20.MENJENGUK AYDIN ALIAS WIRA

7.6K 610 10
                                    

Aida dan Hanum serta Anisa melihat ke arah Mahira yang sama sekali tak menghiraukan kepergian Abinya. Apalagi Anisa. Ia ingin sekali menimpuk kepala Mahira dengan sendok yang ia pegang sekarang. Kalau tidak ada kedua Uminya Mahira, mungkin sudah ia lakukan dari tadi.

"Ra, kenapa ga mau ikut abi lo? Bukannya Aydin itu calon suami lo?" tanya Anisa saat Mahira mengantarkan Anisa sampai di depan pintu rumah.

"Gue belum setuju tuh nerima dia. Gue udah suka sama orang lain," ucap Mahira sambil bersedekap. Anisa geleng-geleng kepala.

"Emang lo ga mau lihat muka orang itu? sapa tahu cakep kayak Lee Min Ho."

"Halah ga mungkin. Paling selera Abiku itu yang punya jenggot tipis, terus rambut klimis, pake pecis, celana cingkrang."

"Su'udzon aja kamu jadi orang. Apa buat gue aja, Ra. Gue mau dijodohin sama ustadz. Gue itu butuh pembimbing yang bisa membawaku selamat dunia akhirat," ucap Anisa dengan tangan seperti mendeklamasikan puisi.

"Udah sana pulang. Berisik banget sih." Mahira mendorong pelan bahu sahabatnya. Membuat Anisa merengut.

"Ngusir nih?"

"Eh lihat non ini udah jam berapa? dimarahi Mama lo baru tahu rasa."

"Eh iya.. udah jam sembilan ternyata. Ya udah deh makasih banyak. Lumayan dapat makanan gratis dari umi lo. Besok gue ke sini lagi ya, Hir. Sapa tahu dapat makanan banyak lagi."

"Ngarep.."

"Pulang dulu ya cantik. Besok jangan lupa ke Rumah Belajar Pelangi ya. Temen-temen udah beliin banyak buku dari uang hasil sumbangan mahasiswa. Lumayan dapat banyak katanya."

"Alhamdulillah. Iya aku langsung ke sana aj. Eh tapi kondisinya udah aman belum ya?"

"Kata Bang Edo kan malam ini kelompok timur mau nyerang kelompok barat. Aku jadi khawatir."

"Semoga semuanya baik-baik saja.

"Aamiin.."

*****
"Assalamualaikum ustadz Fajar." Wahyu memberi salam pada Fajar saat melihat sahabatnya itu di depan ruang IGD.

"Waalaikumsalam, Ustadz Wahyu." Mereka bersalaman dan memeluk ala lelaki.

"Bagaiman kondisi, Nak Aydin?"

"Belum tahu, Ustadz. Masih ditangani dokter di dalam."

"Bagaimana ceritanya Aydin bisa dikeroyok preman?"

"Kata polisi yang dihubungi Aydin sebelum kejadian, Aydin berusaha menyelamatkan anak-anak jalanan dari serangan preman. Saya juga tidak tahu kronologisnya. Menunggu Aydin yang menjelaskan saja nanti."

"Ceklek!!" Pintu IGD terbuka, muncullah seorang perawat yang memandang mengitari depan ruang IGD.

"Keluarga Aydin?"

"Iya sust, saya ayahnya. Bagaimana keadaan anak saya?"

"Silahkan masuk, Pak." Fajar memberi tanda pada Wahyu bahwa dirinya akan masuk ke dalam.

Fajar masuk ke dalam ruang IGD dan menemui dokter yang menangani Aydin. Sekilas Fajar bisa melihat anaknya yang berbaring di brankar diantara ruang yang bersekat-sekat kain warna biru itu.

"Silakan duduk, Pak."

"Iya bagaimana keadaan anak saya, Dok?"

"Alhamdulillah dari hasil rontgen, tidak ada luka dalam, Pak. Dan luka luarnya sudah kami obati. Sebaiknya di rawat di sini dua atau tiga harian di sini ya Pak. Agar saya bisa memantau perkembangan putra bapak."

(TAMAT) CALON IMAM PILIHAN ABITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang