?"
"Enggak papa sih. Aneh saja lihat mereka. Abang beneran ustadz ga sih?"
"Terserah orang mau anggap aku apa. Tapi aku lebih suka di kenal sebagai Wira. Kalau aku jadi imam atau guru ngaji bukan berarti aku ustadz kan? itu karena panggilan hati. Aku ya Aku."
"Oh begitu ya, Bang? ternyata abang asik juga. Abang dari luar tampak biasa aja kayak anak muda pada umumnya. Tapi ternyata bisa jadi imam dan guru ngaji."
"Sudah donk Mahira, dipuji sama kamu, nanti aku terbang lho."
"Hehehe.. Udah ah.. Aku pulang dulu ya bang."
"Iya duluan aja."
"Mau nitip salam sama temennya Anisa ga? Yang ngajar di rumah singgah itu ada yang namanya Indah sama Naura. Pilih mana?"
"Ga keduanya."
"Oh ya udah deh. Malu ya?" Mahira tersenyum lalu meninggalkan Wira. Dia naik ke atas motornya. Gadis itu teringat kembali mobil mewah yang kemarin ada di sini. Ternyata kali ini tidak ada. Bisa ditarik kesimpulan kalau mobil itu bukan punya Wira.
"Hira.. aku jadi ya nitip salam buat temennya Anisa," ucap Wira saat Mahira baru saja mau memakai helmnya.
"Iya bang buat siapa?"
"Buat kamu."
"Eh... iya deh aku terima salammu. Udah ya aku balik dulu," jawab Mahira dengan cueknya. Wira hanya tersenyum. Gadis itu walau jutek, tapi ada sisi lucunya yang membuat Wira selalu saja bisa tersenyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
(TAMAT) CALON IMAM PILIHAN ABI
SpiritualFOLLOW DULU YA. BIAR BISA BACA SELURUHNYA. Memiliki seorang ayah yang taat agama, sholeh dan mampu menjadi imam yang baik bagi keluarganya tidak membuat seorang Ghaziya Mahira Kazhima berbangga hati. Justru dia sangat membenci sang ayah yang ia pang...